-->

Sinopsis Hospital Ship Episode 10

- September 15, 2017
>

Sumber Gambar: MBC

-=EPISODE 10=-
Aku.. Sekitit Gugup dan Takut  


Pak Guru langsung dibawa ke UGD. Dokter tadi menghampiri dan menjelaskan kalau Dokter Penyakit Dalam sedang operasi pemasangan stent dan tidak bisa sekarang, jadi dokter itu meminta Hyun untuk memeriksanya.


Hyun dan Eun Jae langsung menangani Pak Guru. Mereka melakukan tes EKG dan tes darah serta yang lain-lain.


Setelah semua hasil tes keluar ternyata menunjukkan hasil bagus dan normal. Pak Guru bangun, mengatakan kalau ia merasa sangat sesak? Hyun bertanya, apa sekarang juga masih begitu?

"Aku merasa lebih baik sekarang." Jawab Pak Guru.

Hyun memiliki diagnosa untuk Pak Guru, Eun Jae tak mengerti, apa maksud Hyun itu.


Hyun lalu bertanya, kapan deadline-nya? Pak Guru menjwab, hari kamis, dan rabu depannya.. kalau dipikir-pikir, ia mungkin sudah meninggal.

Pak Guru bertanya, apa yang ingin Hyun katakan? Hyun menjelaskan kalau semua itu disebabkan oleh stres--
"
Pak Guru memotong, Karena psikologis?"

"Jadi tinggalkan pekerjaan Anda."

"Kau tahu. Aku tidak bisa menolak."


Eun Jae bertanya, apa Pak Guru memiliki dua pekerjaan? Hyun terkejut, apa Eun Jae bertanya begitu karena sungguh tidak tahu?

Dokter tadi menambahi, "Bagaimana mungkin kau tidak tahu Penyair, Seol Jae Chan?"


Hyun melanjutkan, "Kau tidak pernah berkencan? "Satu-satunya yang indah lalu menghilang adalah matahari". "Satu-satunya yang indah adalah tersesat dalam cinta"."

Dokter sangat setuju dengan Hyun, itu sangat menyanangkan. Kemudian dokter bertanya pada Eun Jae, apa Eun Jae tidak pernah dibacakan syair itu oleh pria?

"Katakan. Kau pernah berkencan atau tidak?" Tanya Dokter.

Eun Jae mengalihkan pembicaraan, dokter yang akan mengurus sisanya, kan? Lalu Eun Jae pergi. Dokter ketawa, Eun Jae belum pernah, kan?


Hyun mengantar Guru Seol keluar sambil menasehati agar gGuru Seol mengurangi pekerjaannya dan memperbanyak olahraga serta istirahat untuk menghilangkan stres. Jangan mempersulit diri sendiri, dengan begitu, Guru Seol bisa menulis puisi bertahun-tahun lagi.

"Aigoo. Aku sudah mengerti. Bagaimana bisa kau lebih banyak mengomel daripada almarhum istriku?"


Seorang perawat berlari-lari menghampiri Hyun, ia tadi lupa memberikan hasil tes Guru Seol. Guru Seol bertanya, apa itu?

"Aku melakukan dua tes darah untuk jaga-jaga." Jawab Hyun.

Hyun membaca hasilnya dan menemukan ada keanehan, volume trombosit (keping darah) Guru Seol sangat rendah? Hyun bertanya, apa Guru Seol ada sakit lagi?

"Tidak juga. Ah.. Itu mungkin karena stres juga. Seringkali, aku melihat darah di pantatku."

"Darah?"

"Iya. Apa mungkin itu wasir?"


Guru Seol terpaksa harus menjalani pemeriksaan lanjutan. Tapi sebenarnya Guru Seol agak risih, apa mendesak untukdilakukan? Hyun menjelaskan, lebih baik untuk mengetahui penyebabnya seperti nyeri dada Guru Seol tadi.


Kemudian Eun Jae masuk. Guru Seol terkejut, bukan Hyun yang akan melakukannya? Hyun menjawab itu bukan keahliannya.


Eun Jae mengatakan hasil pemeriksaannya pada Hyun, kanker. Meereka perlu melakukan pemeriksaan mendalam untuk memastikannya, tapi kemungkinan 90 persen kanker rektal (kanker yang menyerang kolon dan rektum).


Eun Jae menyuruh Hyun menghubungi wali Guru Seol. Hyun bilang tidak ada, Guru Seol hanya punya istri dan sudah meninggal 10 tahun lalu karena kanker rahim.

"Syukurlah aku tidak punya janji selama tiga hari kedepan. Setidaknya aku bisa menemaninya."

"Aku akan memberitahumu setelah ada jadwal pemeriksaannya."

"Lebih terbaik.. untuk memberitahunya setelah kita mendapatkan hasilnya, bukan?"

"Maafkan aku."


Hyun membawa Guru Seol ke kamar inap. Guru Seol tak mengerti, kenapa ia tiba-tiba harus menginap? Apa ada masalah?

"dr. Song menganggap itu bukan hanya wasir. Dia ingin melakukan beberapa tes lagi."

"Bagaimana dengan kelasku besok? Ah Cham! Berapa lama waktu tesnya?"

"Jam 7 pagi, jadi akan selesai jam 9."

"Syukurlah. Aku hanya melewatkan kelas pagi."


Lalu Guru Seol meminjam ponsel Hyun karena ia lupa membawa ponselnya tadi karena tidak bisa berpikir jernih. Guru Seol menghubungi seseorang untuk mengawasi kelasnya besok pagi karena ia ada urusan.


Hyun makin sedih, masalah ayahnya sendiri belum selesai, sekarang tambah masalah Guru Seol. Hyun menyendiri di ruang tunggu Rumah Sakit, ia menghubungi RS Ayahnya.

"Saya wali pasien Kwak Sung. Bagaimana keadaannya hari ini?"

"Hari ini dia sangat tenang karena beberapa alasan. Dia tampak lebih baikan."

"Baiklah. Terima kasih."


Kepala Kim dipanggil Direktur, ternyata ada Jang Sung Ho yang ingin bertemu dengan Kepala Kim, ia mungkin datang karena akuisisi, tapi memang benar ia disini untuk bertemu orang yang menyelamatkannya.

"Saya tidak akan bilang kalau saya menyelamatkan hidup anda. Saya hanya..."

"Ah. Aku rasa kau sangat bekerja keras selama wawancara, dan dr. Song Eun Jae melakukan semuanya. Kenapa kau menendangnya keluar?"

Direktur memotong, seperti yang sudah ia katakan sebelumnya--.


Sung Ho: Ah. Dia pelapor pelanggaran. Kau mengusir pengkhianat. Dokter masih saja sentimental, mengeksekusi pengkhianat dengan cepat seperti samurai. Orang bisnis seperti kami tidak akan bisa melakukan itu. Jika perlu kami merangkul musuh. Jika tidak bisa bekerja dengan pengkhianat, kami tidak akan bisa bertahan. Aku iri padamu. Sangat iri.

Kepala Kim tidak bisa menjawab apa-apa.


Dokter Myung menghampiri Kepala Kim saat Kepala Kim berjalan keluar dari ruangan direktur.

"Anda sudah dengar? Rumor Doosung mengakuisisi rumah sakit kita."

"Mengapa kau mengatakan rumor itu padaku? Apa tidak ada yang bisa dilakukan Asisten Profesor selain itu?"

"Profesor."

"Itu sebabnya kau kalah dari Song Eun Jae."

"Song Eun Jae? Kenapa Anda tiba-tiba..."


Guru Seol menjalani pemeriksaan CT-Scan dan hasilnya memang Kanker Rektal dan sudah meluas ke Hati serta pembuluh balik besar bawah.

"Ini sudah masuk tahap berapa?" Tanya Hyun.

"Tahap keempat." Jawab Eun Jae.

"Apa ada kemungkinannya?" Tanya Direktur Kim.

"Hampir tidak ada yang bisa kita lakukan." Jawab Dokter.

Eun Jae membantahnya, masih bisa dilakukan operasi. Direktu juga setuju dengan Dokter itu (Dokter Kang namanya), mereka harus berhati-hati, jika gegabah, mereka bisa kehilangan nyawanya.

"Itu sama seperti operasi yang lain." Kata Eun Jae.

Hyun bertanya, apa maksud Eun Jae akan melakukan cara yang tidak biasa?


Eun Jae: Titik kunci dari operasi ini apa kita bisa membuang kanker di hati dan pembuluh darah, bukan hanya kanker primer. Ini jarang dilakukan karena sangat berisiko. Aku sedang mempertimbangkan melakukan hepatektomi pasca pengangkatan.

"Hepatektomi pasca pengangkatan?" Ulang Direktur Kim seakan  tak percaya.

Hyun tidak pernah mendengar istilah itu, apa karera ia dari Penyakit Dalam? Ternyata Dokter Kang juga belum pernah mendengar istilah itu. Direktur Kim lalu meminta Eun Jae menjelaskan apa itu.

"Saya akan memotong suplai darah ke hati, mengeluarkan dari tubuh untuk mengeluarkan tumor, lalu memasukkan kembali dan menyambungnya." Jelas Eun Jae.

"Apa itu mungkin?" Tanya Direktur Kim.

"Secara sederhana, Saya menggabungkan teknik transplantasi hati dengan hepatektomi (bedah reseksi atau pengangkatan seluruh organ hati)."


Hyun bertanya, berapa tingkat keberhasilannya? Berapa banyak pasien yang selamat?

"Tidak ada."

"Apa maksudmu?"

"Itu tidak pernah dilakukan di Korea."

"Apa maksudmu ini pertama kali?"

"Iya."

"Kau belum pernah melakukannya?"

"Tidak."

"Dan kau akan tetap melakukannya?"

"Ini satu-satunya pengobatan yang bisa."

"Ini terlalu berisiko--"

"Operasi satu-satunya cara. Dia punya waktu tiga bulan. Dia tidak akan bertahan dari enam bulan. Panggil aku saat jika kau sudah siap."

Eun Jae lalu keluar terlebih dahulu.


Direktur Kim heran, kenapa Eun Jae mau melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya? Dokter Kang menjelaskan, karena Eun Jae ingin mendapatkan kasus yang fantastis.

"Kasus?" Ulang Direktur Kim.

"Katakanlah dia melakukan itu. Ini hanya masalah waktu sebelum dia dipanggil kembali ke Seoul."


Tanpa mereka sadari, Hyun ada di belakang mereka dan mendengar semuanya.


Eun Jae belajar Hepatektomi pasca pengangkatan melalui tesis. Ia lalu menghubungi Dokter Kim, mengatakan kalau ia menemukan pasien yang sesuai dengan tesis, ia akan mengirim daftar informasi yang ia butuhkan. Jasi kirim secepat mungkin.


Dokter Kim sangat senang dan mengucapkan selamat pada Eun Jae, "Aku menghormatimu. Aku mencintaimu."

Dokter Myung terkejut, "Apa yang baru kau katakan? Song Eun Jae melakukan apa?!"


Dokter Myung langsung melapor pada Kepala Kim, Dokter Myung khawatir jakay Eun Jae akan kembali.


Dokter Kang menarik Hyun yang akan menemui Eun Jae, bertanya apa Hyun sudah memberitahu Guru Seol. Hyun belum memberitahu, ia ingin mendengar lebih banyak dari Eun Jae dulu.

"Lupakan dia. Kenapa kau tidak menerima pendapat orang lain? Aku pikir.. dia terlalu percaya diri dan itu menggangguku."

Hyun mengerti.


Jadinya Hyun tidak jadi menemui Eun Jae. Eun jae juga tidak sadar Hyun melihatinya.


Hyun lalu mulai tanya-tanya ke beberapa kenalannya, dengan mengirim E-mail lalu menelfon langsung.


Hyun melihat Guru Seol menunggunya di depankasir. Hyun berhenti sebentar sebelum mendekati Guru Seol.


Tapi Hyun malah mengulurkan ponselnya, "Anda harus menelpon anak-anak. Saya pikir Anda belum boleh pulang."

"Apa ini? Apa sakitku parah? Apa? Apa aku akan mati?"


Guru Seol awalnya hanya bercanda mengatakan itu tapi Hyun menunjukkan wajah serius+Sedih. Mimik wajah Guru Seol pun langsung berubah. 


Hyun pun menjelaskan semuanya, mereka terdiam sebentar sebelum Guru Seo bicara, Guru Seo tidak mengerti kenapa ia harus disana, ia memang tidak mengerti tentang obat-obatan, tapi stadium empat kanker rektal tidak akan bisa diobati bahkan Dokter terbaik sekalipun.

"Tidak. Dokter Song... Dia bisa melakukannya. Dia ingin melakukan operasi." Kata Hyun.

"Tapi kau.. tampak tidak yakin."

"Mengapa anda bilang begitu?"

"Kapanpun kau tidak yakin atau ragu, kau akan menyentuh bagian belakang lehermu. Kau masih punya kebiasaan waktu kecil."


Hyun berdiri, ia akan mencari informasi lebih banyak tapi Guru Seol memanggilnya untuk minta maaf, ia merasa bukan siapa-siapa hanya teman ayah Hyun dan Hyun harus susah-susah karenanya. 

"Jangan berkata begitu."

"Aku hanya menggodamu.. jadi kau akan mencari informasi untukku. Aku tidak bisa membantu jika Ayahmu cemburu. Seperti yang kau tahu, aku tidak punya orang lain. Kupikir aku akan merasa tenang. Aku mengatakan pada diriku sendiri, jika aku memiliki penyakit mematikan, aku akan tetap tenang seolah aku menyapa teman lama. Namun tidak semudah itu. Aku.. sedikit gugup dan takut."


"Anda akan baik-baik saja. Tidak apa. Saya akan melakukan yang terbaik." KataHyun lalu menggenggam tangan Guru Seol, Hyun melanjutkan, "Saya bisa melakukannya."


Di luar Hyun menangis saat tidak ada siapapun yang melihatnya. Ia bersender di pintu ruang rawat inap Guru Seol.


Direktur Kim menyuruh Eun Jae menyarahkan kasus Guru Seol, ia tidak peduli pada siapapun itu, alasannya karena operasi Guru Lee sangatlah beresiko, belum pula diuji atau diverifikasi dan rentang operasinya terlalu besar. Mereka butuh ahli hati dan kandung empedu, ahli bedah kolorektal, ahli urologi, bahkan mungkin ahli bedah kardiotorak.

Eun Jae juga tahu itu. Direktur Kim kembali menjelaskan, Rumah Sakitnya hampir tidak punya keahlian mengenai kanker. Eun Jae juga tahu itu.

"Kalau sudah tahu, kau seharusnya tidak melakukannya."

"Tidak ada dokter untuk memindahkannya ke sana. Tidak ada dokter yang bisa melakukan ini."

"Kau bersikeras untuk operasi?"

"Iya."

"Kau mungkin harus mengurus semuanya."

"Saya tahu."

"Berdasarkan usia pasien, jika operasi dilakukan--"

"10 jam. Saya akan melakukan simulasi untuk melihat apa bisa selesai dalam 10 jam."

"Bagaimana jika tidak bisa?"

"Saya akan menyerah."


Eun Jae menghubungi kenalannya untuk meminjam mayat.


Para staff Rs Kapal sedang menikmati hari libur merka. Jae Geol dan Joon Young malah dihampiri dua wanita cantik.


Tapi tiba-tiba Perawat Pyo mendapat telfon dari Eun Jae. Perawat Pyo mengajak Ah Rin pergi.

"Ada apa?"

"Kau akan tahu nanti."


Eun Jae mengajak Perawat Pyo dan Ah Rim untuk mengerjakan simulasi, tapi sebelumnya ia minta maaf sudah mengganggu hari liburmereka.

"Tidak masalah. Anda telah memompa adrenalinku. Pak! Pak!" Jawab Ah Rim girang.

"Lihat dirimu. Memangnya kau yang operasi?" Tanggapan Perawat Pyo.

EUn Jae lalu mengajak mereka untuk mulai. Pertama, dimulai dengan do'a. Lalu waktu dinyalakan dan mereka mulai operasi.


Hyun merenung, ia mengingat jawaban dari kenalannya.

"Secara teoritis, hepatektomi pasca pengangkutan bisa dilakukan tapi aku tidak yakin apa itu bisa diwujudkan. Jika itu keluargaku, aku tidak akan setuju."

"Satu-satunya dokter yang optimis adalah dr. Song." Kata Hyun.

"Inilah saran dari dokter bedah. Jadilah rasional. Manajemen Nyeri adalah cara yang terbaik. Bantu dia menghabiskan hari-hari terakhirnya dengan damai."



Hyun kembali menyentuh belakang kepalnya, tiba-tiba Guru Seol datang dan menurunkan tangannya. Guru Sepl bertanya, apa Hyun masih belum tahu solusinya?


Hyun kembali menyentuh belakang kepalnya, tiba-tiba Guru Seol datang dan menurunkan tangannya. Guru Sepl bertanya, apa Hyun masih belum tahu solusinya?

"Apa kita... Apa kita harus..."

"Iya?"

"Haruskah kita mempercayakan ini.. pada dr. Song Eun Jae?"

Guru Seol hanya diam saja.


Hyun melihat simulasi yang Eun Jae lakukan. Eun Jae menyadari kehadiran Hyun, tapi hanya menoleh sebentar lalu kembali fokus pada simulasinya.

Narasi Hyun: Haruskah aku mempercayai kegigihanmu? Karena pada saat ini, kaulah orang yang bekerja paling keras demi pasien.


Dokter Jang melapor pada Direktur Kim, Eun Jae menyelesaikan simulasinya dalam enam jam, jadi mereka tidak punya alasan untuk menentang operasi tersebut.

"Tentu, jika itu mayat." Jawab Direktur Kim, lalu ia berfikir.


Eun Jae kembali belajar, ia menulis macam-macam.


Hyun kembali ke ruang rawat inap Guru Seol. Guru Seol sebenarnya belum tidur, tapi ia tidak berbalik pada Hyun. Hyun lalu keluar dan Guru Seol memejamkan matanya.


Esoknya, EUn Jae datang ke ruangan Guru Seol, tapi disana ternyata ada Kepala Kim. Eun Jae bertanya, apa yang ia lakukan disana?

"Bukankah kau seharusnya menyapa Profesor lamamu?"

"Saya bertanya apa yang Anda lakukan."

"Kau tidak pernah melihat dokter memeriksa pasien?"


Kepala Kim lalu beralih pada Guru Seol, berkata kalau ia selalu tergerak oleh puisi Guru Seol setiap kali membacanya, Guru Seol membuatnya malu.

Lalu Kepala Kim melanjutkan, "Staf medis kami akan melakukan yang terbaik untuk perawatan Anda."

"Ya.. Terima kasih."

Kemudian Kepala Kim mengajak Eun Jae keluar untuk bicara berdua.


Tak sengaja Hyun melihat Eun Jae dan kepala Kim keluar dari ruangan Guru Seol.


Kepala Kim: Apa kau sudah gila? Kau akan melakukan apa? Kau akan mengoperasinya?

Eun jae: Saya akan mengobati pasien saya sendiri.

Kepala Kim: Maksudmu, "bereksperimen" padanya, bukan "mengobati". Kau sangat ingin memasukkan ini kedalam tesismu.

Eun Jae: Apa salah saya memasukkannya ketesis saya?

Kepala Kim: Tujuan pasien yang harus diutamakan sebelum tujuan dokter. Kapan kau akan menjadi dokter yang benar?

Eun Jae: Jika ini tiga bulan yang lalu, Saya akan pura-pura jatuh kedalam trik anda...

Kepala Kim: Hepatektomi pasca pengangkatan belum diuji.

Eun Jae: Selalu ada yang pertama.

Kepala Kim: Kau mungkin akan gagal.

Eun Jae: Apa saya harus takut?


Hyun yang menjawabnya, tentu saja, Eun Jae harus takut. Eun Jae dan kepala Kim langsung menoleh kebelakang.

"Ini mungkin yang pertama, tapi kasus ini--" jelas Eun Jae yang kemudian dipotong Hyun.

"Kasus, kasus, kasus! Berapa lama kau akan mengganggap pasien seperti sebuah masalah? Dia bukan kasus, tapi manusia. Jika kau gagal, orang dengan nama Seol Jae Chan akan meninggal."

"Aku sudah bilang padamu. Ilmu pengetahuan membuat kemajuan lewat sebuah kegagalan."

"Aku menolak kemajuan yang tidak menggunakan perasaan. dr. Song Eun Jae, aku tidak bisa menerimamu sebagai Dokter Seol Jae Chan."

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search