-->

Sinopsis The King Loves Episode 17

- Agustus 16, 2017
>
Sinopsis The King Loves Episode 17

Sumber Gambar: MBC


Ratu bertanya pada Won, apa Won sudah menerima 5 daftar keluarga yang diundang? dan Won mengiyakan. Ratu lalu menjelaskan bahwa Won mengundang satu keluarga lagi dan ia juga mengundang satu, jadi totalnya tujuh wanita.

"Di sini, mereka adalah yang paling cantik dan berbakat di Goryeo."


Ratu memanggil wanita yang ia undang. Wanita itu berjalan masuk dan ternyata dia adalah San. Won heran kenapa wanita itu ada disana. Ratu tidak menghiraukannya, ia melanjutkan penjelasannya pada yang lain,

"Orang-orang mengatakan wanita ini memiliki bekas luka di wajahnya karena insiden saat kecil. Namun, dia bertemu dengan tabib yang hebat, jadi bekas lukanya sudah hilang. Apa itu artinya tidak ada bekas luka di wajahmu lagi?"

Won berbisik pada ibunya, "Omamama (Ibunda), wanita ini. Dia adalah orang yang hampir menikah dengan Putra Kanselir--"

Dan kembali, Ratu tidak menghiraukam Won, "Bisakah kau menunjukkan wajahmu yang tidak memiliki bekas luka itu? Ini adalah perintah Ratu." Kata Ratu Pada San.


San pun membuka cadarnya perlahan dan itu membuat Won serta Dan terkejut.


Ratu maju beberapa langkah, "Bagaimana bisa kau menyembunyikan wajah cantik itu selama bertahun-tahun? Apa Ayahmu yang menyuruhnya?"

San hanya diam saja.

Ratu melanjutkan, "Orang-orang melakukan cara licik untuk tidak dikirim sebagai persembahan ke Yuan. Ada yang mencukur rambut agar terlihat seperti biarawati Budha. Ada yang menyebarkan rumor palsu tentang bekas luka di wajahnya."


Ratu berjalan menuju Dan, "dan ada yang memaksakan diri untuk menikahi seseorang. Dan-ah."

"Ya, Ratu."

"Apa kau pernah mendengar rumor semacam itu? Aku tidak berharap menemuimu hari ini. Apa yang dikatakan Seja saat mengajakmu?"

"Dia mengatakan..."


Dan berhenti sebentar untuk menatap San dan Won yang saling menatap.

[Tiga hari sebelumnya]


Won mengakui bahwa San adalah yang pertama baginya. San bertanya, pertama apanya?

"Setelah kau tahu rahasiaku dan melihat apa yang aku lakukan dan aku kerjakan, Kau mungkin tidak akan menyukaiku. Kau tidak akan pernah paham. Namun, Kaulah yang pertama bagiku. Jangan pernah lupakan itu."

"Aku juga memiliki... sesuatu yang ingin kukatakan."

"Katakan. Apa pun yang kau katakan, aku akan mendengarkanmu."

San melepas kalungnya dan mengulurkannya pada Won, kalung itu memiliki bandul sebuah cincin.


Won mundur, ia bertanya apa maksudnya itu. San menyuruh Won untuk mengambil kalung itu karena gelang yang waktu itu ia berikan hanya buatannya sendiri sementara kalung itu adalah peninggalan ibunya.

"Ini terlalu besar, jadi aku memakainya seperti ini. Ambil."

"Aku tidak bisa menerimanya. Itu terlalu berharga."

"Anggap saja ini tanda janji."

"Tanda janji?"

"Suatu hari nanti, tunjukkan ini saat kau ingin meminta bantuan. Lalu aku akan melakukan apapun untukmu."

"Sungguh? Sungguh?"

"Iya."

"Apapun?"

"Benar."

"Tapi mengapa?"

"Sini aku ambil lagi."

"Aku tidak ada bilang tidak mau. Biarkan aku berpikir terlebih dahulu. Kau tidak boleh menyesal nanti."

Won segera memakai kalung itu.


Saat San pulang, ia sudah ditunggu oleh Boo Yong dirumahnya. San menyindir, ini pasti keberuntungan baginya karena semua orang mencoba mendapatkan perhatiannya.

Boo Yong mengaku, ia di sana untuk membicarakan sesuatu. San berkata ia tidak tahu apa-apa, bahkan jika ia tahu, ia ragu untuk mengatakannya pada Boo Yong. Pergilah!


San berjalan melewati Boo Yong dan Boo Yong memanggilnya karena ia membawakan tandu, Agasshi, San-nie Agasshi. San pun menoleh karena Boo Yong tahu identitas aslinya.

"Kita bisa bicara disini." Ajak San.

"Tidak. Di sini terlalu gelap. Anda menyembunyikan wajah cantik itu. Sayang sekali. Seandainya Raja melihatmu, dia pasti akan memujimu."


Boo Yong mendekati San dan hendak menyentuh wajah San tapi San segera memutarnya dan mengancamnya dengan pisau.

"Apa kau sering bicara omong kosong begini? Apa aku harus memberimu pelajaran?"

"Tanganku sakit."

"Kau baru saja memanggilku, "Agasshi". Kau kenapa?"

"Apa Seja Jeoha juga tahu?"


San refleks melepaskan Boo Yong, apa? Boo Yong tidak perlu jawaban San, ia yang akan bertanya pda Won sendiri, apa Won mengenal San-nie Agasshi dan apa Won menarahasiakannya demi San? Dan jika benar, mengapa Won melakukannya? Atau ia harus menemui Raja terlebih dahulu?


Moo Suk melihat mereka dari jauh dan tak sengaja ia memergoki ada penyusup masuk ke rumah San, ia pun mengejar pengyusup itu.


Won kembali ke Istana. Ada Jin Gwan dan Jang Eui menghadap. Won bertanya pada Jin Gwan, bagaimana keadaan Dan, apa sudah baikan?

"Dia sudah makan sedikit bubur malam ini."

Won berkata pada kasim Kim kalau ia akan memakai pakaian yang dikirim Ibunya, ia harus menyenangkan hatinya. Kasim Kim tersenyum, Ratu pasti akan senang.


Won menenagkan Jin Gwan, ia tidak akan mengirim Dan, Dan tidak boleh menjadi persembahan.

"Aku akan menemui Omamama. Aku akan berlutut, memohon, atau merengek. Apa saja kulakukan supaya dia tetap disini."

Jin Gwan tetap sedih, ia menunduk dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa? Itu sepertinya bukan tentang Dan."

"Tuan Wang Rin sedang bersama Ratu."

"Apa dia dipanggil Ratu?"

"Iya, dan dia belum keluar."

"Apa maksudmu?"


Won masuk ke ruangan Ratu dan benar saja, Rin masih ada disana. Ratu bertanya, apa yang membawa Won kesana, kan ia tidak memanggil?

"Apa kau sudah makan?" Tanya Ratu setelah Won memberi salam.

Won menunjuk Rin, "Apa yang dia lakukan di sini?"

"Aku meminta bantuannya. Aku sering membaca dan mengecek sebelum para Utusan pergi. Kau tahu, sedikit sekali kepedulian Raja akan urusan seperti ini, jadi--"


Won mendekati Rin dan menyuruh Rin menatap matanya, "Mengapa kau di sini? Untuk memohon supaya tidak mengirim adikmu? Apa dia mendengarmu? Aku yakin dia hanya menghinamu. Kau menemui orang yang salah. Kau seharusnya datang padaku."

"Ini bukan seperti itu."

"Aku yang akan melakukannya. Itu sebabnya aku disini."

"Anda tidak perlu khawatir."

"Kau tidak percaya padaku."


Won berjalan mendekati Ratu, "Aku akan memohon pada Ibuku. Aku akan memohon padanya bahkan jika membutuhkan waktu 3 atau 4 bulan. Lalu dia akan mendengarkanku."

Rin: Kau seharusnya tidak melakukan itu.

Won: Lihat aku.


Won berlutut di depan Ratu, Dayang Jo dan Kasim choi terkejut, mereka langsung pergi dari samping Ratu. Ratu menyuruh Won berdiri tapi Won diam saja.

Won: Rin menceritakan padaku tentang pernikahan kakaknya. Dia menyuruhku untuk menghentikan pernikahan kakaknya.

Ratu: Kau seharusnya tidak berlutut di depan siapapun.


Won melanjutkan, "Dia menceritakan padaku karena dia pikir itu akan membuatku terluka. Dia memikirkan aku bukan kakak dan adiknya, dan dia datang padaku."

"Aku memperlakukanmu sebagai orang yang dihormati sejak lahir. Aku memperlakukanmu sebagai orang yang dihormati sejak kau masih bayi. "Selamat datang". "Saya akan melindungi Anda". Aku melakukannya karena kau akan menjadi Raja suatu hari nanti."

"Berjanjilah padaku terlebih dahulu."

"Aku membesarkanmu sebagai orang yang dihormati. Apa yang sedang kau lakukan?! Berdiri!"


Rin ikut berlutut bersama Won, menyampaikan permintaan Ratu agar Won berdiri.

"Jangan kirim adik Rin pada Yuan. Lalu aku akan berdiri." Tegas Won.

"Jeoha!"


Ratu mengatakan kalau Dan sudah ia keluarkan dari daftar. "Rin, Dia akan percaya kalau kau yang memberitahunya. Dia sudah mengeluarkannya."

Rin: Dan akan baik-baik saja, Jeoha.


San terpaksa ikut tandu yang disipakan Boo Yong dan Boo Yong terus melihat San membuat San terganggu.

"Wanita yang disukai Seja Jeoha ternyata seperti ini. Apa dia mengatakan Anda cinta pertamanya? Apa Anda tidak suka obrolan seperti ini?"

"Kau berpakaian seperti tabib, tapi tingkahmu seperti Gisaeng. Aku tidak tahu kau yang mana, tapi kau harus menjaga mulutmu."

"Mengapa? Jika Anda tidak suka, Anda mau membunuhku? Anda memegang pisau setiap saat, tapi tidak pernah membunuh siapa pun. Mata mereka terlihat berbeda. Orang yang pernah membunuh memiliki mata yang berbeda."

"Apa kau tidak memiliki teman untuk berbicara denganmu? Atau.. kau harus tetap diam sepanjang hari?"

"Apa aku terlalu banyak bicara?"

"Mari kita bicara tentang orang yang menungguku."

"Dia mengenalmu dengan baik."

"Tidak banyak orang yang mengenalku."

"Ah, dia juga mengatakan ini padaku. "Jika aku berasal dari keluarga Wang, Aku tidak akan menyerahkan Nona Muda San kepada orang lain. Aku akan menjaganya untuk milikku sendiri"."


Tandu berhenti dan Boo Yong menyuruh San keluar karena orang yang mengatakan semua itu sudah menunggu San. San pun turun dan melihat anak-anak menangis, sementara beberapa orang terbujur kaku.

Song In mendekati San, menjelaskan bahwa seluruh keluarga telah meninggal dunia.

"Pagi ini, Nona Muda dari keluarga ini akan dikirim ke Yuan. Dia berumur 13 tahun. Setelah melihat Istrinya dipukul, Ayah wanita itu tidak bisa menahan diri dan melawan para tentara."


"Tidak ada orang yang bisa menahan diri. Putrinya dikirim sebagai persembahan untuk Yuan, dan istrinya bercucuran darah setelah dipukul. Jadi.. Dia melawan mereka. Dia melawan tentara yang memiliki tombak dan pedang, tanpa senjata apapun. Pria yang menafkahi keluarganya dengan mengirim kayu, kehilangan nyawa begitu saja."

"Dia istri yang jahat. Seharusnya dia menyiapkan pemakaman untuk suaminya. tapi dia malah bunuh diri. Dia juga ibu yang jahat. Dia sama sekali tidak memikirkan anak-anaknya yang ditinggalkan sendiri."


Song In: Wanita-wanita yang dikirim ke Yuan, semuanya punya cerita seperti ini. Ayah dan Ibu mereka mungkin tidak terbunuh. Tapi tangisan sedih mereka.. telah menyebar ke seluruh Goryeo.


San terdorong oleh orang-orang yang memindahkan jenazah dan Song In sigap menangkapnya. Setelah mereka lewat, San langsung melepaskan diri dari Song In.


San menatap Song In, jadi tujuan Song In membawanya kemari adalah untuk memberitahu tentang keluarga ini? Song In membenarkan karena selama ini San mungkin pernah mendengar tapi tidak pernah melihat secara langsung.

"Lalu mengapa jika.. aku melihatnya secara langsung?"

"Kau memang berani dan tagguh.. selayaknya murid Guru Lee. Aku pernah mendengar tentangmu. Aku dengar ada seorang murid wanita.. yang disayangi Guru Lee."

"Kau banyak tahu juga."

"Kudengar dia pernah mengatakan, "Banyak murid yang hebat dalam menulis dan bertarung, tapi dia memiliki hati yang besar untuk menjaga orang-orang lemah dan miskin. Karena itulah dia murid terbaikku"."


"Kau pasti memiliki mata-mata di mana-mana. Kau bahkan punya satu disamping Raja." San mengatakannya sambil melirik Boo Yong.

San: Aku tidak akan menanyakan hal yang sama dua kali, tapi aku sudah tahu jawabannya. Permisi.


Song In meminta San datang ke sisinya, tolong.. untuk menolong orang yang lemah dan menyedihkan. Dan San berbalik menatap Song In kembali.


Mata-mata tadi melumpuhkan satu pelayan yang hendak mengantar makanan. Bi Yeon di daam mendengar suara dari luar.


Bi Yeon pun keluar tapi tidak ada siapa-siapa dari luar, ia memanggil-manggil "Agasshi, apa itu kau?"

Bi yeon tak sengajamenabrak pelayan yang sudah dilumpuhkan tadi, ia terkejut, lalu mata-mata itu muncul di belakangnya danmelumpuhkannya pula lalu membawanya ke suatu tempat.


Dia adalah orang yang dikejar Jang Eui kemarin, Furutai. Furutai menyinari wajah Bo Yeon dengan obor yang ia ambil di dekat pintu. Bi Yeon mohon diselamatkan, ia mengaku sebagai putri Menteri Keuangan.

Furutai menghunus pedangnya, "Jika kau Nona Muda, lalu siapa yang kau panggil barusan?"

"Jangan bunuh aku. Tolong jangan bunuh aku."

"Jawab aku. Kau siapa? Kau mau aku.. meninggalkan bekas luka di pipi kananmu juga? Kau tidak mau menjawabnya?"

"Akulah Nona Muda itu."


Furutai siap mengayunkan pedangnya tapi tiba-tiba ada anak panah yang menuju dirinya. Furutai pun menyerah dan meninggalkan Bi Yeon.


Yang menembakkan anak panah adalah Moo Suk, ia lalu menghampiri Bi Yeon setelah Furutai pergi. Namun tiba-tiba Bi Yeon pingsan dan Moo Suk menangkapnya dengan tangan.

Moo Suk melihat bekas luka di wajah Bi Yeon dan itu membuatnya ingat kejadian 7 tahun lalu, ia lah yang menyebabkan bekas luka itu.

Moo Suk lalu membopong Bi Yeon, mungkin untuk ia akntar pulang. *Oh ya.. di novel, Bi Yeon akan ada hubungan spesial dengan Moo Suk, mereka akan melarikan diri bersama kalau gak salah.

[Dua hari yang lalu]


Won mendatangi tempat penyimpanan harta kerajaan, ia mencari yang terbaik dari sana, ia sudah memikirkannya tapi tidak menemukan jawaban. Piring emas, piring perak, ginseng semuanya ada, lalu apa yang terbaik?

"Jika Anda memberi tahu apa yang Anda cari, aku akan--" Tanya kepala penjaga.

"Aku ingin memberi hadiah untuk Kaisar. Bagaimana menurutmu?"

"Jadi itu yang sedang Anda pikirkan."

"Aku sangat merindukan Kakek. Aku ingin memberinya hadiah supaya dia senang. Tapi dia sudah memiliki semua yang dia inginkan. Ada?"

Jang Eui menjawab ia tidak menemukannya. Won berbisik pada kepala penjaga, ia yakin  kepala penjaga memili daftar wanita yang akan dikirim.

"Mengapa Anda menginginkan itu?"

"Kau tahu alasannya. Tidak perlu bertanya segala."

"Kami belum menerimanya dari Ratu. Dia mengatakan ada yang akan diubah."

"Apa begitu?"

"Sepertinya aku mungkin bisa membantu Anda."

Jin Gwan menemukan sebuah daftar, Won membacanya dan ia langsung uring-uringan.


Jang Eui menghadap Ratu, dimana Ratu sedang bersama Rin.

Jang Eui: Seja Jeoha membutuhkan seseorang yang cocok bertarung dengannya, tapi dia tidak bisa menemukannya, jadi dia butuh Wang Rin.

Ratu: Rin saat ini bekerja di bawah perintahku. Katakan padanya bahwa dia sibuk.

Jang Eui: "Tuan Muda Lin pasti bekerja di bawah Ratu, Tapi Ratu sangat peduli dengan anaknya. Jadi dia akan setuju". Dia juga mengatakan ini.

Ratu: Bagaimana jika aku masih menolak?

Jang Eui: Kalau begitu, Seja harus datang ke sini untuk menjemputnya. Tapi karena Ratu tidak suka kebisingan, Ratu pasti tidak mau.


Rin pun mengikuti Jang Eui dan saat ia masuk ke tempat latihan para bayangan, ia langsung diserang Won tiba-tiba.


Won berhasil membanting Rin duluan, "Jika kita menggunakan pedang, kau pasti akan berdarah. Mari kita bertarung dengan tangan kosong."

"Kita harus bertarung terlebih dahulu untuk melihat
siapa yang akan berdarah."


Mereka bertarung lagi dan kembali berhenti untuk berbincang.

Won: Kau tidak pernah berhasil melawanku.

Rin: Jeoha.

Won: Jangan panggil itu saat kita bertarung.

Semua orang berhenti untuk melihat mereka bertarung.


Rin tidak menyarah, ia kembali bangun dan menyerang Won. Rin heran, kenapa Won memukulnya dengan menggebu-gebu? Jika ada yang ingin Won katakan, katakan saja.

"Saat kita lari, kau selalu selangkah di belakangku. Saat kita menembak panah, kau selalu salah sasaran. Aku bertarung denganmu ratusan dan ribuan kali, tapi kau tidak pernah menang melawanku."


Akhirnya Rin berhasil memukul balik Won hingga Won jatuh dan berdarah. Pengawal Won menangkap Rin, mereka berkata akan mengasingkan Rin karena berani memukul Seja.

"Jangan sentuh dia." Bentak Won, lalu ia berdiri.


"Tidak ada yang bisa menyentuh Wang Rin. Tak seorang pun kecuali aku. Aku tidak akan membiarkan orang melakukan itu."

Batin Rin: Jeoha.. merasa tertipu olehku.


Won menyuruh semua orang menjauh dari Rin, Minggir!!

Won: Kau. Kau pikir bisa menipuku selamanya? Apa kau pikir bisa sembunyi dariku, lalu pergi tanpa sepengetahuanku? Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu? Apa? Sandera non-layanan?

Rin: Aku akan memberitahu anda.

Won: Kapan?

Rin: Aku minta maaf.

Won: Untuk apa? Kau menggagalkan pernikahan kakakmu demi aku, sehingga membuat Dan masuk dalam daftar. Dan kau ingin pergi? Apa kau meminta maaf untuk itu?

Batin Rin: Seperti yang aku pikirkan, Jeoha tidak pernah tahu.

Won: Jika kau pergi seperti ini, bagaimana denganku?

Batin Rin: Aku pergi.. bukan karena Jeoha.

Won: Apa kau sungguh ingin melihatku marah? Itu yang kau mau? Hah?

Rin menatap San yang melihatnya dari belakang Won, "Aku pergi.. karena keinginanku."

Won menyadari Rin melihat ke belakangnya, ia pun menoleh dan ternyata ada San disana. Won menoleh lagi kesamping lalu menoleh pada San dengan senyum manis. San membalas senyum Won.

Batin Rin: Itu karena.. hatiku hancur.. berkeping-keping setiap hari.

San memahat sesuatu dan karena ia melamun tak sengaja palunya memukul tangannya sendiri. San kesalitan, tapi hanya sebentar dan ia melamun kembali.


Gae Won menghadang San, bertanya, itu dia bukan? Ketika Gae Won tinggal di sana, ia mendengar apa yang dibicarakan para prajurit. Gae Won dengar dia ada di sini, dia pemilik tempat ini.

"Siapa orang yang kau bicarakan?" tanya San.

"Seja Jeoha. Apa dia Seja Jeoha? Aku langsung menggigil. Maksudku, dia dan aku berbicara seperti teman dekat. Aku bicara dengannya, dan dia menjawabku. dan itu bukan satu kali. Pria yang baru saja berdarah bibirnya. Tunggu.. Kau tidak tahu?"

"Jika dia Seja Jeoha, berarti aku Putri Menteri Keuangan."

"Ah, iya."


Setelah San pergi, Yeom Bok menghampiri Gae Won, menanyakan apa yang San katakan.

"Dia tidak tahu apa-apa. Atau mungkin dia pura-pura."


Rin menyiapkan minuman, sementara San memberikan kompres es pada Won.


Won bertanya, apa mau San. San lalu menaruh kompres es itu ke bibir Won yang berdarah, biarkan saja seperti itu karena dengan begitu bibir Won tidak akan memar.

"Orang tuamu akan menjadi gila jika bibirmu berubah menjadi biru. Tetaplah seperti ini." Tutup San.

"Sejak kapan kau melihat kami bertarung tadi?"

"Sudah lama aku tahu kalian berdua bertengkar, bukan bertarung."

"Apa kau dengar semua yang kami katakan?"

"Aku tidak melihat kalian dari dekat. Kau seharusnya melihat api dan orang bertarung dari jauh supaya tetap aman."


Rin mengantarkan minuman pada mereka. Won bertanya lagi pada San, apa San tidak bertanya kenapa mereka bertengkar?

San hanya melirik tangan Rin, tidak menatap wajah Rin, "Aku belum pernah mendengar alasan yang baik mengapa dua orang bertengkar."


Won menyadari sesuatu, "Sejak kapan? Mereka tidak saling menatap."

Won kedinginan dan menurunan kompres es-nya. San lalu mengambilnya lagi dan membantu Won mengompresnya.


Won kedinginan dan menurunan kompres es-nya. San lalu mengambilnya lagi dan membantu Won mengompresnya.

Batin Won, "Namun sebaliknya, dia menatapku. Dia berbicara denganku dengan suara lembut."

San: Kau memang tidak bisa bersabar (lalu San tersenyum).

Batin Won: Dan dia tersenyum. Dan orang yang tidak bisa menyembunyikan senyuman atau kebohongan malah menjauh, tidak bicara, dan diam. Sekarang, dia bertekad untuk pergi jauh.

Won pura-pura panik, "So Ah, apa kau sakit? Ada apa dengan wajahmu?"

Rin refleks menoleh ke arah San dan Won melihat itu. San menjawab, pasti karena ia belum banyak minum.


Batin Won: Bukan karena mereka tidak ingin menatap satu sama lain. Tapi mereka berusaha untuk saling mengabaikan.

Won lalu memberitahu San kalau Rin masuk ke dalam daftar sandera non-layanan. "Dia mengajukan diri tanpa memberitahuku."

San langsung menatap Rin terkejut.

Rin: Ada yang ingin aku lakukan dengan kemauanku sendiri. Aku bisa belajar lebih banyak dan membuat koneksi disana. (tanpa memandang mereka)

Won: Kenapa kau butuh koneksi? Apa kau ingin mendapat jabatan pemerintah di sana?


San: Apa itu benar?

Won: Iya. Itu sebabnya kami bertengkar. Kami punya alasan. Aku memukulnya dengan sangat keras. Meskipun aku juga dipukul.

Rin: Aku harus minum obat. Jika ada memar, aku bisa mendapat masalah besar.

Rin lalu pergi meninggalkan mereka dan San menatap kepergiannya.


San menenangkan San, ia tidak akan membiarkan Rin pergi. San langsung tenang, jika Won melarangnya pergi, ia tidak lagi khawatir.


"Kau sangat mempercayaiku. Tapi ini akan sulit. Aku mungkin harus bersusah payah untuk menahannya di sini." Kata Won sambil menggenggam tangan San.

"Apa ada yang bisa aku bantu?"

"Kau harus mengingat satu hal."

"Apa?"

"Siapa orang yang pertama bagiku?"

"Aku?"

"Itu sudah cukup untukku."

Namun San malah melepaskan tangan Won.


San menuju tempat Rin tadi, ia menuang minum dan meminumnya. Won terlihat sedih menatap San.
>

2 komentar

avatar

Makasih rekapnya 😢 sedih... tetep terombang ambing kadang simpati ama won kadang sama rin...

avatar

Makasih rekapnya 😢 sedih... tetep terombang ambing kadang simpati ama won kadang sama rin...


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search