-->

Sinopsis Queen For Seven Days Episode 2 Part 1

- Juni 02, 2017
>
Sinopsis Queen For Seven Days Episode 2 Part 1

Sumber Gambar : KBS2





Yung bertanya apa mau Chae Gyung. Chae Gyung hanya bilang kalau ia salah tempat. Chae Gyung hendak masuk air lagi tapiYung melarangnya, nanti Chae Gyung bisa masuk angin.


"Terima kasih. Saya bersyukur bertemu seseorang seperti Anda... saya khawatir bertemu seseorang yang aneh. Kalau begitu, semoga Anda melihat sesuatu yang bagus hari ini."

Chae Gyung buru-buru keluar sungai. Tapi ia balik lagi,ia memohon pada Yung agar mau menjadi Hyungnim-nya.


Chae Gyung membawa Yung ke sebuah penginapan. Ia merasa pemilik penginapan itu tidak akan mengizinkannya menginap karena masih terlalu kecil.

"Jika Anda mengatakan Anda adalah kakakku. Aku pikir mereka akan mengizinkannya."

"Mengapa aku harus melakukan itu?"

"Pintu gerbangnya ditutup karena aku mengejarmu. Dan juga... (pakaiannya basah)."

"Memangnya itu salahku?"


Chae Gyung kesal, apa Yung itu tidak memiliki keluarga atau adik ya? Tapi Yung mendadak terdiam, Chae Gyung tahu ia salah bicara,akhirnya ia melanjutkan.

"Wajar bagi kita untuk membantu orang yang membutuhkan. Kecuali jika Anda orang jahat, Anda akan..."

"Beraninya kau."

"Aku tidak akan berani meminta bantuan seperti ini jika aku takut."


Yung akhirnya mengalah dan bersedia menemani Chae Gyung masuk. Tapi Yung malah mengatakan pada pemilik penginapan kalau Chae Gyung itu kabur dari rumah, ia meminta si pemilik keamanan membawa Chae Gyung ke biro keamanan besok pagi.

"Hyungnim, kenapa kau berbohong? Hyungnim ku mencoba untuk meninggalkanku karena dia tidak bisa menafkahiku. Tolong bantu aku."

"Kau tidak punya bukti kalau aku kakakmu."

"Kau punya bekas luka di samping pusarmu."

"Coba buka."

"Itu.."

Pemilik penginapan menyuruh mereka masuk saja dan berkelahi didalam saja. hae Gyung tersenyum menang, katanya ia juga tahu bekas luka yang lainnya di tubuh Yung.

Setelah Yung dan Chae Gyung masuk, pemilik penginapan celingukan. Setelah memastikan tidak ada orang, ia mematikan penerangan di depan.


Chae Gyng menyantap makanannya dengan sangat lahap atau rakus ya. Yung saja sampai gak sempat makan dan hanya memperhatikan Chae Gyung saja.


Chae Gyung cerita ada pria nakal yang mencuri kantong sutranya. Yung tidak mengerti, meskipun begitu kenapa Chae Gyung mencarinya seharian? memang berapa banyak uang yang ada di sana?

"Ini bukan masalah uang. Ada surat yang lebih penting. Aku membutuhkannya jika dia bertanya padaku... "Mengapa kau di sini?" Jadi aku bisa menjawab... "Aku di sini untuk memberikan ini". Setidaknya surat itu bisa jadi alasanku."

Yung tambah tidak mengerti lagi, kenapa Chae Gyung butuh alasan untuk mengunjungi orang tuamu?

"Mereka menyuruhku untuk tidak mengunjunginya." jawab Chae Gyung sedih.

"Kau rupanya takut tidak akan disambut."


Chae Gyung balik bertanya, kenapa Yung telanjang seperti itu di tengah malam? Yung menjawab jujur bahwa ia mencoba untuk mendinginkan amarah yang memenuhi tubuh dan pikirannya.

"Almarhum Ayahku... terus saja membandingkan aku dan adikku." Lanjut Chae Gyung.

"Belum lama ini, kami melakukan balapan di sekolah desaku. Mereka mengatakan pemenangnya akan mendapatkan makanan. Jadi kami berlari dengan kekuatan penuh sampai akhir. Tapi kemudian guru menyuruh kami berlari lagi. Jadi apa yang bisa kami lakukan? Kami berlari lagi. Tapi kemudian guru menyuruh kami berlari lagi! Dia melakukannya beberapa kali. Salah satu siswa mengira itu aneh dan mengajak semua orang untuk berlari bersama. Jadi mereka saling berpelukan dan berlari. Saat itulah guru tersenyum dan memberi mereka makanan."


"Semua orang... bersama-sama."

"Tidak bisakah Anda... melakukannya bersama-sama dengan adikmu?"

"Sayangnya... Ini tidak bisa dibagi."


Mendadak Chae Gyung roboh tak sadarkan diri. Yung menyadari apa yang terjadi, makanan mereka diracuni (dibius). Yung mencoba tetap terjaga tapi ia akhirnya roboh juga menyusul Chae Gyung.


Pemilik penginapan beserta sang suami beraksi, mereka menggeledah iasi tas Chae Gyung, tapi sayang hanya pakaian yang mereka temukan.


Saat Chae Gyung sadarkan diri dengan keadaan tangan dan kaki terikat serta mulut dibekap, ia dipindahkan di sebuah kandang dengan hanya beralaskan jerami. Ia melihat Yung masih tak sadarkan diri tak jauh darinya.


Chae Gyung bangkit, ia mengambil pot alkohol di sana,  saat itu ia juga melihat ada orang mati disana. Chae Gyng ketakutan, ia segera membanting pot itu lalu menggunakan pecahannya untuk memotong tali yang mengikat tangannya.


Chae Gyung sudah melepaskan semua ikatannya, ia akan keluar tapi berbalik lagi untuk melihat Yung. Ia mengecek nafas Yung, masih ada tapi kenapa Yung tidak bangun?


Chae Gyung sudah melepaskan semua ikatannya, ia akan keluar tapi berbalik lagi untuk melihat Yung. Ia mengecek nafas Yung, masih ada tapi kenapa Yung tidak bangun?

Akhirnya Chae Gyung membawa Yung dengan sebuah gerobak. Chae Gyung terus berlari sambil menarik gerobak itu, ia menangis.

Yung terbangun, tapi ia tidak memberitahu Chae Gyung, malah enak-enakan tetap naik di atas gerobak.

"Ibu. Ayah. Apa yang harus aku lakukan? Ibu... Ayah...." tangis Chae Gyung.


Chae Gyung bersiul seperti biasa menyenandungkan nada merdu. Yung keenakan, ia menggunakan tangannya sebagai bantal menikmati pemandangan langit malam itu.


Sampai akhirnya Chae Gyng sampai di depan gerbang. Yung sudah turun dari tadi, ia menyembunyikan wajahnya dari penjaga gerbang.

Chae Gyung meminta mereka membuka gerbangnya, ia harus menemui tabib. tapi belum sempat ia melanjutkan penjelasannya, ia  jatuh pingsan. Akhirnya Yung memerintahkan mereka untuk membuka gerbang dengan beralasan perintah dari kerajaan.


Chae Gyung dibawa ke rumah tabibib, saat ia terbangun, ia malah menanyakan keadaan Yung terlebih dahulu.

"Anak bodoh. Kau seharusnya pergi sendiri. Mengapa kau bersusah payah menyelamatkanku?"

"Bagaimana aku bisa... meninggalkan keluargaku? Anda... sudah seperti kakakku. Keluarga... harus hidup bersama... dan mati bersama. Dan... Penginapan itu... Ada mayat di sana."

"Aku sudah melaporkannya ke biro keamanan. Kau pasti sangat terkejut. Kau harus tidur dan beristirahat lebih lama. Lupakan masalah kemarin."


Chae Gyung menangis, ia rindu Ayah Ibunya, ia menyesali kenekatannya, harusnya ia tetap di rumah saja. Kenepa malah datang kesana? Ia hampir mati tanpa melihat keluarganya untuk yang terakhir kalinya.


Yung menepuk pundak Chae Gyung menenangkan.


Yung dijemput pengawalnya. Pengawal curiga bahwa Chae Gyung mungkin saja tidak baik, ia akan melindungi Yung  dari jarak dekat.

"Lakukan itu, jika kau ingin mati." Jawab Yung.


Yung mengadakan rapat, ia marah dengan para menterinya yang tidak bisa mengelola keamanan kerajaan dengan baik. Orang jahat berpura-pura memberi penginapan untuk membahayakan pengunjung. Terlebih, jaraknya hanya 2 km dari kota.

"Kami mohon maaf."


Dua pemilik penginapan itu dibawa ke ruang rapat. Yung sendiri yang menebas kedua orang itu dengan tangannya sendiri di depan para menterinya.

"Biro Keamanan Ibukota dan Kepala Biro Prajurit dipecat. Jika sesuatu seperti ini terjadi lagi... Kalian semua... harus bertanggung jawab."


Yung menuju kamarnya, di depan masih ada Yeok yang memegang kecapinya ketiduran. Kepala kasim memberitahu Yung kalau Yeok menunggunya semalaman. Yeok akhirnya terbangun, ia langsung berdiri.

"Yang Mulia, masalah itu..."


Yung menyela, ia tidak berubah pikiran. Ia tetap menyuruh Yeok menikah dengan putri Sekretaris Utama Kerajaan. Lalu... Hidup Yeok juga akan lebih mudah.


Chae Gyung sudah sepenuhnya pulih, ia bingung, bagaimana ia bisa membuat alasan untuk pulang sekarang?

Di lantai, ia menemukan baju baru dan sebuah surat dari Yung.

"Jika kita bertemu lagi... Aku akan mengabulkan satu keinginanmu."

Chae Gyung berdecih, "Memangnya dia seorang Kaisar besar." Tapi ia tetap menyimpan surat itu.

Chae Gyung kembali mengingat Yeok, membuatnya tahu apa yang ia inginkan yaitu menangkap tuan muda terkutuk itu.


Chae Gyung sampai di depan rumah. Ia melihat pemandangan langka, rombongan keluarga kerajaan menuju rumahnya. Tapi kemudian Chae Gyung tersenyum, ayahnya tidak akan memarahinya karena ada tamu.


Mereka ternyata adalah Ibu Suri dan Yeok.


Yeok terus cemberut selama pertemuan itu. Ibu Suri bertanya, apa Ayah-Ibu Chae Gyung tahu tujuannya datang kesana? Ayah Chae Gyung menjawab tidak tahu.

"Aku yakin kau pernah mendengar bahwa kami akan memutuskan untuk menikahkan Pangeran Jin Seong. Aku datang ke sini sebagai ganti rasa untuk menunjukkan ketulusanku." Jelas Ibu Suri.


Chae Gyung masuk rumah dan ia sangat senang bertemu pengasuhnya. Chae Gyung merengek, hendak menjelaskan apa yang terjadi, tapi pengasuhnya menyuruhnya diam walaupun sebenarnya ia khawatir.


Chae Gyung mengintip ke dalam. Ibu Suri berkata kalau ia ingin melamar Chae Gyung sebagai menantunya.


"Namun, putriku... bukanlah pasangan yang cocok untuk Pangeran." Jawab Ayah.

"Ya, Ibu Suri. Chae Gyung tidak memiliki kualitas untuk menjadi istri Pangeran. Dia sering sakit, maka dari itu dia dibesarkan di pedesaan. Kita tidak akan tahu kapan dia kambuh lagi. Dia menggunakan penyakitnya sebagai alasan untuk tidak belajar dan kami juga tidak mengajarinya dengan baik. Dia hampir tidak bisa membaca alfabet. Dia tidak tahu sopan santun atau adat istiadat apapun. Dia dibesarkan seorang pengasuh jadi dia sangat kasar." Imbuh ibu panjang lebar.

Chae Gyung sakit hati dijelek-jelekkan begitu.

Ibu Suri tidakmasalah, Chae Gyung bisa belajar sopan santun dan adat istiadat. Mereka juga memiliki tabib hebat di istana jadi Chae Gyung akan sehat.

"Namun, putriku hanya membuat malu bagi keluarga kami dan keluarga kerajaan." Ayah menambahi.

Chae Gyung sedih, kenapa Ayah dan Ibunya membuanya terdengar seperti orang bodoh?


Yeok angkat bicara, ia tidak sependapat dengan ibunya, ia tidak berniat menikahi Chae Gyung. Chae Gyung terkejut melihat Yeok dan lebih terkejut lagi karena Yeok adalah seorang pangeran.


Yeok menyadari ada yang mengintip, ia berdiri untuk membuka pintu dan Chae Gyung terdorong karenanya.

"Kau. Kenapa kau di sini?" Tanya Yeok.

Ayah dan Ibu Chae Gyung juga kaget melihat puterinya iatu, apalagi berpakaian pria. Di luar, pengasuh tersenyum, ia yakin mereka pasti senang karena bertemu kembali.


Chae Gyung serganti pakaian dan memberi salam hormat pada Ibu Suri, ia bahkan melakukannya dengan sangat anggun. Ibu Suri heran melihatnya, karena sangat berbeda dengan deskripsi Ayah dan Ibu.


Chae Gyung menjawab, yang Ayahnya katakan tidaklah salah. Namun, ia selalu berusaha untuk menutup kekurangannya. Yeok seakan tak percaya mendengar ucapan Chae Gyung itu.

"Kau sangat sederhana." Tanggapan Ibu Suri.


"Aku setuju dengan Sekretaris Utama Kerajaan. Dia mungkin lebih buruk, dari yang dikatakan." Ucap Yeok.

Ibu Suri menanyakan maksud ucapan Yeok itu. 

"Terlalu memalukan untuk dibicarakan, Ibu. Namun, aku yakin dengan perkataanku. Aku tidak akan pernah menikahi wanita ini."


Yeok lalu melangkah pergi. Tapi Chae Gyng menjawab, ia tidak sependapat dengan Yeok, ia bersedia menikah dengan Yeok. Ibu dan ayahnya shock mendengar jawaban Chae Gyung itu.


Chae Gyung mengejar Yeok menuntut alasan Yeok. Yeok balik bertanya, Chae Gyung itu siapa sih? kenapa terus berada disekelilingnya? Dan sekarang bahkan mengganti jenis kelaminnya untuk mengikutinya.

"Kau marah karena aku berada di sini atau karena aku seorang wanita?"

"Kau tahu apa yang terjadi padaku hari itu? Aku hampir mati karenamu. Tapi sekarang aku harus menikah denganmu? Aku harus mengorbankan hidupku untuk keluarga ini? Aku jadi benci dengan putri Sekretaris Utama Kerajaan. Selain itu, itu ternyata kau."

"Lalu mengapa? Karena kau terjatuh dari kuda?"

"Karena aku terlambat sampai disana. Aku hampir mati karena pedang Raja."

"Mengapa Raja mau membunuhmu?"


Yeok mengakhiri pembahasan itu, ia menanyakan alasan Chae Gyung mau menikah dengannya, ingin menjadi istri Pangeran, 'kan?

"Maaf?"

"Keluargamu sangat suka dengan tahta."

"Bibimu adalah Ratu, Ibu negara ini. Dan Ayahmu adalah Sekretaris Utama Kerajaan. Pamanmu memiliki kekuatan penuh atas militer. Dan jika kau menjadi istriku, keluargamu akan mengerahkan semua kekuatan yang kau miliki."

"Apa yang sedang kau bicarakan?"

"Lalu mengapa?"

"Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku bisa melakukannya."


Ayah dan Ibu masih tetap menjelekkan Chae Gyung supaya Ibu Suri tidak menyukainya. Ibu Suri berkata kalau puteranya juga tidak lebih baik dari itu.

"Inilah... yang mereka sebut dengan takdir." Lanjut Ibu Suri.


Chae Gyung ingin membuktikan kalau ia bukan pengganggu atau bebek jelek. Ia akan menunjukkan kepada semua orang bahwa ia pantas menikah dengan Yeok. Jujur saja, ia sebenarnya bukan sekelas Yeok (Chae Gyung menanggap dirinya terlalu baik untuk Yeok).

"Ketika seorang wanita menikahi seseorang yang memiliki sedikit keberuntungan... Dia akan memiliki kehidupan yang baik." Jelas Chae Gyung.


Yeok menertawainya karena sangat lucu (tapi dengan nada menyindir). Chae Gyung berterimakasih dan meminta kantungnya dikembalikan.

"Kantung?"

"Kantung sutra dengan uang dan surat."

"Kau menggonggong ke orang yang salah. Negara ini sangat banyak orang jahat. Di Hanyang, kau akan dirampok jika tidak hati-hati."


Chae Gyung tidak percaya, ia meminta Yeok membuktikannya dengan menemukan pencuri yang sebenarnya. Jika tidak bisa, berarti Yeok lah pelakunya.


"Wah.. Kau membuatku tidak bisa berkata-kata."

"Kuatkan sendiri. Ini hanya permulaan."

"Mengapa aku harus..." Yeok teringat perdebatannya di pasar kemarin, sepertinya ia tahu siapa pencurinya. "Temui aku di paviliun Dongjeokjeon jam 9 pagi."

"Mengapa?"

"Kau menyuruhku untuk menemukan pencurinya! Jika aku berhasil... batalkan pernikahan ini."


Ibu suri keluar, Yeok mengingatkan lagi. Jam 9, jangan sampai lupa, Di depan paviliun Dongjeokjeon.

"Satu hal lagi. Bicaramu terdengar sangat aneh tadi. Bicaralah dengan aksen Hanyang."


Dalam perja;anan kembali, Ibu Suri mengerti. Jadi karena ini Yeok mau ikut dengannya tanpa mengeluh? Untuk menolak pernikahan ini?

"Ibu membawaku kemari tanpa memberitahu kemana tujuan kita."

"Kapan kau akan berhenti merajuk?"


Ibu memberikan makan Chae Gyung dengan super kesal. Ibu menyuruhnya makan dulu. Chae Gyung sudah memegang sendoknya tapi ia letakkan lagi karena melihat wajah ibunya yang sangat kesal. Chae Gyung menyuruh ibu untuk memarahinya saja dulu, ia tidak mau sakit perut.


Ibu akan memukul Chae Gyung tapi Chae Gyung menhindar, akhirnya mereka saling kejar-kejaran.

"Kenapa kau... Kau tahu betapa terkejutnya aku?"

"Ibu!"

"Aku menyuruhmu tinggal di Geochang. Sudah kubilang aku akan datang menemuimu."

"Kapan? Setelah aku menikah?"

"Beraninya kau melawan? Kemari."


Ayahnya masuk kemudian, "Lalu... Apa menurutmu ini tidak salah? Kau lari dari rumah dan sampai ke Hanyang. Kau juga tidak sopan dengan Ibu Suri. Kembalilah ke Geochang besok. Aku akan menolak lamarannya."

Chae Gyung menanyakan apa alasannya, karena aku tidak pantas menikah dengannya? Karena Ayah takut ia akan... membuat malu keluarga?


Ibu menegur Chae Gyung tapi hae Gyung tidak mau berhenti, "Tuan Muda itu... Pangeran itu jauh lebih buruk dari aku. Dia mengintip wanita telanjang... mencopet, dan pemarah seperti seorang baj*..."

"Beraninya kau bicara kotor seperti itu?! Tumbuh tanpa sopan santun dan adat istiadat bukanlah alasan!"

"Tapi Ayah tidak mengajariku. Ayah menyembunyikanku di sebuah desa karena malu denganku. Ayah tidak pernah memberiku kesempatan... untuk dicintai atau diakui... atau melakukan sesuatu untuk Ayah, Ibu, dan keluargaku."

Chae Gyung menangis mengatakannya. Ayah dan ibunya juga terluka.

"Aku akan memberimu kesempatan itu sekarang. Kembalilah ke Geochang besok secara diam-diam." Kata ayahnya tanpa memandanganya, matanya berkaca-kaca.


Ayah dan Ibu Chae Gyung bicara berdua di luar. Ibu merasa kalau mereka harus mengatakan alasan yang sebenarnya pada Chae Gyung.

"Apa kau pikir dia akan percaya ramalan bahwa dia harus menghindari keluarga kerajaan? Dia hanya akan berpikir bahwa kita melakukannya untuk mengirimnya kembali ke Geochang." Jawab Ayah.


Yeok memberi salam pada Ibu Suri setekah sampai ke isntana lalu keluar. Ia teringat pertanyaan Chae Gyung, kenapa raja ingin membunuhnya? Yeok tersenyum kecut, ia juga tidak tahu alasannya.

"Jam berapa sekarang?" tanyanya pada dayang.

"Hampir pukul 9.30 malam."


Yung kembali melakukan latihan memanah, kali ini ia memikirkan kata-kata Chae Gyung.

"Keluarga harus hidup bersama dan mati bersama."

Lalu ia teringat pertanyaan Yeok, "Mengapa aku harus melakukan itu? Aku percaya pada Anda. Aku merasa percaya diri... karena Hyungnim."


Saat panah kedua dilesatkan hampir mengenai Yeok yang tengah menonton. Untung dayang segera menariknya menghindar.


Yung akhirnya mengajak Yeok bicara. Yeok datang untuk memberi jawaban, ia tidak peduli dengan anak siapa itu. Bahkan jika dia anak tukang daging. Namun... ia tidak akan menikahi Putri Sekretaris Utama Kerajaan. Karena ia merasa seperti... ia ragu pada Yung dan mengemis untuk hidupnya.


"Apa kau tidak... takut padaku? Aku bisa saja membunuhmu sekarang juga." tanya Yung.

"Itu tidak akan terjadi. Tapi aku tahu... aku tidak diterima disini. Tidak apa-apa jika aku tumbuh dewasa... tanpa harus menikah. Jika Anda mau... Aku tidak akan pernah tumbuh dewasa. Aku hanya akan... hidup sebagai adik laki-lakimu."


Yung tersentuh dengan kata-kata itu, ia berkata sulit tidur beberapa hari ini. Ia sangat lelah.

"Maukah kau... memainkan kecapi untukku? Permainanmu yang membosankan... adalah obat yang cocok untuk insomnia."

Yeok tersenyum karenanya.


Yeok berusaha memainkan yang terbaik untuk Kakaknya.

"Kau mengatakan ingin hidup sebagai adikku saja? Kau harus melakukan yang terbaik untuk membuktikan dirimu. Aku juga mencoba hal tersulit... Bukan untuk membunuhmu... dan untuk melindungimu." Batin Yung.

>

1 komentar:

avatar

Keluarga untuk bisa saling mendukung......
tragisnya nasib di kuarga kerajaan ini... penuh intrik.
TQ mBak cantikk.... atas sinopnyaa...


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search