-->

Sinopsis Queen For Seven Days Episode 17 Part 2

- Juli 27, 2017
>
Sinopsis Queen For Seven Days Episode 17 Part 2

Sumber Gambar: KBS2


Yeok menerima sendok yang Bibi sodorkan ia teringat kata0kata Chae Gyung dulu saat hari pertama mereka menikah.

"Ayah mengatakan kepadaku.. Rasa makanannya enak karena Ibu. Karena itu dibuat dengan cinta untuk keluarga, dia selalu mengatakan enak terlepas dari keahlian Ibu. Aku harap kau merasakan hal yang sama. Bukan karena rasanya yang enak, Tapi karena aku yang membuatnya."

Yeok kembali meletakkan sendoknya. Bibi berkaca-kaca, ia juga sangat merindukan Chae Gyung.


Gwang Oh dan Suk Hee datang, bibi melarang Yeok keluar dan membiarkan mereka berdua masuk. Bibi lalu keluar untuk memberi mereka ruang pribadi.

Yeok bertanya, bagaimana situasinya. Suk Hee bingung mamulainya dari mana, pokonya belum lama sejak orang mati karena Mantan Ratu dan sekarang ada segerobak penuh..

"Bukan itu yang dia tanyakan." sela Gwang Oh.

"Lalu apa?"

Gwang Oh pada Yeok: Tidak ada yang berubah. Nyonya Shin masih dikurung di istana. Dia tidak bisa pergi kemana-mana tanpa seizin Raja. Kau bisa membayangkan apa yang terjadi dengan Ibu Suri.

Suk Hee: Kau tahu kalau Ibu Suri sakit---

Gwang Oh kembali menyela Suk hee, kali ini agar Suk Hee diam. Gwang Oh melanjutkan, "Karena situasi ini, kondisinya melemah. Ini bukan sesuatu yang serius."


Nok Soo menemani Yung makan makanan mewah, ia menjelaskan siapa saja yang mengirim makanan-makanan itu. Yung bertanya keadaan Yeok pada Kepala kasim.

"Saya dengar dia mencoba menyesuaikan diri dengan keadaannya sekarang." Jawab Kepala Kasim.

"Aku harus memeriksanya. Aku bukanlah orang yang kejam. Pergi temui Yeok. Aku penasaran.. bagaimana kakinya dan bagaimana dia berjalan."

Lalu Yung makan dengan lahap.


Kepala Kasim datang ke rumah diam-diam, ia mengawasi Yeok diam-diam, tapi Yeok tahu kalau ia sedang diawasi.

Yeok berjalan dengan pincang (dibantu tongkat) sampai ia terjatuh dan harus dibabtu budak yang ada di dekatnya.


Saat Yeok masuk, Kepala Kasim memeriksa tongkat Yeok di luar. Sebenarnya kaki Yeok sudah hampir sembuh.

"Yang Mulia. Kau pasti merasa bosan lagi. Kau mengirim seseorang untuk memata-mataiku." batin Yeok.

Bibi pengasuh bergerak, ia mengusir Kepala Kasim dengan melemparinya menggunakan garam.


Yeok mendatangi kuburan Seo Noh. Ia teringat keinginan Seo Noh agar ia cepat menjadi Raja untuk melindungi mereka.

"Kau benar. Tidak ada yang perlu diharapkan dari Raja. Aku akan menghancurkan Raja dengan tanganku sendiri, dan aku akan membayar kesedihanmu." Batin Yeok.


Yung berjalan menuju ruangan Chae Gyung. Saat ini, Chae Gyung akan menulis sesuatu.


Kasim mengumumkan kedatangan Raja. Chae Gyung pun bangkit dan memberi salam pada Raja.

"Bagaimana? Apa kau suka di sini? Aku pikir lebih baik bagimu.. untuk tinggal bersama orang-orang yang kau kenal daripada tinggal di sini bersama orang asing." kata Yung.


Batin Chae Gyung: Aku tidak mau melihat wajahmu seperti dulu lagi.

Chae Gyung menjawab, "Mereka sangat membantuku."

Yung menunggu kata-kata Chae Gyung selanjutnya tapi Chae Gyung diam saja. Yung pun pamit dan akan kembali besok.


Besoknya, Yung datang dan Chae Gyung memberi salam seperti biasa.


Yung duduk dan menyuruh Chae Gyung duduk tapi Chae Gyung diam saja. Yung pun berdiri, ia mendekati Chae Gyung,

"Aku akan datang lagi." Kata Yung lalu pergi.


Istri Siput rapat, Gwang Oh menunjukkan dimana lokasi penjaga kerajaan, Penjaga istana, dan pengawal bersenjata. Mereka berjumlah sekitar 2.000 orang, juga sekitar 400 sampai 500 sedang bertugas, Mereka terbaik dari yang terbaik.

"Kita juga akan menghadapi mereka pada akhirnya." kata Yeok.

"Lima Komandan Militer akan ada berada di pihakmu. Di antara 12 Komandan dan 25 Wakil Komandan yang bertanggung jawab untuk menjaga istana, lebih dari setengahnya, memiliki hubungan dengan pamanku dan Tuan Sung." kata Myung Hye.

"Tapi masalahnya adalah militer. Jika mereka masuk ke dalam istana,  istri siput dan kekuatan lima Komandan Militer tidak akan cukup." Kata Gwang Oh.

"Lalu kita harus menyeret mereka. Keluar dari istana. Jika kita bisa, seret sampai keluar dari Ibukota." Rencana Yeok.


Yung kembali mengunjungi Chae Gyung dan Chae Gyung menanggapinya seperti yang sudah-sudah. Yung juga bersikap seperti biasa, ia berkata akan kembali lagi.

Chae Gyung akhirnya bertanya, apa ada yang ingin Yung katakan. Yung menjawab tidak ada.

"Lalu mengapa Anda datang ke sini setiap hari? Apa karena Anda cemas? Apa Anda takut Pangeran akan datang?"

"Bagaimana dia bisa datang kesini? Dia bahkan tidak bisa berjalan. Hanya saja.. aku merasa senang.. ketika kau berada.. disampingku. Aku tidak bisa membiarkan hariku berlalu.. tanpa mengunjungimu."


Chae Gyung menjelaskan, ia selama ini mengabaikan Yung karena ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa melihat mata Yung. Namun, jika Yung sungguh menyukainya sebagai seorang wanita, Yung seharusnya tidak membiarkan Pangeran menikahinya. Jika Yung tidak mengizinkannya, paling tidak.. mereka bisa menjadi teman dan keluarga.

"Jika aku tidak mengizinkanmu, bukankah kau akan menikahinya? Lebih baik aku.. menikahkan kalian berdua dan aku akan membuat kalian saling membenci, daripada aku membiarkan kalian berdua saling merindukan meski kalian berdua tidak bisa menikah."

"Tapi Yang Mulia... Jika tidak ada yang ingin Anda katakan lagi, tolong jangan sering mengunjungiku. Ini mengangguku. Anda membuatku tidak nyaman."

"Apa kau merasa.. tidak nyaman disekitarku?"

"Iya."

"Mengapa?"

"Suatu hari nanti, kau akhirnya akan membunuhku."

"Kenapa aku membunuhmu?"

"Aku akan mati jika terjadi sesuatu padamu, karena aku adalah keluargamu.  Aku akan mati jika terjadi sesuatu pada Pangeran., karena aku adalah istrinya. Aku yakin.. Jika aku mati, aku tidak akan bisa mati dengan tenang. Jika aku hidup, aku tidak akan bisa hidup sepenuhnya. Itulah kehidupan yang aku jalani di dunia ini. Jadi, Yang Mulia, Jangan mengharapkan apapun dariku. Aku tidak punya apa-apa untuk diberikan padamu.. selain jiwaku yang sudah mati."


Raja merenungkan kata-kata Chae Gyung, "Satu-satunya yang bisa ia berikan padaku adalah jiwanya yang sudah mati?" Yung menghela nafas.

 
"Dan aku akan menunggu Pangeran dengan duduk di sini setengah mati. Saat dia kembali, Aku harus membuat pilihan. Sisi siapa.. yang akan aku pilih sampai aku mati?"


Yeok menulis surat, "Orang-orang di pengasingan ingin memulai pemberontakan".

Lalu surat itu disampaikan pada Park Won Jong.


Park Won Jong membaca surat itu di depan para menteri.

"Orang-orang di pengasingan Provinsi Jeolla seperti Yu Bin, Lee Gwa, dan Kim Jun Son ingin menyerang tentara dan memulai pemberontakan."
Menteri personalian bertanya apa yang terjadi.

"Para pemberontakan dari provinsi-provinsi akan datang." Jawab Park Won Jong.

"Apa mereka.. ingin melawan Raja?" Tanya menteri personalia.


Istri Siput membebaskan tahanan dengan pimpinan Myung Hye.


Suk Hee dan Gwang Oh mendatangi pejabat.

 
"Pejabat yang diturunkan atau diasingkan ke pedesaan oleh Raja bersekongkol untuk mengumpulkan orang-orang dan menuju ke ibukota."
Penjelasan Park Won Jong.


Park Won Jong: Mereka akan mengusir Raja dan mengambil alih pemerintahan.

Menteri: Berapa lama sampai pemberontak tiba di ibukota?

Pengawal Park Won Jong: Beberapa hari lagi. Paling lama seminggu. Mungkin hanya 3 atau 4 hari.

Menteri: O-Ho.. Kita tidak punya cukup waktu untuk mengatur strategi defensif.

Menteri Personalia: Jika begitu, Mungkin akan ada perang saudara. Akan ada.. pertumpahan darah di dalam istana.

Park Won Jong: Sebelum itu terjadi, Kita harus mengambil keputusan. Jika kita hanya menunggu dan membiarkan pemberontak mengambil keuntungan, Kita semua yang memegang posisi penting kan dieliminasi.


Im Sa Hong menyampaikan bahwa Raja sedang tidak sehat jadi tidak akan ada rapat. Jika ada laporan yang mendesak, mereka bisa datang kepadanya.

"Aku rasa.. kita tidak bisa melapor ke Sekretaris." Kata salah satu menteri.

"Aku ingin tahu apa kau bisa mendiskusikan apapun tentang politik tanpa aku." Jawab Im Sa Hong.


"Ayo kita lihat. Inilah sebabnya mengapa ada pemberontakan! Pria dari seluruh penjuru negeri menunjukkan tanda-tanda pemberontakan. Beberapa orang bahkan menuju ke Ibukota."

Mereka semua lalu keluar ruang rapat.


Satu menteri tinggal disana, ia memberikan sesuatu yang menurutnya mendesak pada Im Sa Hong.

"Pemberontakan? "Para Pejabat yang merampok rakyat. Gubernur bersekongkol dengan seorang menteri di istana dengan nama Im..." " Im Sa Hong tidak menyelesaikan membacanya, ia berka atakan memberikan dokumen itu papa Raja. 


Tapi kenyataannya, Im Sa Hong menyimpannya sendiri, Raja tidak perlu mendengar hal-hal yang tidak penting tersebut, katanya.


Myung Hye mengunjungi Park Won Jong, ia melapor bahwa semuanya berjalan lancar tapi Park Won Jong tampak masih khawatir.

"Kau pasti sudah dengar tentang pemberontakan. Ini lebih dari yang kita duga. Mereka juga bisa menjadi ancaman bagi kita. Orang-orang kelaparan tidak bisa membedakan bangsawan yang baik dan jahat."

"Anda tidak perlu khawatir tentang itu. Aku yakin rencana Pangeran akan berhasil. Untuk menipu musuh, Anda terlebih dahulu harus menipu sekutumu."


Park Won Jong mendatangi Yeok, ia protes karena Yeok tidak memberi tahunya dulu tentang rencana ini. Yeok menyuruh Park Won Jong untuk terus berpura-pura tidak tahu.

"Pangeran..."

"Rumor mengatakan ada lebih dari 1.000 pemberontak. Jika mereka bersama kita dan bergabung dengan Lima Komandan Militer, Mereka akan melebihi jumlah penjaga istana."

"Dengan jumlah angka mereka, orang akan lari menyelamatkan nyawanya. Lalu istana akan kosong."

"Iya. Saat itulah.. Aku akan menyelinap masuk dan menantang Raja."

"Jika kau, Tuan Sung dan Lima Komandan Militer dapat menangani Pengawal Istana. Itu seharusnya memberiku waktu untuk menaklukkan Raja."

"Mengapa Anda merahasiakan ini dari orang-orang yang melawan Raja?"

"Itu.. untuk mencegah pengkhianatan yang lain. Tidak semua orang yang melawan Raja, berani dan tidak goyah. Mereka melakukan apa yang orang lain tidak bisa lakukan. Tentu saja, mereka akan takut. Jika salah satu dari kita mengkhianati yang lain, Kita semua akan kalah. Itulah mengapa.. aku ingin menanamkan sesuatu di dalam rasa ketakutan mereka tersebut. Jika mereka tidak bekerja sama, mereka bisa mati. Tidak boleh ada yang memiliki pikiran berbeda. Setiap manusia.. akan menghargai kehidupan orang lain."

"Anda mau.. merahasiakan ini sampai akhir?"

"Iya. Usaha ini tidak boleh gagal. Begitu banyak nyawa dan masa depan Joseon yang dipertaruhkan. Dan juga, Aku punya keluarga idalam istana. Ingat itu."

"Aku akan mengingatnya, Pangeran."


Kepala Kasim membawakan surat yang dikirim Tuan Shin, isi surat itu masih sama seperti surat-surat sebelumnya, menanyakan bagaimana keadaan Yung. Yung menyuruh Kasim memasukkannya ke kotak seperti biasa.

Tapi ia mendadak berubah pikiran, ia meminta surat itu.


Chae Gyung melamun, "Pangeran. Apa kakimu sudah sembuh? Apa kau makan dengan teratur?"


Kasim Song mengumumkan kedatangan Raja. Chae Gyung berdiri untuk memberi hormat. Yung bilang kalau ia datang untuk urusan bisnis.

Kepala Kasim membawa kotak surat dari Tuan Shin kesana.

"Ayahmu mengirimku surat setiap hari. Aku yakin dia bertanya bagaimana keadaanku lalu kemudian memberikan saran sebagaimana Menteri semestinya. Aku juga yakin dia menulis karena khawatir padamu, dan berupaya untuk menenangkanku, jadi aku mungkin akan bisa membebaskanmu. Jika... kau tidak mau usaha ayahmu sia-sia, Aku ingin kau membacakanku surat ayahmu setiap hari."

"Saya akan melakukan apa yang Anda perintahkan."


Chae Gyung pun membacakan surat ayahnya dengan datar, tidak ada emosi sama sekali.

"Andaingat ini? Ini adalah undangan untuk pesta ulang tahunmu... Sejak Anda masih jadi Pangeran Muda."


Yung membuka surat terakhir dan menyuruh Chae Gyung membacanya.

"Yang Mulia, aku melihat banyak cincin di atas bulan. Yang paling cantik adalah yang aku lihat dari Gyeonghoeru. Aku rindu kita minum bersama seperti biasa di bawah sinar rembulan."


Yung tidak puas, ia menyuruh Chae Gyung membaca yang lain. Dan Chae Gyung kembali membaca surat itu tanpa emosi. Yung menghentikannya.

"Penasihat Negara Kedua memang penulis yang mengerikan. Aku tidak tahan dengan ini. Kenapa wajahmu? Apa kau tidak senang berjumpa denganku?"

Chae Gyung hanya diam saja. Yung menunjuk hadiahnya yang sama sekali tidak disentuh Chae Gyung, "Apa kau mengejek hadiahku?"

"Aku adalah istri pengkhianat. Aku tidak berani memakai pakaian berwarna-warni atau aksesoris mahal."

"Mulai sekarang, aku yang akan mengantar hadiah itu sendiri."

Yung pergi dengan kesal.


Chae Gyung menyentuh surat-surat ayahnya, barulah ia menangis.

"Ayah. Apa yang harus aku lakukan sekarang?"


Park WOn Jong mendatangi Tuan Shin, saat itu Tuan Shin sedang menulis surat, mungkin untuk Raja. Park Won Jong tercengang dengan kesetiaan Tuan Shin itu.

"Mengapa dia menghukum Menteri yang setia sepertimu?" heran Park Won Jong.

"Menteri yang menipu.. tidak bisa disebut setia."

"Tidak. Orang yang pertama berbohong adalah Raja. Anda juga melihat apa kemauan almarhum Raja dengan mata kepala sendiri."


Tuan Shin membentak Park Won Jong, ia menyuruh Park WOn Jong pergi, jika itu yang ingin Park Won Jong katakan.

"Untuk menuruti kelaparannya, Raja membiarkan orang-orangnya sendiri kelaparan. Untuk masa depan Joseon, Kita harus membuat pilihan. Aku telah memilih pilihan untukku. Aku akan menggulingkan Lee Yung dan mengangkat Pangeran Jin Seong."

"Apa... kau akan tetap melanjutkan ini?"

"Kau juga harus membuat pilihan. Mungkin sedikit lebih sulit bagimu. Kau harus memilih Adikmu... atau putrimu. Jika kau tidak bisa menjawabnya, aku akan mengubah pertanyaannya. Kau mau mati sebagai rakyat Raja atau hidup sebagai Ayah putrimu? Jika kau memilih putrimu, Jangan lakukan apapun hari ini. Jika kau membuat pergerakan.. Itu akan menyadarkan Raja akan rencana kita. Aku akan menganggap kau ingin melawan kami."


Saat Park Won Jong akan keluar, ternyata Nyonya Shin ada di depan pintu. Park Won Jong pun menunduk hormat.

"Dia adalah putrimu satu-satunya. Kau tidak mau menyelamatkannya?" Park Won Jong berbalik pada Tuan Shin, barulah ia benar-benar pergi.


Nyonya Shin memandang Tuan Shin dengan mata berkaca-kaca, ketakutan.


Yeok membawa tongkatnya masuk, ternyata itu bukan tongkat biasa, tapi pedang. Suk Hee dan Gwang Oh masuk, Yeok cepat-cepat menyembunyikannya.


Mereka melapor bahwa semuanya sudah siap. Pemberontak sudah menunggu satu hari sebelumnya. Myong Hye akan bergabung malam ini dan mengambil alih.

"Sempurna. Ayo." kata Yeok.


Pertama mereka menyerang orang-orang yang membawa barang ke istana, kalau bukan untuk Raja ya Im Sa Hong.


Mereka tidak membunuhnya, cuma meminjam baju mereka.


Yeok dkk dihadang saat akan memasuki gerbang istana, mereka meminta tanda dan daftar barangnya. Yeok memberikannya sambil menyembunyikan wajahnya, ia menyuruh mereka cepat karena Im Sa Hong sedang menunggu.

Suk Hee menyuap penjaga itu supaya diijinkan lewat. Mereka kemudian diijinkan masuk tapi ada yang curiga.


Dari dalam, menteri Personalia membantu, akhirnya mereka bisa masuk.


Yeok berganti pakaian menggunakan pakaian yang dikenakan Menteri Personalia tadi.


Tempat yang pertama mereka datangi adalah ruangan Ibu Suri.


Ibu Suri sangat senang melihat Yeok.

"Aku membuatmu menunggu. Aku disini sekarang."


Chae Gyung mengelus cincin yang Yeok berikan.  Ia tersenyum bagaimana Yeok memberikannya.


Dan tiba-tiba ada beberapa orang di depan ruangannya, lalu satu orang masuk. Chae Gyung sangat ketakutan. Orang itu membuka maskernya dan dia adalah Yeok.


"Chae Gyung-ah. Ini aku. Apa aku membuatmu menunggu lama?"


Yeok lalu mendekati Chae Gyung dan menyentuh tangannya. Tapi Chae Gyung tidak merespon apa-apa.

"Apa kau sudah lupa sentuhanku?" tanya Yeok.

Barulah Chae Gyung mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Yeok. Yeok mendekatkan wajahnya agar mudah Chae Gyung raih.


Chae Gyung menangis, Yeok lalu memeluknya.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search