-->

Sinopsis The King Loves Episode 3

- Juli 19, 2017
>
Sinopsis The King Loves Episode 3

Sumber Gambar: MBC


Rin memandang mereka berdua dengan sedih.


 Kembali ke masa lalu, dimana mereka baru pertama kali bertemu.


Narasi Rin, "Aku pertama kali bertemu dengannya di usia 12 tahun. Dia sendirian."


Rin mengajak Won keluar istana, dialah yang menunjukkan Won bahwa ada dunia diluar istana. Rin membawa Won ke wilayah Nam Dae di pasar terbesar disana.

"Aku tahu." Jawab Won.

"Anda pernah kesini?"

"Aku pernah dengar."

Won melihat gula-gula. Rin bertanya, mau ia belikan? Won sepertinya tidak mengerti. Rin menjelaskan, kalau ingin memakannya, Won harus membelinya.

"Biar aku saja." Jawab Won.


Won akan berjalan menunu penjual gula-gula tapi ia berbalik lagi. Won mengaku senang bersama Rin, dan akan lebih senang lagi jika Rin memanggil namanya saja.

"Namaku Won."

"Jeoha."

"Mulai sekarang, kau temanku. Perlakukan aku sebagai temanmu. Ini perintah."


Rin mendapat penjelasan dari ayahnya, Won itu kesepian jadi Rin harus memperlakukannya sebagai teman.

"Tapi... jangan coba menjadi temannya. Seja akan menjadi Raja, tidak ada yang bisa menjadi temannya."

 
"Aku tidak mengerti perkataan Ayahku saat itu. Bagaimana mungkin seseorang hanya memberi sebagian hati mereka?"


San segera sadar dan berdiri menjauh dari Won. Rin lalu naik dan membantu Won berdiri. Won tidak begitu memperhatikan Rin, ia malah mengejar San.


Saat mereka mendaki hujan turun. Medannya waw banget pokoknya.

"Gurumu tidak waras." Kata Won.

"Aku setuju." Jawab San.


Sampi di mulut Gua tempat wine itu disimpan, San menghentikan mereka.

"Hanya satu cangkir. Satu cangkir." San memastikan.

"Mhm." Jawab Won.

Rin menyuruh mereka masuk duluan sambil menunggu hujan reda. San pun berjalan masuk duluan.


Rin menjelaskan pada Won kalau ia akan mencari bahan menyalakan api jadi Won lebih baik masuk duluan. Won bertanya, apa Rin sungguh tidak ingat San?

"Entahlah."

"Kau ingat kapan istri Menteri Eun diserang?"

"Iya."

"Dia pembantu yang kita temui dirumah itu. Aku merasa aneh masih ingat pembantu yang kita temui 7 tahun lalu. Memoriku mengingat yang tidak perlu. Aku masuk dulu."

"Iya."


Rin menatap ke langit  dan menengadahkan tangannya untuk merasakan air hujan. Ingatannya kembali ke masa lalu.


Ternyata yang dilihat Rin saat memriksa keadaan adalah San.


San menangis sambil membakar jimat bertuliskan nama pengawal yang meninggal sepertinya. Ia menyebut nama itu satu per satu sebelum membakar jimatnya.

"Dong Bae Ahjussi! Man Ho Ahjussi... Bo Sung Ahjussi, Jae Chan Ahjussi... Aku tidak terluka sama sekali. Karena kalian mempertaruhkan hidupmu, aku tidak terluka sama sekali."

San menerbangkan lampion untuk mereka semua, "Terima kasih. Maafkan aku."


"Aku yang pertama melihatnya. Anak itu.. menangis."

Rin diam-diam mengawasi San dan saat San bersama seseorang ia sigap dengan pisaunya.


Tapi orang itu ternyata Won dan Won menyamaikan pesan Nyonya Eun pada San.  Won memegang tangan San yang menangis.

"Aku yang pertama kali melihatnya. Aku ingin yang pertama memegang tangannya."


Kembali ke masa kini, San menyalakan lilin untuk mencari guci wine itu. Tapi Won menghalangi jalannya.

"Apa kau terlahir bodoh, atau memang selalu bodoh? dan kesusahan mengingat pria walau sepanjang hari dengannya? Bagaimana bisa kau tidak mengenalku?" tanya Won.

San tak peduli dan tetap mencari, "Astaga, apa yang kau bicarakan?"

"Kau tinggal di Janghadong 7 tahun yang lalu, bukan?"

"Wow! Begitu banyak wine yang tersimpan di sini! Bagaimana cara dia memindahnya? Wine Moon Bae, Wine Arab,"


San akhirnya menemukan guci wine embun salju. Won terkejut karena disana hanya ada satu guci.

"Aku rasa begitu, hanya satu ini. Itulah kenapa dia sangat kehilangan ketika itu pecah." Jawab San.

San mengeluk kedinginan. Won khawatir, San bisa saja membeku, apa San baik-baik saja.

San sedang mendekatkan tangannya ke api, ia melarang Won bicara karena bisa membuat apinya mati.


Rin datang membawa kayu, bertanya apa mereka berdua baik-baik saja. San menjawab kalau ia hampir saja mati membeku, hampir saja!

San mendekati Rin dan Rin tiba-tiba membuka bajunya. San GR, " Ah, Kita semua kedinginan. Kau tidak perlu.." San bahkan merentangkan tangannya tapi Rin bahkan tidak memandangnya.


Rin memakaikan bajunya pada Won. Won bertanya, apa apinya akan menyala saat hujan begini.

"Hujannya.. sudah berhenti. Saya mengumpulkan ranting kering jadi jika kita bisa menyalakannya.."


San menata jerami kering yang Rin kumpulkan juga sebagai alas. San mengajak mereka untuk membuka wine Arab itu, mereka harus memanaskan tubuh.

"Itu punya Guru, apa boleh?" tanya Rin.

"Dia lebih kesusahan mengurus mayat kita jika kita mati. Lebih baik kita minum satu."


Rin menyendok wine itu. San mengulurkan tangan sambil tersenyum, namun lagi-lagi Rin tidak melihatnya, Rin memberikan wine itu pada Won. San pun mengambil wine itu sendiri.

Won terpesona dengan rasa wine itu, ie menyuruh Rin juga mencobanya.

"Kalian berdua, Hubungan persahabatan kalian berbeda dari yang aku lihat..." Kata San.

"Bukan begitu!" Bantah Rin.

"Apa yang bukan?" Tanya San.

"Apa yang anak ini bicarakan?" Tanya Won pada Rin.

"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Rin pada San.

"Kapanpun aku melihat kalian, kalian berdua... nampak aneh..."

"Jangan berpikir apa-apa. Kami tidak begitu."


San ketawa ngakak sampai terjengkal. Dan perutnya berbunyi, San mengeluh lapar.


Sementara itu, Ji Gan dan Jang Ui bisa makan malam dengan lahap. Ji Gan merasa perbuatannya ini tidak setia.

"Aku setuju." Jawab Jang Ui.

"Sejauh yang aku tahu, makanan Jeoha tinggal di kudanya, dan tas wanita itu jatuh."

"Kalau begitu..."

"Mereka mungkin kelaparan saat ini. Apa kau masih punya selera makan?"

"Masih."

"Dasar tidak setia."

"Memang benar."


Song In menerima surat dari Moo Suk melalui merpati putih itu. Surat itu adalah pemberitahuan bahwa Won pergi menemui Guru Lee Seung Hyoo.

"Sayang sekali hanya aku yang tahu."


Wang Dan: Jika itu Guru Lee Seung Hyoo, maksudmu pria yang menyukai alkohol itu?

Song In: Dia adalah rubah licik yang berpenampilan seorang pemabuk.

Dan: Aku dengar dia diasingkan karena membuat Raja marah.

Song In: Bukannya dia memang selalu membuat Raja marah. Membuat Raja marah, sudah seharusnya dia diasingkan begitu.

Dan: Aku juga dengar. Raja sangat marah sehingga melemparkan bantal kayu padanya. Bahkan dengan darah yang menetes di keningnya, dia masih menyalahkan Raja.

Song In: Bahkan saat dia diseret oleh pengawal, "Rajaku, inilah kebodohanmu". "Rajaku, apa begini pemerintahanmu" terus menerus.

Dan: Lalu mengapa Seja Jeoha ingin menemui pria seperti dia?


Song In menjelaskan, tujuan Won pergi ke sana tidaklah penting. Mereka yang memprediksi apa maksud tujuannya, akan mulai berpikir panjang.

"Mengapa kau berdiri disana?" Tanya Song In.

"Aku merindukanmu."

"Kalau begitu mendekatlah."

"Aku ingin bersamamu setiap saat."


Dan mendekat, bertanya kenapa Song In diam saja. Song In balik bertanya, tentang apa?

"Kebodohan orang-orang di dunia ini, Bahkan mereka menyebut dirinya... setia."

"Hush... Kau berbahaya juga."


Raja membaca laporan soal Won, "Tujuh hari di bulan lalu, sembilan hari di bulan sebelumnya, dan empat belas hari sebelum itu... Inilah jumlah hari Seja tidak ada ditempatnya?"

Seorang menteri minta maaf, "Seja Jeoha adalah seseorang yang akan mengambil takhta suatu hari nanti dan memerintah rakyat Goryeo.."

"Aku tahu itu tugas Seja Jeoha. Lalu?"

"Saya, Menteri Song, dengan berani mengajukan sebuah ide."

"Katakan."

"Untuk membuat Goryeo menjadi hebat, tumbangkan Seja Jeoha... Jika cucu lelaki Yuan menjadi Raja Goryeo, apa yang akan terjadi pada Goryeo? Bagaimana jika Seja Jeoha menyerahkan Goryeo kepada Yuan, lalu apa yang akan terjadi?"


Salah satu menyela Menteri SOng, "Menteri Song! Anda terlalu berlebihan."

"Lihatlah! Ini bukan kata-kataku! Inilah yang orang-orang katakan!"

"Kata-kata orang akan berbahaya saat pendengar hanya mendengar apa yang ia ingin dengarkan saja! Oleh karena itu,"

"Oleh karena itu? Apa yang sudah kau dengar?" Ulang Raja.

Menteri itu lalu menghadap Raja, "Seja Jeoha selalu berkeliaran dengan menyamar dan sejauh yang saya tahu itu dilakukan untuk memahami kehidupan rakyat. Dan juga,"

"Dan juga? Setelah dia memahami tentang rakyat, dia ingin mengajari Ayahnya yang bodoh ini?"

"Yang Mulia!"

"Kau sendiri pernah melihatnya. Dia berusaha mengajariku. Dia bahkan mengatakan ini, "Bagaimana Apamama bisa menjauhkan diri dari pelayan yang setia padamu, dan dekat dengan para penjilat itu?" Mari kita lihat. Siapa hamba setia dan tidak setia di antara kalian?"


"Tolong tarik kata-kata Anda!" Kata semua menteri serempak.

"Haruskah aku menanyakan Seja Jeoha secara langsung? Baiklah, bawa dia masuk."

Kasim dengan takut menjelaskan bahwa sejak kemarin Won menghilang. Raja marah, pokoknya ia ingin Won dibawa kepadanya! Segera!


Dayang Jo memberitahu Putri Wonsung bahwa Raja memanggil orang-orang bersenjata. Putri WOnsung bertanya, apa Raja akan berburu pada jam segini?

"Saya pikir itu karena Seja Jeoha. Saya dengar dalam rapat istana, mereka membicarakan penurunan tahta Pangeran lagi. Oleh karena itu, Yang Mulia memanggil Seja Jeoha.. tapi dia tidak berada di tempat."


Dalam perjalanan ke kediaman Won, Furatai menjelaskan, "Para pelayan melapor kepada Yang Mulia kalau SejaJeoha pergi menyamar ke daerah Nam Dae. Yang Mulia memerintah pasukan bersenjata untuk membawanya. Mereka juga menginginkan untuk penurunan tahtanya."


Putri Wonsung mencabut pedang Furatai, ia menyeret pedang itu ke lantai saat berjalan menuju Kasim Kim. Jadi ada suara deritan mengerikan gitu.


Putri Wonsung bertanya dimana Won. Kasim Song menjawab kalau Won pergi menyamar ke wilayah Nam Dae. Bukan itu yang diinginkan Putri Wonsung. Ia mengancam Kasim Kim.

"Jika dia memang pergi ke Nam Dae, dia seharusnya bersama orang-orang istana, Mengapa dia mengirim orang-orang bersenjata segala."

"Mohon ampunan Mama!"

"Dimana Seja?"

"Dia pergi ke pegunungan Doo Ta."


"Di pegunungan Doo Ta ada lembah Moo Ryeng. Tapi dia membiarkan semua itu dan pergi ke sekolah Mata Naga?" Ulang Raja.

Song In membenarkan. Raja bertanya lagi, kenapa begitu?


Putri WOnsung mendengar nama Lee Seung Hyo. "Lee Seung Hyo... adalah pejabat yang dipecat karena mengutarakan pikirannya di depan Raja. Siapa orang yang akan dipuji karena kata-katanya kepada Raja? Dia pasti berpikir jika dia membawa Lee Seung Hyo, para pejabat yang memihak Lee akan memihaknya juga."


Raja bertanya, "Seja bertemu seseorang seperti apa sampai sembunyi begini? Bukan Lembah Moo Reung atau Sungai Lima Puluh... Seja pasti berada dirumah Lee Seung Hyo."


"Jika Seja tertangkap bertemu dengan Lee Sung Hyo, dia akan dituduh melakukan pengkhianatan."


Raja mengirim orang ke sana, "Gunakan segala cara. Kalian bisa membakar rumah Lee Seung Hyo, mengikat Seja dan menyeretnya ke sini. Bawa kembali Seja.. dari rumah itu."


Putri Wonsung tidak kalah cepat, "Gunakan segala cara untuk mendapatkan mereka sebelum pasukan Yang Mulia. Kita harus membuat Pangeran seolah tidak pernah menginjakkan kaki di pegunungan Doo Ta."


San tertidur meringkuk setelah minum alkohol. San mendekatinya dan memakaikan baju in tadi padanya.

"Dia tidak akan sadar jika seseorang membawanya." kata Won.


Won manatap San lekat-lekat, lalu bertanya pada Rin, San itu naif atau berani" bagaimana dia bisa tidur dengan dua orang pria didekatnya?

"Apa kau yakin dia sungguh tidur?" Rin balik bertanya.

"Aku yakin, lihatlah. Wajahnya dingin." (sambil menyentuh wajah San)

"Bukannya tanganmu yang hangat?"


Won menyentuh pipinya lalu menyentuh wajah San dan memang wajah San benar-benar dingin. Ia bertanya lagi pada Rin, apa tidur seperti itu tidak apa-apa?

"Tertidur dengan suhu tubuh yang rendah bukanlah hal yang baik." Jawab Rin.

Won lalu berbaring disamping San. Wajah Rin sedih banget.


Won menyuruh Rin berbaring juga disamping San. Mereka menghimpit San agar tidak terlalu dingin. Won memandangi San dengan senyum manis.

"Dia masih seperti dulu."

"Maaf?"

"Dia masih terlihat aneh."

*kacian Rin..


Pasukan Raja menuju rumah Guru Lee.


Kawan San bertanya tentang Won dan Rin. San menjelaskan, "Mereka juga ingin menuangkan gelas padanya. Aku juga berutang pada mereka."

"Itu tidak akan terjadi. Guru hanya menerima satu cangkir, tidak pernah dua." Jelas kawan.


Guru keluar dan mengunjukkan telunjuknya, artinya dia hanya akan menerima satu gelas saja. San memberikan guci wine itu pada Won.

"Aku harus pergi ke Gaegyeong [ibukota]. Hari peringatan kematian Nyonya tidak lama lagi." Kata San.

"Tapi bagaimana dengan permainan Gyeokgoo?" Keluh kawan.

"Aku akan pergi ke Gaegyeong. Jaga diri Anda dan nikmati sisa permainan Gyeokgoo." Pamit San pada Guru Lee.


Won mengejar San yang berjalan pergi.

"Apa yang kau lakukan? Pasti ada alasan atas kemurahan hatimu ini." kata Won.

"Sarapan Guru akan dingin."

"Aku akan membayarmu kembali!"

"Perbaiki kebiasaanmu itu! Berhentilah menaruh harga pada semua hal. Itu karena aku merasa tidak enak..."


San meminta Won menunggu. Ia ternyata akan bersin, lalu mengusapkan ingusnya ke baju WOn. Setelah itu ia berjalan pergi. Won jijik sebenarnya tapi hanya sebentar.

"Di daerah Nam Dae di Ibu kota, ada sebuah kedai yang dikelola oleh Ahn. Tempat itu memiliki wine Arab terbaik. Biar aku yang bayar."


Rin tidak mengatakan apa-apa, hanya melihat San pergi.


Jin Gan didekati seseorang, ia sudah was-was saja tuh, tapi ternyata yang mendekat adalah Furatai.


Won menyajikan wine itu untuk Guru Lee. Guru Lee meminumnya dengan nikmat, lalu Won mengajukan pertanyaannya.

"Keluargaku mengumpulkan sekumpulan domba dengan bantuan beberapa ekor anjing gembala. Tapi suatu hari, serigala datang dan membawa seekor anak domba dengan salah satu anjing gembala."

"Seekor anjing serigala? [anjing yang dilatih untuk berburu serigala]."

"Akankah anjing serigala mengikuti jejak anjing gembala dan menjadi anjing yang baik?"

"Bagaimana aku bisa tahu? Itu terserah pilihan anjing serigala."

"Ada masalah."

"Masalah?"

"Kumpulan domba takut pada anjing serigala."

"Tentu saja."

"Apa yang harus dilakukan untuk melawan anjing serigala? Lari? Atau... karena takut apa yang terjadi nantinya... Membunuhnya?"


San tak sengaja melihat Rin melintas cepat di depannya lalu meloncat pagar.


Rin menemui Jang Ui, lalu menemui Jin Gan dan Furutai.

Jin Gan: Kami diberitahu untuk segera mengawal Jeoha.


Salah satu murid Guru Lee mendatangi San, Ada masalah!


Prajurit Raja masuk ke Sekolah/Perguruan "mata naga". Salah satu murid bertanya, apa tujuan para prajurit itu.

"Kami di sini atas perintah Raja. Minggir."


"Kau bilang namamu Han Cheon?" Tanya Guru Lee.

"Iya."

"Di depan nama itu... Apa kau mungkin menambahkan karakter "un" untuk "berbicara"? (Un = 言), Berasal dari orang Khans. Yuan (阮). Yuan berarti "tak terbatas" (遠)"

"Anda berpikir lebih jauh dari yang seharusnya."

"Kau ingin membanggakan padaku kalau kau menggunakan analogi untuk memprediksi bagaimana politik di masa depan? Aku pernah melihatmu sebelumnya. Anda masih sama, tapi Anda sudah dewasa."


Guru Lee sebenarnya mengingat Won. Ia ada diupacara sebelum Raja berangkat berburu dulu.


Guru Lee lalu memberi penghormatan pada Won.

"Bagaimana kabar Anda, Seja Jeoha?"


Para prajurit menggeledah seluaruh ruangan untuk mencari Won, tapi Won tidak ada dimana-mana.

San menghampiri mereka, "Permisi! Apa mungkin kau mencari orang yang datang menemui Guru? Kudengar mereka berasal dari Gaegyeong."

"Dimana mereka?"


San membawa mereka ke tempat Guru Lee, ia masih bersin-bersin. Seluruh prajurit masuk ke sana.

"Dia di sini sedang berdiskusi dengan Guru. Mereka tidak akan membiarkan siapa pun masuk. Hanya mereka berdua..."


Namun yang bicara dengan Guru Lee ternyata adalah Kawan San tadi, murid Mata Naga juga.



Won sampai di istana dan sebelum menemui Raja, ia minum alkohol dulu. Won melangkah dengan sempoyongan dan baju berantakan. Ia bersikap seperti orang yang sedang mabuk.

"Abamama. Ada apa? Aku dengar Anda memanggilku."

Won lalu mersujud memberi salam.

"Aku memanggilmu kemarin. Namun... kau malah datang hari ini?"

"Siapa yang tahu matahari terbit begitu cepat?"

"Baik. Apa yang sudah kau lakukan?"

"Anakmu..., sedang menyamar untuk lebih mengerti... bagaimana susahnya rakyat. Menyamar Abamama."

Won melihat Song In mengawasi mereka. Sadar Won melihatnya, Song In pun pergi dari sana.


Raja: Kau bahkan tidak bisa duduk tegak di siang bolong karena sedang mabuk.. dan malah pergi menyamar ke kota?

Won: Baik.. Maafkan aku, Abamama.


"Jika kau kurang pintar.. Jika kau kurang dewasa.. Kau pasti sudah mati. Anakku."

Raja lalu menyuruh kasim membawa Won keluar.


Song In melihat Rin dan ia menunduk memberi salam.


Putri Wonsung mendatangi Rin dan langsung menamparnya. Putri Wonsung menggunakan hiasan kuku dan itu melukai wajah Rin.

"Beraninya kau mengajak Seja kesana? Kau pikir aku tidak tahu niatmu? Kau mungkin berharap Seja ditangkap di sana. Dan Ayahmu akan menjadi orang pertama yang mengatakan Seja merencanakan pemberontakan, dan dia seharusnya diturunkan? Aku tahu keluargamu mengincar kursi Seja. Baiklah kalau begitu? Apa mereka merencanakan kakak laki-lakimu untuk menggantikan Seja? Atau itu kau?! Kau... Kau sangat ingin menjadi Putra Mahkota sehingga kau berada di sekitar Seja dan mempengaruhinya."


Putri WOnsung berhenti karena Won datang.

Putri Wonsung berbibik pada Rin, "Jika kau menyakiti anakku, Seja, bahkan sedikit pun... Aku akan pastikan untuk membunuhmu terlebih dahulu". Putri Wonsung mengatakannya sambil tersenyum agar Won tidak curiga.


Putri Wonsung menjauhi Rin. Rin lalu berbalik menatap Won dan ia tersenyum.


>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search