-->

Sinopsis Hospital Ship Episode 22

- Oktober 15, 2017
>

Sinopsis Hospital Ship Episode 22

Sumber Gambar: MBC


Young Eun kembali ke dapur dan disana sudah tidak ada siapa-siapa.


Eun Jae sudah selesai istirahat dan ia kembali menggambar. Lalu Young Eun mengetuk pintu. Tanpa tahu siapa itu, Eun Jae membolehkannya masuk.

Young Eun mengomentari Eun Jae yanga menggambar, harusnya Eun Jae yang mengadakan pameran bukan dirinya. Eun Jae bertanya ada perlu apa?


Young Eun kemudian memberikan teh yang ia bawa, teh kamomil, katanya bisa menghilangkan rasa lelah.

"Terima kasih."

Young Eun sengaja memanas-manasi Eun Jae, harusnya ia yang berteimakasih karen Hyun berkata akan merawatnya mulai sekarang. Terimakasih karena sudah mengembalikan Hyun.

"Nona Choi."

"Aku tahu apa yang akan kau katakan. kau tidak mengembalikannya."

"Benar."

"Tidak. kau mengembalikannya. Aku sudah enam tahun mengenal Hyun. Aku tahu isi pikirannya hanya dengan menatap matanya. Dahulu tatapannya hangat dan lembut saat menatapku. Kini dia menatap orang lain seperti itu. Aku tidak peduli. Tidak masalah jika yang kumiliki hanya raga yang kosong."

"Nona Choi."

"Tapi kini berbeda. Kini dia milikku sepenuhnya. Raga dan hatinya. Jadi..."

"Karena itukah kau berbohong? Soal penyakitmu?"

"Bukankah itu keterlaluan? Kau pikir aku apa?"


Young Eun cemas, jadi ia memilih keluar. Eun Jae menawari, haruskah ia cari tahu bekas luka pemeriksaan di tubuh Young Eun? Jika Young Eun menderita leukemia myeloid akut, seharusnya ada bekas luka di pelvis Young Eun.

"kau akan memberi tahu Oppa?" Tanya Young Eun gemetar.

"Perhatikan baik-baik sekelilingmu sebelum menelepon diam-diam. Jika terus gegabah seperti itu, bisa-bisa kau memberitahunya sendiri. Kenapa kau melakukan ini? Menurutmu sampai kapan kau bisa menahannya dengan kebohongan itu?"

"kau tidak sadar ini semua salahmu? Dahulu Oppa selalu berada di sisiku. Bahkan saat aku kejam dan meninggalkannya berkali-kali, Oppa selalu menerimaku kembali. Jika bukan karena kau, kali ini pun dia pasti mau menerimaku. Jadi, aku membohonginya atau tidak, bukan urusanmu. Tepati saja perkataanmu. Kau bilang tidak peduli dengan cinta, jadi, walau Oppa mendekatimu, jangan sampai kau tergoda olehnya."


Setelah Young Eun keluar, Eun Jae menyuruh perawat Pyo keluar, ia tahu perawat Pyo ada di ruang operasi.


Tapi tidak ada jawaban, jadi Eun Jae membuka pintunya dan ternyata Jae Geol yang ada disana. Eun Jae terkejut, kenapa Jae Geol ada disana.

Jae Geol menunjukkan sebuah kabel dambil mengatakan kalau perawat Pyo merasa kabel itu bermasalah jadi ia memperbaikinya.


Eun Jae mendekati Jae Geol, bertanya apa Jae Geol mendengar percakapan mereka? Jae Geol mengatakan ia belum perlu alat bantu dengar, artinya ia mendengar dari A sampai Z pembicaraan mereka.

"Berpura-puralah tidak mendengar."

"Harus begitu, bukan? Nona Choi harus mempertahankan Hyun erat-erat jika aku ingin berhasil mendapatkanmu."

"kau akan bertindak bodoh?"

"Tidak. Hari ini, aku akan menjadi orang yang jujur."

"Apa maksudmu?"

"Entah bagaimana, tapi sepertinya Dokter Kwak dan aku sudah menjadi saingan. Aku ingin bersaing secara suportif."


Eun Jae memastikan, jadi Jae Geol akan memberitahu Hyun. Jae Geol balik bertanya, tidak boleh kan? EUn Jae melarang karena itu adalah masalah Hyun dan Young Eun, selain itu.. Jika Hyun mengetahuinya dari mereka, Hyun bisa malu.

"Ini penipuan. Bukankah lebih baik malu daripada ditipu?" Tanya Jae Geol.

"Tidak. Tergantung orangnya, malu bisa lebih buruk dari apa pun."


Jae Geol kemudian membereskan acara memperbaikinya. Ia memperhatikan Eun Jae dan bertanya, jadi Eun Jae seperti itu? Dipermalukan itu lebih buruk dari segalanya? Karena itukah Eun Jae memikirkan perasaan Hyun?

Eun Jae tidak menjawabnya, tanda benar. Jae Geol mengerti, ia akan turuti perkataan Eun Jae dnegan satu syarat.

"Apa?" Tanya Eun Jae.

"Belum kupikirkan. Akan kuberi tahu jika sudah kupikirkan. Sampai nanti."


Di ruangannya, Jae Geol galau, ia tahu semua ini cinta segitiga yang payah, haruskah ia lanjutkan atau tidak?

Lalu ia melempar koin, kalau kepala berarti terus, kalau ekor berarti berhenti. Hasilnya angka (Aku gak tahu angka itu kepala atau ekor, apa ada yang tahu?), jae Geol menganggap itu hanya percobaan. Ia melempar lagi dan hasilnya sama, ia kembali menganggap itu percobaan. Dan ia  melempar lagi, tapi kali ini hasilnya tidak diperlihatkan.


Seorang anak dan ayah sedang bekerja membersihkan makam. Sebenarnya yang bekerja disana adalah sanga ayah, ia menyuruh putranya membantu karena kerjaan putranya hanya malas-malasan di rumah. Putranya kesal, ia setengah hati mengerjakannya.


Sampai sang putra tak sengaja ia menyabit sarang lebah, jadinya lebahnya keluar semua dan mengerubungi mereka. Ayah dan putranya itu kabur, dan ayah terpeleset sampai jatuh gulung-gulung ke dasar bukit. Si putra panik.


Lalu sang putra menelfon pihak penyelamat, tapi ia hanya sempat mengatakan kalau ayahnya jatuh saat dikejar lebah dan mereka ada di pulau Gogae. Putra itu pingsan dan wajahnya sudah bengkak-bengkak karena disengat lebah.


Pihak penyelamat tidak bisa melayani Pulau Gogae. Jadi mereka menghubungi Polisi Pantai. Polisi pantai akan menerjunkan perahu motor. Tapi mereka ingat jadwal RS Kapal sedang berlabuh di Pulau Gogae hari ini.


Lalu mereka menghubungi RS Kapal. Kapten Bang menerima telfon itu dan mengumumkan pada yang lain.


Hyun, Eun Jae, Ah Rim, Perawat Pyo dan satu awak kapal menuju ke lokasi.


Di RS kapal mereka membahas sengatan lebah, memang segitu bahayanya ya? Kapten Bang setuju, kan cuma harus diolesi pasta kedelai juga sembuh. Won Gong membantah, sekarang sudah gak jaman seperti itu.

Dua perawat membenarkan Wong, sengatan lebah itu tergantung jenis lebahnya, baru bisa dikategorikan berbahaya atau tidak.

Joon Young membenarkan, "Orang bisa terkena renjatan anafilaksis, bahkan meninggal, karena sengatan."


Eun Jae dkk sampai di lokasi. Mereka heran melihat Sang putra menindih ayahnya. Perawat Pyo menebak kalau Sang Putra ingin melindungi ayahnya dari sengatan lebah. Eun Jae menyadarkan mereka, bertanya siapa nama mereka. Hanya sang ayah yang merintaih memanggil nama putranya, Tae Wook-ah. Eun Jae lalu memerintahkan yang lain untuk membaringkan kedunaya.


Hyun menangani sanga ayah bersama Ah Rim, sementara Eun Jae menangani Tae Wook bersama perawat Pyo.


Tae Wook tidak bernafas, Eun Jae akan melakukan intubasi tapi tidak bisa karena saluran nasalnya tersumbat dan aku tidak bisa mengintubasi, jadi ia akan membendah tenggorokannya.

"Kau akan menyayat lehernya di sini?" Tanya Petugas kapal panik.

Sang ayah tambah panik mendengarnya sampai pingsan, jantungnya pun berhenti. Hyun memainta Defibrilator.

Eun Jae berhasil memasang ambu ke tenggorokan Tae Wook, mereka berhasil memasukkan udara ke paru-parunya. Hyun juga berhasil mengembalikan detak jantung sang ayah.


Kemudian kedua pasien dibawa ke RS kapal. Sang ayah sadar duluan, Eun Jae bertanya siapa nama ayah, tapi lagi-lagi ayah hanya menyebut nama putranya, Tae Wook.


Eun Jae mengatakan kalau Tae Wook belum sadarkan diri. Ayah panik, ia langsung bangun, menanyakan dimana Tae Wook. Perawat Pyo menenangkannya dan menyuruhnya kembali berbaring.


Hyun menjelaskan pada Polisi pantai kalau mereka akan memantau kondisi pasien di RS kapal lalu akan memindahkan pasien setelah kondisinya stabil. Polisi pantai mengerti. Lalu terdnegar suara ayah teriak memanggil Tae Wook.


Hyun segera menuju ke sana. Ayah panik melihat ada selang dipasang di tenggorokan Tae Wook. Eun Jae menjelaskan, ia terpaksa menyayat leher Tae Wook karena karena saluran nasalnya tersumbat.

"Kenapa kondisinya seperti ini, sedangkan aku baik-baik saja?" Tanya Ayah.

"Karena dia berbaring di atas Anda untuk melindungi Anda dari lebah." Jawab Ah Rim.


Hyun meminta Ayah kembali istirahat, percayakan saja Tae Wook pada merea tapi Ayah menepis tangan Hyun.

Ayah: Dasar bodoh. Kenapa kau melindungi ayah? Seharusnya kau melarikan diri dari lebah. Kenapa kau mengikuti untuk melindungi ayah?

Kemudian tangan Tae Wook bergera, ia sadar, tapi ia tidak bisa bicara. Ayah panik, kenapa itu? Eun Jae mengatakan kalau itu hanya semetara sampai luka torehannya sembuh.

Ayah: Kenapa ini terjadi kepada kami?


Ah Rim punya ide, ia mengeluarkan buku agar Tae Wook bisa menuliskan apa yang ingin dikatakannya. Ayah lalu membaca tulisan Tae Wook.

"Ayah. Maaf karena aku lekas marah. Saat mendapat pekerjaan tahun depan, aku akan membantu Ayah dengan senang hati."


Ayah menangis, "Dasar bodoh. Siapa peduli dengan rumput liar jika kondisimu begini? Tidak apa-apa. Jangan memaksa bicara. Ayah mengerti."

Tae Wook juga tidak inginayahnya menangis, ia menghapus airmata ayahnya. Ayah berkata ia tidak apa-apa dan menggenggam tangan Tae Wook.


Eun Jae tidak sanggup melihatnya, ia pergi dari sana. Hyun mungkin menyadarai apa yang Eun Jae rasakan, pandangannya mengikuti Eun Jae yang keluar.


Eun Jae menyendiri di atas, ia mengingat kata-kata Woo Jae di toserba kemarin malam.


Eun Jae melihat Hyun dan Young Eun bersama. Young Eun sudah tegang takut kalau Eun Jae akan mengatakan yang sebenarnya pada Hyun. Tapi Eun Jae hanya diam saja, Young Eun lega.


Eun Jae terus jalan dan Jae Geol memanggilnya untuk masuk mobilnya. Eun Jae menolak, ia akan naik bis saja. Jae Geol melihat Hyun dan Young Eun bersama, haruskah ia ungkapkan semuanya?

"Dokter Kim!"

"Masuklah. Itu syaratku. Selama ayahmu berada di rumah sakit kami, biarkan aku mengantarmu."

"Tidak perlu."


Eun Jae lanjut jalan lagi dan Woo Jae menghubunginya. Woo Jae panik, mengatakan kalau ayah memaksa keluar dari rumah sakit.


Eun Jae langsung masuk ke dalam mobil Jae Geol. Jae Geol heran, kenapa tiba-tiba Eun Jae masuk?

"Jangan buang-bunag waktu. Jalan saja!" Bentak Eun Jae.


Hyun memeperhatikan mereka sampai mereka jalan. Young Eun memanggil, tidakkah mereka juga harus jalan. Hyun lalu masuk ke mobil, Young Eun mengikutinya.


Sampai di rumah sakit, Eun Jae langsung berlari ke dalam. Direktur Kim melihat itu. lalu Jae Geol muncul dari belakang Eun Jae.

Jae Geol menghampiri ayahnya, ia mengatakan kalau ia mengantar Eun Jae, ia lalu bertanya apa ayah Eun Jae sakit keras. Direktur Kim kemghela nafas.

"Dia ingin pulang." Kata Direktur Kim.

"Apa? Dalam kondisi begitu?"

"Beri dia perhatian lebih untuk sementara. Sepertinya itu masalah rumit."

"Baik."


Eun Jae masuk kamar ayahnya dan ayahnya sudah berganti baju. Eun Jae mengatakan kalau ayahnya tidak akan dibayar, ia sudah memberitahu perusahaan asuransinya.

"Eun Jae, kau--"

"Jangan berpikir yang bukan-bukan dan ganti pakaian Ayah. Ganti pakaian, lalu berbaring."

"Tidak. Tidak mau. Anggap ayah tidak ada. kau berhasil sampai sejauh ini tanpa ayah."

"Appa!" Akhirnya Eun Jae mamanggil AYahnya begitu.

Ayah lega, hanya itu yang aia butuhkan. Ayah tidak menyangka akan mendengar Eun Jae memanggil ayah sebelum meninggal.

"Ayah tidak akan meninggal. Tidak akan kubiarkan!" Tegas Eun Jae.

"Eun Jae-ya~"

"Akan kuselamatkan. Bagaimanapun, Ayah akan kuselamatkan. Jadi, jangan berpikir untuk lari. Pikirkanlah cara menebus kesalahan Ayah dan jalankan peran ayah mulai sekarang."


Eun Jae melihat Woo Jae bersandar di dinding. Ia lalu mengulurkan kartu kredit. Woo Jae menolaknya karenaia juga punya uang.

"Makanlah makanan yang layak, jangan mi instan. Jika dia ingin makan sesuatu, belikan saja. Paham?"

Woo Jae pun menerima kartu itu.


Eun Jae memanggil Dokter Jang, ia meminta agar diijinkan mengganti jadwal kerjanya hari ini, ia mohon. Dokter Jang minta waktu sebentar, ia akan menghubungi Dokter Kim.


Direktur Kim mendekati mereka, bertanya apa Eun Jae akan ke Seoul? Eun Jae membenarkan dan Direktur Kim mengijinkan. Dokter Jang protes karena ia belum menelfon Dokter Kim.

"Jika butuh orang, ada aku!bentak Direktur Kim.

Eun Jae berterimakasih lalu pergi. Direktur Kim menyuruh Dokter Jang menangani pasien. Dokter Jang menghela nafas. Tidak adil!


Direktur Kim mengantar Eun Jae keluar, ia sudah menelfon mobil rumah sakit jadi Eun Jae naik itu saja.

"Tidak perlu." Tolak Eun Jae.

"Tidak sampai Seoul. Pergi ke bandara. Itu lebih cepat."

"Tapi..."

"Manfaatkan saja. Aku berutang budi karena kau menyelamatkan istriku."


Direktur Kim mengingatkan, mungkin itu tidak mudah. Ia tahu pernah ada masalah di antara mereka. Ia sangat mengenal Kepala Kim karena dahulu dia rekan kerjanya, yang jelas Kepala Kim bukan orang jahat.

"Entah apakah dia dokter yang baik, tapi dia jelas berbakat. Sebagai wali ayahmu, mintalah dia dengan sopan dan tulus. Maka dia akan mengambil keputusan bijak sebagai dokter."

"Baik, Dokter."

"Aku sudah meminta sekretaris memesankan tiket. Ambil begitu kau tiba di bandara."

"Terima kasih atas semuanya."

"Berterimakasihlah setelah ayahmu sembuh."

Mobilnya datang jadi Direktur Kim meminta Eun Jae segera pergi.


Setelah Eun jae pergi, Jae Geol menghampiri ayahnya. Jae Geol heran, kenapa Direktur Kim tidak memintanya untuk mengantar Eun Jae ke bandara?

"Harga dirinya tinggi. Jika seorang pria ingin tahu tentang semuanya, dia akan merasa dipermalukan. Dia akan mengusirmu."

"Dipermalukan?"

"Benar. Ada yang salah?"

"Tidak. Aku diceramahi soal rasa malu berkali-kali hari ini."


Eun Jae akhirnya menginjakkan kaki lagi di Rumah Sakit Daehan Seoul. Ia memantapkan langkahnya menuju Kepala Kim.


Tepat saat ini, Kepala Kim dan yang lain selesai melakukan operasi.

Tiba-tiba Eun Jae muncul di depan mereka. Eun Jae menunduk hormat pada Kepala Kim, lalu bertanya kabar Kepala Kim.

"Kabarku selalu sama. Ada perlu apa?"

"Aku ingin meminta bantuan Anda."

"Bantuan?"


Kepala Kim kemudian mengajak Eun Jae bicara berdua di ruangannya.

Dokter Kim yakin Eun Jae pasti mau meminta tolong soal ayahnya. Akankah Kepala Kim bersedia?


Di Rumah Sakit Geoje Jeil, Dokter Jang mengatakan pada Jae Geol kalau Kepala Kim pasti tidak akan bersedia. Jae Geol menanyakan alasannya.

"Astaga, mana bisa? Dia diserang anak didiknya sendiri."

"Diserang? Dia hanya berterus terang."

"kau bercanda? Jika dunia sangat menyukai kebenaran, kenapa Dokter Sang dipecat dan bekerja di rumah sakit kapal?"

"Beberapa orang malah senang bekerja di sana. Jangan bilang "dipecat"."

"Astaga, kau sudah dewasa, ya?"

Jae Geol heran, beneran tidak bisakah EUn Jae saja yang melakukan operasinya. Dokter Jang benar-benar yakin Jae Geol tidak tahu apa-apa.

"Setegar apa pun Dokter Song, mustahil dia tetap tenang saat ayahnya menjalani operasi. Itu situasi yang pasti akan mengundang masalah. Jika ada masalah dan ayahnya meninggal, menurutmu dia masih bisa menjadi dokter bedah?"

"Bagaimana jika dia ditolak?"

"Aigoo.. Aku tidak tahu."


Kepala Kim menjawab ia bersedia, walaupun perbuatan Eun Jae memalukan, tapi mengoperasi itu tindakan benar. Eun Jae mengucapkan terimakasih tapi Kepala Kim melanjutkan.

"Sayangnya.. aku tidak bisa mengosongkan jadwalku karena sudah penuh. Saat bekerja dengan dokter yang berbakat sepertimu, aku bisa mengosongkan sehari atau dua hari. Namun, kini mustahil melakukannya."

"Profesor~"

"Carilah dokter lain."

"Tolong pertimbangan sekali lagi."

"Aku merasa bersalah, tapi mau bagaimana lagi?"

"Profesor~"

"Pergilah."


Eun Jae membuang harga diirnya, ia berlutut saat Kepala Kim akan keluar. "Kumohon.. Kumohon, Profesor. Tolong selamatkan ayahku."

Kepala Kim akhirnya memandang Eun Jae.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search