-->

Sinopsis The King Loves Episode 7

- Juli 26, 2017
>
Sinopsis The King Loves Episode 7

Sumber Gambar: MBC


Raja menuduh Won ingin membunuhnya. Won terkejut, apa maksudh Raja. Sementara itu, Moo Suk melarikan diri dan Rin menyaksikannya.


Lalu untuk menyelamatkan WOn, Rin menembakkan anak panah  ke arah Won dan itu mengenai kuda Won. Kuda Won terjungkal dan Won jatuh.


Won mendekati Raja sambil menghunus pedangnya. Raja mengira Won akan menabasnya, ia super ketakutan. Tapi Won cuma ingin bertanya,

"Anda baik-baik saja?"

Tanpa disangka Raja, Won malah melindunginya. Won menyuruhnya untuk menunduk, semetara Won berjaga.

"Siapa kau! Cepat tunjukkan dirimu!!" Bentak Won.

Raja melihat kalau tangan Won juga terluka tapi Won tidak merasakannya.


Rin menuju tempat Moo Suk memanah tadi tapi tidak ada jejak apa-apa. Kemudian pasukan kerajaan datang melindungi Raja dan Won. Rin cepat-cepat melarikan diri. Tapi pasukan melihat sekelebat dirinya.


Raja lebih percaya pada Won sepertinya sekarang. Mungkin merasa kalau Won pemberani juga tidak seperti yang selama ini ia pikirkan.


San berhasil melepaskan diri dari Song In tapi tidak lama, hanya beberapa detik sampai Song In menodongnya dengan pisau kembali.

"Kembalikan pisauku." pinta San.

"Aku akan bertanya lagi, siapa kau?"

"Dan Anda sendiri siapa yang mengancam ku yang merupakan orangnya orang lain?"

"Orang lain? Maka kau orang dari keluarga Menteri Keuangan?"



San tidak menjawabnya, ia menyerang Song In lagi untuk merebut pisaunya tapi Song In kembali bisa menyusutkannya. Song In menyalahkan San, karena San ia tidak bisa melihat sesuatu yang harusnya ia lihat.

"Saya tahu ini salah saya karena sudah menginterupsi Anda. Tapi.. saya sangat sibuk sekarang. Saya harus mencari seseorang, tolong ijinkan saya pergi sekarang."

"Kau sedang mencari seseorang?"

"Jika Anda beritahu siapa nama Anda, saya akan kembali untuk menjemput hukuman saya, jadi.."

"Kau menggali kuburanmu ternyata."

Song In siap menancapkan pisau itu pada San tapi Song In mendengar langkah kaki seseorang yang mendekat. Song In lalu berlari menjauh membawa pisau San.


Orang itu adalah Rin, Rin dan San sama-sama terkejut melihat satu sama lain. Rin bertanya, ngapain San disana. San balik bertanya apa Rin tidak melihat seorang pria? Pria yang memakai pakaian serba hitam dan membawa busur panah.

"Busur panah?"

"Lihat atau tidak?!"

"Maksudmu, dia ada disini?"

San kesal, ia akan lanjut mencari tapi Rin menahannya. Apa San tahu siapa dia? Apa San melihat apa yang dia lakukan?


Suara terompet pasukan kerajaan semakin dekat. San panik, ia langsung berlari. Rin akan mengikutinya tapi tidak jadi. Maka Rin tertangkap oleh pasukan kerajaan. Ia tidak melawan, malah menjatuhkan pedangnya.


Rin dibawa kembali ke lokasi Rombongan Raja dan dihadapkan langsung pada Raja.  Saat ini Raja tengah dirawat lukanya dan Menteri Eun bersujud di hadapannya, mohon ampun.

Song Bang Won menjelaskan, Rin lah satu-satunya orang yang ada di lokasi pemanahan. Rin membawa Busur panah dan anak panahnya juga. Tapi Raj atidak menyahut apa-apa.


Permaisuri Wonsung bertanya pada Rin langsung, apa benar Rin ada disana?

"Saya ada disana." Jawab Rin dan membuat ayahnya menghela nafas.


"Apa kau yang menembakkan anak panah?" Tanya Permaisuri Wonsung dengan bentakan.

Won membela, ia juga ada disana dan bagaimanapun bukan Rin yang menembakkan anak panah itu. Permaisuri tak mengerti, kenapa Won membela Rin, apa Won tidak ingat, Won dan Raja hampir mati karena anak panah itu.

"Jadi maksud Anda, Rin mencoba menembakku? Disaat dia adalah satu-satunya temanku?"

"Mereka bilang, dia (Rin) bersembunyi disana."

"Rin melakukan semuanya dibawah perintahku."

"Kau perlu hat-hati dalam berkata."


Kepala prajurit datang, ia membawa anak panah yang ia temukan dari lokasi. Ada dua, satu tertancap di pohon dan satunya di tubuh kuda. Ayah Rin mengambil anak panah itu dan mengamatinya.

Raja menjawab, ngapain itu dibawa-bawa toh pelaku tidak mungkin mengukir namanya di anak panah itu. Raja lalu memerintahkan untuk melanjutkan interogasinya. Tapi semuanya diam. Raja bertanya, kenapa?

Ayah Rin mengatakan bahwa ada nama terukir di anak panah itu. "Anak panah ini milik Seja Jeoha."


Jeon menyuruh Rin segera mengaku, toh Won juga sudah bilang kalau tindakannya atas perintah Won. "Apa kau sembunyi di sana atas perintah Seja Jeoha?"

Tapi Rin hanya diam saja. Rin malah memandang Won.

Jeon melanjutkan, "Apa kau ingin membangkang di depan Yang Mulia? Meskipun kau adikku, Aku tidak bisa membiarkan ini, Rin."


Won mengambil alih, ia bertanya pada Rin sambil merebut anak panah itu dari tangan ayah Rin, apa Rin sudah menemukannya? Apa Rin menemukan orang yang mencuri anak panah itu?

"Sayamenemukan seseorang yang mencurigakan, tapi saya kehilangan dia." Jawab Rin.


Won menjelaskan pada Raja, ia sudah tahu bahwa anak panahnya dicuri sebelum ia pergi berburu. Jadi, ia memerintahkan Rin untuk menemukan orang yang mencurinya. Ia pikir mereka hanya ingin membuat sebuah peringatan. Tapi, mereka mencoba membuat Raja curiga padanya dan membuat orang-orang setia Raja saling curiga. Ini sesuatu yang tidak bisa ia mengerti. Raja hanya diam saja, berpikir, Lalu Raja kembali melihat tangan Won yang terluka yang saat ini digunakan untuk menggenggam anak panah itu.


Raja beralih pada Menteri Eun. Menteri Eun sangat merasa bersalah, ia bahkan bersedia di hukum mati karena semua ini terjadi ditanahnya.

"Jika kau mati, siapa yang menyiapkan makan malamku? Aku akan lanjutkan pemburuannya. Sebagai gantinya, jika ada panah yang mengarah ke arahku lagi, kau harus membayarnya dengan hidupmu."

"Yang Mulia..."

"Tidak, membayar hidupmu tidaklah cukup. Kau akan menjadi seorang pengkhianat, sehingga seluruh keluargamu akan merasakan akibat atas kejahatan ini."

"Kebaikan Anda tidak terbatas."

Raja memberi WOn waktu tujuh hari untuk menemukan orang yang menembakkan anak panah itu. Won lega, ia langsung berterimakasih.


Song Bang Young menentang keputusan Raja, bagaimana mungkin Raja dengan mudah..

"Apa yang ingin kau katakan?"

"Setidaknya hukum Wang Rin. Dia satu-satunya orang yang berada di tempat kejadian."

"Tolong berpikir sebelum bicara. Lalu, apa kau mengatakan Rin menembakkan anak panah ke arahku dan Seja? Mengapa? Oh.. supaya dia bisa menjadi Raja setelah membunuh kami berdua? Apa begitu? Kau mencoba membunuh kami untuk menjadi Raja?"

Rin jelas membantahnya. Raja marah pada Song Bang Young setelahnya.


Permaisuri mendatangi Rin, ia bilang bahwa Won baru saja melakukan kesalahan. Won bukan lagi teman Rin.

"Raja tidak membutuhkan teman. Raja hanya memiliki bawahan dan musuh." Lanjut Permaisuri sambil menatap Won.

"Omamama juga melakukan kesalahan. Aku bukan Raja. Lebih tepatnya belum." Jawab Rin.


Permaisuri memandang Won dan ia menghela nafas, lalu pergi. Namun sebelumnya, ia menatap tidak suka pada Ayah Rin.

Song In menguping semuanya, tapi tidak sembunyi-sembunyi sih, semua orang jugalihat tapi ia tidak mendekat, dari pintu masuk saja istilahnya. 


Gae Won dan Yeom Bok diikat di tiang salah satu tenda. Mereka berdua berusaha untuk melepaskanikatan itu. Mereka menemukan alat, jepit rambut.


Prajurit yang berjaga di luar masuk ke dalam tenda itu karena mendnegar suara ribut. Tapi saat di dalam mereka berdua tidak ada. Mereka hanya bersembunyi lalu muncul untuk menyerang kedua prajurit dan mereka berhasil menang.


Gae Won tak menyangka ternyata mudah melumpuhkan mereka.


Rin bicara dengan Won dengan nada agak tinggi, bagaimana bisa Seja Jeoha yang begitu cerdas dari negeri ini menjadi bodoh?

"Apa kau marah padaku sekarang?" Tanya Won.

" "Dimanapun dan apapun yang Rin lakukan, itu semua di bawah perintahku"."

"Aku baru saja menyelamatkanmu, tahu. Kau berterima kasih dengan membungkuk saja belum cukup."


Rin mengingatkan, ada banyak orang yang mencoba menjatuhkan Won dengan cara apapun. Tapi, Won tidak tahu apa yang seharusnya Won katakan atau lakukan?

"Jika bukan karenaku, kau pasti dapat hukuman dari Yang Mulia dan mungkin telah kehilangan nyawa."

"Itulah mengapa. Kenapa kau membela seseorang yang mungkin menembak Raja?"

"Apa kau yang menembakkan anak panah itu?"

"Lihat, kau saja meragukanku."

"Aku tidak mengatakan aku ragu."

"Saudara biologisku saja sedang mengincar takhtamu, Jeoha."

"Itu 'kan kakakmu."

"Bagaimana kau bisa yakin kalau aku tidak melakukan hal serupa?"

"Pertama, keterampilanmu bukan main-main. Kau pernah ditembak dan lolos dua kali, bukan? Kedua, meski kau tidak sebanding dengan Seja Joha, Kau juga memiliki otak yang luar biasa (pintar). Jika kau ingin membunuh kami, Kau tidak akan melakukan ini dengan cara yang bodoh. Kau yang menembakkan panah, berada di sana seperti idiot, lalu tertangkap? Ini tidak masuk akal."


Rin mengakui, ia memang yang menembakkannya. Ia memperjelas, ia yang menembakkan anak panah ke kuda Won.

"Apa yang kau katakan?" tanya Won.

Prajurit melapor pada Rin kalau penjahat yang Rin tangkap kabur. Rin akan menuju tenda mereka diikat tapi Won menahannya, menyuruhnya untuk menjawab terlebih dahulu.

"Tunggu sebentar." Jawab Rin lalu menepis tangan Won.


Rin melihat situasi dan disana ada penjaga yang diikat tanpa pakaian, jadi penjahatnya lari dengan memakai pakaian penjaga itu. Rin memerintahkan prajurit untuk mencari mereka sampai ketemu.


Won menghalangi jalan Rin, masih menuntut Rin untuk menjelaskannya.

"Mereka orang-orang yang menjual anak panah Anda."

"Mereka?"

"Mereka satu-satunya petunjuk. Jika kita kehilangan mereka..."

"Jelaskan padaku agar aku mengerti."

"Ah, ada satu orang lagi yang tahu."

Rin tidak menghiraukan Won yang masih kebingungan, ia langsung pergi.


San kembali ke tempat ramai, masuk desa lagi. Ia lalu mencuri pisau orang yang sedang makan, dengan sedikit sandiwara tentunya.


San memeriksa setiap orang yang berpakaian serba hitam tapi itu sangat mencurigakan jadi prajurit menginterogasinya. 

"Siapa kau?" Tanya Prajurit.

"Aku adalah pembantu dirumah Menteri."

"Apa seorang pembantu membawa senjata?"

"Aku sedang buru-buru."

Prajurit tidak bisa membiarkan San pergi begitu saja karena San sangat mencurigakan.


Untung ada Koo Hyung yang menolongnya. Koo Hyung menarik tangan prajurit yang hendak membawa San.

"Apa yang kau lakukan di sini? Menteri sedang mencarimu!" Bentak Koo Hyung.

Dengan begitu, Koo Hyung berhasil membawa San pergi.


Sepertinya Rin sudah menjelaskan semua pada Won. Won tidak ingin menemui San dengan pakaian seperti itu, ia menyarankan untuk bertanya pada orang lain saja.

Won lalu bertanya pada salah satu pekerja Menteri EUn.

"Kami mencari pembantu rumah itu." Kata Won.

"Jika Anda memberi tahu namanya, aku akan mencarinya.

"Aku tidak tahu namanya."

"Lalu, bagaimana ciri-cirinya?"

"Dia kira-kira setinggi ini, dan suka makan dan minum (alkohol)."


San dan Koo Hyung lewat dibelakang mereka tapi tidak ada yang sadar.

Orang yang ditanyai Won tadi bingung, ia bertany bagaimana ciri-cirinya wanita yang WOn cari.

"Dia terlihat... aneh. Tidak peduli kapanpun aku melihatnya, dia terlihat aneh. Kau tidak tahu siapa dia?" Jawab Won.

"Itu..."

"Apa tidak ada orang yang terlintas dipikiranmu?"


Bi Yeon diam-diam membawa baju ganti ke ruangan Menteri Eun. Bi Yeon memberikan itu untuk San, juga ada sejumlah uang.


Menteri Eun menyuruh San kembali ke Gunung Dota dan jangan pernah berpikir untuk pulang. San sudah memutuskan untuk tinggal lebih lama karena ia tidak akan pulang lagi dalam waktu lama.

"Untuk apa?" Tanya Menteri Eun.

"Kita harus menangkapnya! Ini sudah tujuh tahun. Setelah tujuh tahun, aku akhirnya menemukan orang yang membunuh Ibu dan merusak wajah Bi Yeon."

"Kau tidak melihat wajahnya dengan benar. Bagaimana bisa kau menemukannya?"

"Aku tidak ragu lagi. Dia memiliki tato yang sama di lengan bawahnya. Dan dia menembak panah pada Yang Mulia. Itulah mengapa--"

"Orang itu! Dan orang yang berada di belakangnya bukan sekedar perampok biasa. Sepertinya mereka adalah pemberontak yang mencoba untuk mengambil alih negeri ini."

"Itu sebabnya kita harus menangkapnya! Apa aku harus memberitahu pejabat? Jadi mereka bisa membantu kita."

"Kita tidak akan melakukan apapun!"

"Ayah..."

"Kita adalah pedagang. Siapapun Raja.. atau orang yang mengincar takhta, Bukanlah masalah bagi kita. Kita hanya ingin hasilnya. Hal yang sama juga berlaku untuk balas dendam. Jika kerugian lebih besar dari keuntungan, maka menyerahlah untuk balas dendam."

"Meskipun kita menemukan orang yang membunuh Ibu?"

"Lupakan saja."

"Aku tidak bisa terima."

"Kau harus menerimanya! Kau adalah putri seorang pedagang!"


Menteri Eun memrintahkan Koo Young untuk membawa San besok pagi, jangan ditunda lagi. Koo Hyung menunduk patuh. Lalu menteri Eun keluar.

Tapi sekali lagi ia menatap San. San berkaca-kaca.


Menteri Eun menyimpulkan, nampaknya Putra kedua Susagong (Jeon) mengincar kursi Seja Jeoha. Koo Hyung menyampaikan, menurut investigasinya jumlah tentara yang diam-diam mereka latih terus berkembang.

"Dia membutuhkan kekayaan dan kekuasaan Anda." Lanjut Koo Hyung.

"Dia juga butuh uang untuk membeli pejabat."

"Apa Anda berencana menikahi Bi Yeon padanya, menggantikan Agasshi?"

"Ini berbahaya. Ada orang yang mirip ular di sebelah anak Kedua. Dia akan menemukan sifat asli Bi Yeon dengan cepat."

"Lalu, apa yang akan Anda lakukan tentang pernikahan itu?"

"Besok pagi bawa dia pergi. Dan juga bawa beberapa pakaian hangat untuk bertahan dimusim dingin."

"Iya. Saya mengerti."


Song In mendatangi Moo Suk. Moo Suk menyuruhnya masuk karena di luar dingin.

"Didalam juga dingin." jawab Song In.

"Apa aku harus menyalakan api, Tuan?"

"Tidak...Aku rasa rumahnya dingin karena kosong."

"Apa Tuan menunggu sesuatu?"

"Entahlah... Sepertinya salju akan turun. Udara malam ini berbeda dari biasanya."


Bi Yeon menghapus airmata San dengan lengan bajunya. Ia menyuruh San bersuara saja jika memang mau menangis, tidak usah ditahan.

"Siapa bilang aku menangis?"

"Kau akan sakit kepala jika terus menahan air mata."

"Aku tidak menangis, tahu."

"Kalau begitu aku akan bertanya satu hal sebelum kau pergi."

"Apa?"

"Wang Jeon... Apa dia tampan seperti yang dikatakan orang-orang? Apa kepribadiannya sesuai dengan ketampanannya?"

"Mengapa? Kau mau menikah dengannya? Aku pikir kau tidak mau."

"Aku akan menikahinya jika dia orang yang biasa saja."

"Apa maksudmu?"

"Jika dia orang yang hebat, Agasshi yang harus menikah dengannya."

"Aku rasa kau tidak bisa menjadi putri seorang pedagang. Bagaimana kau bisa membuat kesimpulan seperti itu?"

"Kudengar keluarga Susagong adalah tertinggi selanjutnya di antara keluarga kerajaan, selain Raja sendiri. Lalu Agasshi tidak akan tinggal di pegunungan seperti binatang buas lagi."

"Aku memang tidak hidup .. seperti binatang buas."

"Bagaimanapun, orang seperti apa dia? Apa kau berhasil menemuinya?"

"Tidak, karena gangguan seseorang."

"Siapa?"

"Seseorang. Orang yang suka memberi sesuatu."


Won mengucapkan berbagai nama untuk mengingat nama San (nama yang digunakan San saat ini), "Mae Hwa (bunga aprikot Jepang), Nan Cho (anggrek)... Ah, apa itu? Itu pasti nama bunga. Aku dengar Gurunya menyebutkan nama dia. Mo Ran (peoni), Gook Hwa (krisan)... Ah... Kau juga dengar dia menyebutkan namanya. Apa kau tidak ingat sedikit saja?"

Won lalu mendekati Rin.


Rin ternyata dari tadi sedang menggambar sketsa wajah San. Tapi gak ada mirip-miripnya sama sekali, lebih mirip gambar anak SD.

"Pasti ada seseorang yang mengenalnya." yakin Rin, Won hanya mengiyakannya saja.


Rin lalu memberikan sketsanya pada Jin Gan dan memerintahkan Jin Gan untuk mencarinya. Jin Gan juga hanya mengiyakannya saja.


Won dari tadi terus ketawa, Rin lewat setelah mandi dan berhenti di dekat Won.

"Apa?" Tanya Won.

"Tidak ada. Tidurlah dengan nyenyak." Jawab Rin.

"Kau benar. Aku memang memikirkannya. Aku tertawa setiap kali memikirkannya."

"Sekarang bukan waktunya untuk tertawa. Kau harus menemukan tersangka dalam waktu tujuh hari."

"Haruskah aku membuat sangkar burung besar di dalam tempat tinggalku? Aku akan membiarkan dia tinggal di sana. Bukankah aku bisa tertawa jika bertemu dengannya setiap hari? Bukankah dia mirip seperti burung?"

"Ada burung yang tidak bisa diam didalam sangkar."

"Bagaimana dengan memberinya seluruh tempat (bukit) agar dia tidak merasa dikurung? Aku akan menanam pohon hijau dan merah di mana-mana, dan menanam bunga liar."


Won terus mengulangi kata "Bunga liar". Itu akhirnya membuatnya mengingat nama San, "So Ah".


Koo Hyung mengantar San kembali ke Gunung tapi San pingin lari aja. Untung Koo Hyung sudah hafal dengan perilaku San itu.


San bilang ingin mampir ke toko obat. Koo Hyung bertanya, untuk apa?

"Aku ada beberapa urusan.." (Sambil memegangi perutnya)

"Urusan apa?"

"Kalau begitu, kurasa aku harus mengurusnya disini."

"Tidak. Tidak. Tidak!"

"Ini darurat!"

Koo Hyung terpasa mengijinkannya tapi San harus meninggalkan tasnya.


San mengendap-endap mencari jalan untuk kabur tapi ia selalu ketahuan. Jadinya ia dan Koo Hyung berkejaran. San menghentikan sebuah kereta yang membawa seorang bangsawan.

"Aku akan mati! Tolong bantu aku! Orang-orang menakutkan ini mengejarku! Nyonya! Nyonya! Aku bisa mati!" Kata San sambil menggedor kereta itu.


Ternyata pemilik kereta itu adalah Wang Dan. San langsung saja naik ke atas kereta.

Koo Hyung: Agasshi! Saya mohon maaf, tapi serahkan wanita yang baru saja masuk ke sana.

San: Tidak, jangan mau. Dia ingin menjualku.

Dan: Benarkah?

Koo Hyung: Dia adalah pembantu Tuan kami. Dia menolak untuk-

San: Dia bohong! Aku tidak pernah bertemu dengannya.

Dan: Ayahku adalah Susagong. Jika kau menginginkan wanita ini, beritahu Tuanmu untuk datang menjemputnya sendiri di rumah kami. Apa terlalu sulit untuk memahami yang aku katakan?

Koo Hyung: Tidak, saya mengerti. Semoga perjalanan Anda aman.

Dan begitulah San berhasil lolos dari Koo Hyung.


San berjanji akan membalas kebaikan Dan kali ini suatu hari nanti.

"Aku pikir kau tinggal di pegunungan. Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Dan.

"Aku harus menemukan seseorang."

"Siapa?"

"Jika aku ingin menemukannya, aku harus mencari pria lain itu terlebih dahulu."

"Pria lain?"

"Pria yang kulihat di tempatmu. Mereka berdua selalu bersama."

"Yang mana satu?"

"Han Cheon? Su In? Aku tidak tahu siapa... Bagaimanapun, aku harus menemukannya dan menanyakan sesuatu padanya. Anda tahu di mana aku bisa menemukannya?"

"Kau masuk ke kereta yang tepat."


Dan masuk bersama San dan mereka melihat Jin Gan dan Jang Eui disana. Dan yakin, kalau mereka ada disana berarti mereka bermalam disana.

"Dia ada di dalam, bukan?" tanya Dan.

"Iya? Tidak, maksudku, dia ada di sini." Jawab Jin Gan dengan mulut penuh.

"Aku membawanya sarapan." Jawab Dan, lalu ia memperkenalkan San yang datang untuk mencari Han Cheon dan Su In. "Bisa kalian memberi tahu mereka?"

"Han Cheon dan Su In? Ah, iya." Jawab Jang Eui lalu ia menarik Jin Gan masuk.


Dan bercerita, Seja Jeoha terluka karena jatuh saat berburu kemarin. Jadi ia membuat sup dengan ramuan obat-obatan, meskipun ia tidak tahu apa itu sesuai dengan seleranya.

"Seja Jeoha ada di sini? Bukannya di istana?" tanya San.

"Begitulah. Dia lebih sering tidur di sini daripada di istana."

San diam-diam akan pergi. Dan bertanya, mau kemana. San menjawab kalau sebaiknya ia menunggu di luar saja. Jika Han Cheon dan Su In keluar, tolong ia diberitahu.

"Apa kau ingin meninggalkanku sendirian? Aku bosan jika sendiri. Diamlah disini."

"Baik."


Dan menjelaskan, Seja Jeoha bukanlah orang yang menakutkan.

"Aku tahu. Aku yakin itu apalagi dengan wanita seperti Anda. Seja Jeoha juga seorang pria-- Ah..."

"Mengapa?"

"Apa mungkin..."

"Apa?"

"Ah..."

"Apa yang kau pikirkan?"

"Anda membuat sup ramuan obat dengan sendiri, karena Seja Jeoha terluka...Ah..."

"Ah... Apa?"

"Tidak apa-apa." Padahal ia pasti memikirkan kalau Dan menyukai Won, Pasti!


Won bertanya, siapa yang datang. Jin Gan menjawab Dan yang datang tapi Won kembali menutup pintunya. Jang Eui menambahi kalau wanita itu juga datang. Won kembali membuka pintunya lebar-lebar.

"Pembantu wanita dari keluarga Menteri, murid Yong Ahn Dang, yang tidak Anda tahu namanya." lanjut Jang Eui.


Won langsung ngacir keluar tapi ia balik lagi, "Kalian tidak mengatakan siapa aku sebenarnya, bukan?"

"Tidak, kami tidak mengatakannya." Jawab Jang Eui.

"Apa aku terlihat seperti Seja Jeoha sekarang?"

Mereka berdua bingung dan hanya saling pandang.

"Jawab."

"Sangat tidak mirip." Jawab Jang Eui.

"Sangat tidak mirip? Apa kau mengatakan aku tidak pantas menjadi Seja Jeoha? Hah?"

Mereka berdua kompak menggelengkan kepala.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search