-->

Sinopsis Queen For Seven Days Episode 6 Part 1

- Juni 17, 2017
>
Sinopsis Queen For Seven Days Episode 6 Part 1

Sumber Gambar: KBS2

Chae Gyung terkejut dengan kissu mendadak dari Nak Cheon. Namun Suk Hee masuk saat mendengar ribut-ribut, Nak Cheon pun melepaskan Chae Gyung dan Chae Gyung menggunakan kesempatan itu untuk lari.


Chae Gyung lupa kalau pengasuhnya ia suruh menunggu di luar. Pengasuhnya itu ketiduran jadi tidak melihat Chae Gyung berlari keluar. Sementara Chae Gyung sibuk dengan hatinya yang masih dugun-dugun. Pengasuhnya sempat bangun sih, tapi karena sepi-sepi saja disana, ia pun tidur lagi.


Sampai di rumah, Chae Gyung melihat pedang kayu tergeletak. Ia pun mengambilnya lalu mengayunkannya, sambil menggerutui Nak Cheon.

"Kau pria br*. Kau cabul. Kau tidak mungkin Pangeran."


Tuan Shin menegurnya, sedang apa Chae Gyung itu. Tuan Shin heran, saat ia mengajari Chae Gyung waktu masih kecil, Chae Gyung kabur tapi sekarang kenapa memegang pedang.

"Aku pikir ada kalanya ini diperlukan. Maukah Ayah mengajariku?" Pinta Chae Gyung.


Mereka pun beradu pedang kayu, sambil berbincang.

Tuan Shin: Apa yang terjadi hari ini?

Chae Gyung: Tidak ada yang terjadi. Tidak ada.

Chae Gyung berbohong, padahal ia memikirkan kejadian tadi. Latihan berakhir saat Tuan Shin berhasil memukul kepala Chae Gyung dan itu membuat mereka berdua tertawa.


Nak Cheon memegangi cincin Chae Gyung yang ia jadikan bandul kalung sambil melamun, ia tidak bisa tidur. Chae Gyung pun begitu, ia tidak bisa tidur malam ini.


Seo Noh menghampiri Nak Cheon, bertanya kenapa Nak Cheon belum tidur juga.

"Aku melakukan sesuatu yang tidak perlu. Aku memiliki perasaan yang tidak penting sekarang." Jawab Nak Cheon.

Seo Noh melihat tangan Nak Cheon dan ada cincin Chae Gyung disana, ia pun meninggalkan Nak Cheon.


Chae Gyung terbangun dan ia terkejut bukan main mendapati ibunya ada disana memperhatikan ia tidur. Chae Gyung bertanya, sejak kapan ibunya ada disana?

"Sejak kau mengatakan hal yang sama sebanyak 17 kali waktu tidur."

"Apa... yang aku katakan?"

" "Tidak mungkin". "Itu pasti benar". "Pasti benar". "Pasti benar". Bagaimana kau bisa tahu?"

"Tentang apa?"

"Bahwa kau akan dipukuli."

Lalu ibu mulai memukuli Chae Gyung. Ibu marah karena Chae Gyung terus keluar pada malam hari.

"Kau sudah cukup umur untuk menikah. Ini tidak boleh terjadi. Kemasi barangmu. Aku akan bertemu dengan Ratu hari ini dan menyetujui pernikahan yang dia rencanakan."


Chae Gyung menghalangi ibunya, ibunya sungguh tidak boleh melakukan hal itu. Chae Gyung memohon waktu, 2 hari saja untuk mempersiapkan hati menjalani kencan buta, pernikahan, atau apapun itu. Ibu pun luluh dan membiarkan Chae Gyung melakukannya.


Park Won Jong menentang perintah Yung, tiga provinsi bagian selatan mungkin kebanjiran. Tapi di Ibu kota, sebagian besar Provinsi Gyeonggi, Yeoju, dan Icheon telah menderita kekeringan selama bertahun-tahun.

Satu menteri lagi menambahi, setiap daerah memiliki kesulitan masing-masing. Jadi mereka tidak bisa memberikan bantuan khusus untuk daerah tertentu. Lalu menteri yang lain satu per satu menyetujui gagasan itu.


Yung turun mendekati Park Won Jong, "Karena kau memiliki lahan pertanian di Provinsi Gyeonggi, kau tidak peduli dengan banjir di Provinsi Gyeongsang?!"

Yung juga mendekati menteri yang tadi ikutan menyetujui Park Won Jong, "Apa ada hal lain yang bisa kalian lakukan selain menentangku?

"Kami mohon kemurahan hati anda." Jawab mereka bersamaan.


Yung lalu bersiap keluar, ia menggerutu pada Nok Soo, para pejabat negaranya pasti melatih diri mereka untuk menentang Raja. Mereka selalu bertengkar satu sama lain, tapi setiap kali ia mengatakan sesuatu, mereka jadi kompak dan tidak mengatakan apapun selain "Kami mohon kemurahan hati anda".

Nok Soo tidak mengatakan apa-apa, terlebih Yung buru-buru keluar.


Im Sa Hong berada tak jauh dari sana, Nok Soo menghampiri. Nok Soo menjelaskan bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk membahas hadiahnya.

"Apa yang terjadi dengan bajak laut itu?" Tanya Nok Soo.

"Aku harus mendiskusikan sesuatu denganmu mengenai hal itu. Ayo bertemu di Seonwonjeon 15 menit lagi."


Chae Gyung kembali mendatangi Nak Cheon di rumah pegadaian dan seperti malam kemarin, ia juga membawa beras hari ini. Nak Cheon sepertinya bersiap untuk keluar tapi Chae Gyung mengkodenya untuk masuk kedalam bilik.


Nak Cheon tidak peduli, ia tetap melangkah keluar. Chae Gyung tidak bisa membiarkannya, ia pun menyusul Nak Cheon keluar.

"Apa? Apa tadi malam belum cukup?" Tanya Nak Cheon.

"Belum. Aku perlu mencari tahu lebih banyak tentangmu."

"Apa aku sangat menawan? Hingga wanita dengan darah bangsawan tanpa malu-malu mendekatiku?"

"Benar. Kau menawan. Kau menawan, suaramu indah, dan juga matamu sama seperti Pangeran... Kau Pangeran, bukan? Apa kau melukai dirimu sendiri? Apa kau kehilangan ingatanmu?"

"Omong kosong."

"Jika kau bukan Pangeran... Buktikan bahwa kau bukan dia. Lakukan yang terbaik untuk meyakinkanku."


"Kaulah yang harus melakukan yang terbaik. Cari tahu apa yang harus dilakukan seorang wanita... supaya diterima oleh seorang pria. Kau harus belajar. Apa kau pikir bisa menggodaku dengan cara ini?"

Saat mengatakannya, Nak Cheon melirik Gisaeng yang tak jauh dari mereka.


Nok Soo heran, kenapa Im Sa Hong mendadak mengajak bertemu disana. Im Sa Hong memberikan sketsa wajah Nak Cheon, ia bilang saat melihat sketsa itu, ia merasa tidak asing.

"Aku belum pernah melihat dia sebelumnya... Tapi kenapa dia terlihat familiar?"


Nok Soo pun membuka steksa Nak Cheon itu. Im Sa Hong melanjutkan, ia tersadar kalau sketsa itu terlihat sangat mirip dengan mendiang Raja sebelumnya.

Nok Soo lalu membandingkan sketsa itu dengan lukisan raja yang ada di depan mereka dan benar saja, mereka sangat mirip.


Im Sa Hong: Jika dugaanku benar... Permainan petak umpet ini akan menjadi jelas.

Nok Soo: Tidak... Tidak mungkin. Dia sudah mati, bukan? Aku melihat mayatnya dibawa ke istana.

Im Sa Hong: Wajah mayat itu sangat hancur.

Nok Soo: Itu karena dia ditikam dan didorong dari tebing. Dia tidak mungkin bertahan.

Im Sa Hong lalu menjejerkan lagi sketsa Nak Cheon dengan lukisan mendiang Raja. Nok Soo mulai cemas, jika Pangeran Jin Seong masih hidup, mereka berdua pasti akan mati.

"Jika dia masih hidup... Kita hanya perlu membunuhnya lagi." Jawab Im Sa Hong.


Seo Noh, Nak Cheon, Suk Hee dan Gwang Oh mengawasi salah satu dermaga. Mereka menemukan lebih dari 30 orang mengawasi setiap dermaga, ada di mapo dan Yanghwajin juga tapi mereka tidak melakukan pencarian secara terbuka, padahal Suk Hee mengira pembajakan itu akan dilaporkan ke Raja dan pasukan kerajaan akan dikerahkan. Mereka mencari Nak Cheon.


Myung Hye lalu bergabung dengan mereka berempat.

"Itu karena Raja bertingkah aneh. Raja mengirim pejabat ke tiga provinsi selatan untuk bala bantuan." Jelas Myung Hye.

Seo Noh bertanya, kenapa Raja tiba-tiba bermurah hati? Myung Hye melirik Nak Cheon, bertanya apa Nak Cheon mungkin tahu sesuatu?

"Mungkin dia ingin memainkan perannya menjadi Raja yang bijak." Jawab Nak Cheon.


Yung kembali mengunjungi rumah Gibang yang sama.


Di dalam ternyata ada Chae Gyung yang sedang menyamar sebagai pria dan Yung melihatnya.

Chae Gyung bertanya cara mempercantik diri pada para Gisaeng, ia beralasan memiliki selir dan ingin mengajarinya mempercantik diri.

"Sebelumnya kami biasa menggiling kacang hijau dan kacang merah sebagai bedak. Tapi warnanya terlalu pucat. Itu terlihat tidak alami."

"Benar. Lalu?"

"Jika Anda mencampuri bubuk kesumba kering, itu akan membuat kulit menjadi kemerah-merahan seperti wanita muda."

Chae Gyung mencatat semua itu termasuk saran untuk baju dan gaya rambut dari para Gisaeng.


Yung memergoki Chae Gyung saat Chae Gyung menyentuh rambut para Gisaeng untuk merasakan teksturnya. Chae Gyung lalu memanggil Yung, Tuan Lee, lalu mengajaknya bergabung.

"Kupikir Anda sibuk dengan urusan negara. Tapi Anda mau bermain lagi?" Tanya Chae Gyung.

"Kau pikir aku siapa? Aku di sini untuk bekerja."

"Di rumah Gibang?"


Yung mulai melukis dan para Gisaeng memuji lukisan Yung itu walaupun masih setengah jalan. Chae Gyung menebak lukisan Yung itu, mawar Cina, bukan? Yung tidak menjawabnya, lalu Chae Gyung mengambil kuas dan mencelupkannya ke tinta warna merah. Ia hendak ikutan menggambar juga tapi Yung melarangnya.

"Ini adalah lukisan pencuci tinta (hanya menggunakan tinta hitam, tanpa warna)." Jelas Yung.

"Itu mawar Cina."

"Bukan..."


Yung memperhatikan raut wajah Chae Gyung yang mulai kecewa sambil meletakkan kuas. Ia pun mengambil kuas Chae Gyung tadi dan menggoreskannya ke lukisannya. Chae Gyung heran, katanya lukisan pencuci tinta?

"Kau mengatakan ini mawar Cina." Jawab Yung.

Chae Gyung pun tersenyum dan Yung juga.


Nak Cheon rapt dengan teman-temannya. Gwang Oh menjelaskan bahwa Raja mengirim beras ke tiga provinsi selatan, jadi mereka hanya perlu khawatir dengan Ibukota dan Gyeonggi. Maka tempat yang paling membutuhkan bantuan adalah Yeonhwabang, Hoyeonbang, dan Jeongsunbang. Totalnya, ada lebih dari 100 kepala keluarga.


Suk Hee merasa itu sangat banyak, ia khawatir apa kerang siput (emas bentuk kerang) yang mereka miliki itu cukup? Mereka tidak bisa memberikan beras saja, tapi harus memberikan kerang juga. Maka orang-orang itu akan membantu saat Yeok  mengambil takhta.


Yeok malah melamun, ia memikirkan kata-kata Chae Gyung pada Yung bahwa Yung harus menjadi Raja yang bijak dan Yung mempraktekkan hal itu sekarang.

"Apa itu alasan kau menjadi Raja yang bijak?" Gumam Yeok.


Myung Hye datang, ia memerintahkan Seo Noh untuk membuka pintu ruang penyimpanan karena orang-orang mereka yang membawa beras sudah datang. Seo Noh pun langsung bergerak dan Myung Hye mengikuti dibelakangnya.

Nak Cheon masih melamun. Gwang Oh menyadari itu, ia lalu menegurnya untuk segera ke ruang penyimpanan.


Saat mereka bertiga akan pergi, datanglah seorang Gisaeng tapi jalannya sempoyongan.

Ternyata dia adalah Chae Gyung yang mempraktekkan semua saran Gisaeng kemarin. Chae Gyung menyibak penutup wajahnya dan menunjukkan senyum manisnya.

"Apa aku terlihat... cukup cantik?" Tanya Chae Gyung manjah.

Suk Hee dan Gwang Oh senang melihat pemandangan itu tapi tidak dengan Nak Cheon.


Nak Cheon lalu mendekati Chae Gyung, tapi ia malah mencium bau alkohol. Chae gyung membantah sudah minum alkohol, ia cuma minum obat. Obat yang membuat sifat malunya pergi.


Nak Chen bertanya, apa yang diinginkan Chae Gyung. Chae Gyung ingin Nak Cheon ikut dengannya ke suatu tempat. Nak Cheon menolaknya, lalu Chae Gyung kembali menggodanya dengan menunjukkan kakinya. Nak Cheon pun tidak punya pilihan lain.


Nak Cheon lalu masuk lagi untuk mencari baju ganti. Dua sahabatnya melarangnya ergi di siang bolong benini dan melarangnya bergaul terus-terusan dengan Chae Gyung karena nanti bisa bertemu Yung dengan cepat.

"Dia sangat ambisius. Dia harus mendapatkan apa yang diinginkannya. Aku tidak bisa menyingkirkannya dengan beberapa ucapan saja." Jawab Nak Cheon.

"Apa kau memerlukan rencana khusus? Apa kau punya rencana?"

"Aku akan membiarkannya melakukan apapun yang dia mau. Lalu..."

Suk Hee: Hanya ada satu cara untuk menyingkirkan wanita. Sakiti dia!


Chae Gyung terpesona melihat Nak Cheon dengan pakaian rapi. Nak Cheon membebaskan Chae Gyung, hanya untuk hari ini dia milik Chae Gyung sepenuhnya.


Saat mereka melewati pasar, semua orang melihati mereka sambil bisik-bisik. Chae Gyung kelihatan tidak nyaman dengan hal itu, tapi warga memuji kecantikan Chae Gyung kok bukan menggunjingnya.

Nak Cheon melihat tentara kerajaan menuju ke arah mereka, ia lalu menarik Chae Gyung untuk bersembunyi.


Chae Gyung bertanya ada apa. Nak Cheon lalu melepas topi Chae Gyung. Lalu Nak Cheon mendekati Chae Gyung, Chae gyung mulai mendongakkan kepalanya tapi ternyata Nak Cheon cuma mau mengusap lipstik Chae Gyung.

"Kau terlihat lebih baik sekarang." kata Nak Cheon.


Nak Cheon bahkan melepas jubahnya lalu memakaikannya pada Chae Gyung.


Gwang Oh dan Suk Hee menyusul Myung Hye dan Seo Noh ke ruang penyimpanan. Gwang Oh berujar, meminta Myung Hee hati-hati saat menjual semua barang itu ke pasar karena Im Sa Hong kemungkinan membeli sebagian besar pemasok.

"Kelompok kita dan utusannya akan pergi ke Ming dalam 10 hari. Kita akan menjualnya ke Dinasti Ming." Jawab Myung Hye, lalu ia bertanya dimana Nak Cheon.


Baik Gwang Oh maupun Suk Hee tidak menjawabnya, mereka mendadak membantu angkat-angkat. Seo Noh menyuruh mereka diam saja karena itu akan lebih membantu.


Chae Gyung membawa  Nak Cheon ke Gazebo yang pernah mereka datangi dulu.

"Cobalah untuk mengingatnya. Kau hanya lupa. Disini. Kau ingat ini? Kau, aku, dan Seo Noh, kita bertiga duduk disini bersama dan berjanji untuk menjadi teman. Apa kau ingat?"


Tentu saja Nak Cheon mengingatnya tapi ia diam saja.

Chae Gyung: Ketika aku memintamu supaya kita berteman kau sangat senang.

Nak Cheon dalam hati: Aku melakukannya karena kau sangat cengeng.

Nak Cheol lalu pergi dari sana. Chae Gyung mengikutinya sambil berlari karena punya tempat yang lebih bagus lagi.


Chae Gyung lalu membawa Nak Cheon ke sungai. Tapi lagi-lagi Nak Cheon menunjukkan sikap kalau ia tidak ingat apa-apa.

Chae Gyung: Anda menggendongku di punggungmu dan menyeberangi sungai ini. Namun, kau sengaja mengatakan kalau aku berat. Jadi aku memukul punggungmu.

Nak Cheon dalam hati: Itu kepalaku.

Nak Cheon hanya merespon, "Ah."


Chae Gyung duduk untuk menyentuh air. Ia menjelaskan kalau disitu adalah tempat ia dilamar Yeok dengan berkata "Saat kita menikah, Mari kita bersenang-senang seperti ini selamanya  seperti yang dilakukan seorang teman."

Chae Gyung memandang Nak Cheon tapi Nak Cheon malah berpaling.


Nak Cheon lalu ikutan duduk untuk menyentuh air tapi Chae Gyung menangkap tangannya terlebih dahulu. Chae Gyung mencari cincin yang ia berikan tapi Nak Cheok tidak memakainya lagi.


Chae Gyung bahkan memeriksa leher Nak Cheon untuk memastikan, siapa tahu Nak Cheon menggunakannya untuk bandul kalung.

"Aku memberimu sebuah cincin dan berjanji akan menunggumu." Kata Chae Gyung.


Nak Cheon balik menindih Chae Gyung, ia menunjukkan sendiri lehernya dan tidak ada apa-apa disana. Nak Cheon lalu buru-buru berdiri.


Nak Cheon bertanya, apa ia harus menjadi Pangeran Jin Seong? Chae Gyung terdiam mendengarnya.


Nak Chen lalu jalan duluan. Chae gyung menyusulnya tapi ia terpeleset. Ia hampir saja jatuh ke air kalau Nak Cheon tidak menolongnya. Tapi mereka jadinya malah berpelukan.

Nak Cheon melepaskan Chae Gyung lalu lanjut jalan lagi.


Para menteri memasuki ruang rapat. Disana Yung sudah menunggunya dan di lantai dijejer lukisan karya Yung.

Yung: Aku menerima saran kalian terakhir kali dan telah menuliskannya ke dalam tulangku. Saran kalian tentang pengeluaran yang sangat luar biasa. Karenanya... Aku telah memutuskan untuk membuat kalian memberi sedikit tanda untuk menunjukkan apresiasiku.

Kepala Kasim menjelaskan bahwa Yung terjaga beberapa malam guna melukis lukisan itu untuk para menteri. Yung melanjutkan, ia akanmembanyun pusat bantuan negara dengan uang lukisan itu. Jadi ia ingin para menteri membeli lukisan itu dengan harga yang cocok.

"Yang Mulia. Bagaimana bisa kami berani menaruh harga pada lukisan Anda?"

"Ini perintah Raja. Berikan harga yang kalian inginkan. Cukup bayar harga yang cocok untuk itu.

"Terima kasih, Yang Mulia." Jawab mereka bersamaan.


Yung lalu menyuruh mereka untuk memilih lukisan yang mereka suka. Park Won Jong memilih lukisan Mawar China yang dilukis Yung di rumah Gibang. Yung meminta maaf, lukisan itu sudah ada yang memesan. Park Won Jong pun memberikan lukisan itu pada Kepala Kasim.

"Itu pasti lukisan yang sangat berarti, Yang Mulia." Kata Park Won Jong.

"Sangat berarti?" Yung mengulanginya, ia lalu berkata pada kepala kasim kalau lukisan itu adalah hadiah dan menyuruhnya menyiapkannya.


Para Menteri keluar ruang rapat bertepatan dengan kedatangan Ibu Suri. Taun Shin melihatnya lalu menyapanya.

"Lama tidak bertemu, Ibu Suri."

"Karena Yang Mulia sedang bekerja keras, kau pasti juga sibuk."

"Yang Mulia mencoba hal baru untuk bangsanya. Ini harus didukung."

"Tapi... Mengapa semua Menteri yang keluar dari kantor kerajaan terlihat sangat muram? Para menteri juga orang-orangnya Yang Mulia. Apa dia lupa tentang itu?"

"Selama mereka tidak lupa kalau mereka orang-orangnya Yang Mulia, maka Yang Mulia juga tidak akan melupakannya."

"Apa begitu? Aku sangat lega karena kau berada di pihak Yang Mulia."
>

1 komentar:

avatar

Hadeuuuhhhh.... bikin nyandu bacanya.....
PR blum klar lagi......


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search