-->

Sinopsis Queen For Seven Days Episode 1 Part 1

- Juni 01, 2017
>
Sinopsis Queen For Seven Days Episode 1 Part 1

Sumber Gambar: KBS2

 
[1506, Tahun Pertama Raja Jung Jong]

Seorang mantan Ratu digiring menuju tempat eksekusi dengan pengawalan ketat. Para warga merasa kasihan karena ratu itu menjabat tidak sampai 10 hari.


Sebelumnya, sang ratu harus menyaksikan ayah dan ibunya dibunuh dengan keji.


Sang Ratu mendekati sanga raja saat sang Raja tengah membaca sebuah dokumen. Raja menyadari kehadiran ratu, ia memanggilnya dan langsung memeluknya. Nama Ratu itu adalah Chae Gyung.


Ratu mengeluarkan pisau dari lengan bajunya, ia hendak menusukkannya pada Raja tapi Raja mengetahuinya dan menahan tangannya.


Ratu menangis, harusnya ia membunuh Raja.


Saat Ratu akan dieksekusi, Raja kembali sendirian di ruangannya, ia tampak resah. Ratu menatap langit lalu mentap kediaman Raja, sebelum sieksekusi ia berdoa,

"Saat aku terlahir kembali... Aku tidak akan mau bertemu denganmu lagi. Yang Mulia."

***

Lee Yung, Raja Yeon San Gun, Raja Joseon ke-10
 
Lima tahun pemerintahan Raja Yeon San Gun. Lee Yung telah menstabilkan kekuatan kedaulatannya dengan membunuh kelompok yang menentangnya. Namun, tidak lama kemudian, terjadi kekeringan parah dan membuat Yung marah. Orang berpikir bahwa bencana alam terjadi karena sang Raja yang tidak becus.


Raja Lee Yung keluar kediamannya dan ia melihat matahari teris di langit.

Lee Yeok, Pangeran Jin Seong, Raja Jung Jong masa depan

Sementara itu Lee Yeok (Pangeran Jin Seong) naik ke sebuah pohon mengawasi sesutu. Kasim dan dayang-dayangnya meminta turun karena sangat bahaya di atas sana. Yeok tidak menggubrisnya, ia sedang menanti kedatangan seseorang karena waktunya sudah tiba.

Baek Suk Hee dan Jo Gwang Oh

Yeok baru meloncat turun saat melihat dua temannya, Baek Suk Hee dan Jo Gwang Oh datang membawa gentong berisi air dan ada dua ikan kecil berwarna hitam. Mereka berdua membawanya sampai ke sebuah jembatan. Yeok sangat girang mendapat apa yang ia inginkan walau kedua temannya itu harus bersusah payah.


Yeok lalu menyuruh dayangnya memberikan pelengkap tambahan. Yeok menutup gentong itu dengan daun talas, di samping gentong tadi ada cawan putih berisi air dan Yeok memegang ranting pohon.

Gwang Oh meminta Yeok menjelaskan karena mereka sangat sulit untuk mendapat benda itu. Yeok menjawab bahwa benda itu adalah naga.

Yeok ternyata melakukan ritual untuk meminta hujan, ala dirinya. Ia juga memaksa kasim, dayang dan teman-temannya untuk mengikutinya.


Lee Yung mendekat, semuanya sontak bersujud padanya, sedangkan Yeok adalah orang terakhir yang menyadari kedatangan Lee Yung.


"Hyungnim... Yang Mulia, Anda akan pergi ke rapat majelis pagi ini?"

"Iya. Kau sepertinya senang bermain-main."

"Aigoo, kami tidak bermain..."

Tapi Lee Yung keburu pergi tidak mau mendengarkan penjelasan Yeok.


Im Sa Hong menaburkan sesuatu diatas bara api hingga asap mengepul. Tak lama kemudian Yung sampai dengan rombongannya. Semuanya tunduk pada Yung.


Menteri Shin Soo Geun memerintahkan menteri-menteri lain untuk memberikan laporan semua urusan pemerintahan. Sementara satu per satu menteri maju untuk menjelaskan, Yung membaca dokumen yang berkaitan tapi ia membuang semua dokumen itu, bahkan sebelum semua menteri menyelesaikan laporannya.


Yung malah senang menyaksikan semua menterinya kepanasan, dan mereka semua menggeliat karenanya.

"Apa yang terjadi sekarang... Apa yang kalian lakukan?" Tanya Yung.


Kemudian Yung berdiri dan mendekati mereka.

"Saat aku mengumpulkan kalian di halaman ini... Guna untuk melakukan majelis pagi bukan hanya rapat biasa. Ketika dahi dan punggung kalian ditutupi dengan keringat di bawah terik matahari ini... Kalian semua seharusnya memikirkan tanaman yang sudah kering dan orang-orang yang kelaparan."

Semua menteri hanya bisa mengucapkan maaf.


Yung malah makin kesal mendengarnya,

"Bahkan anak-anak kecil berkumpul bersama untuk mengadakan ritual hujan. Tapi semua yang kalian katakan hanya "Maafkan kami"."

Tapi mereka lagi-lagi cuma mengucapkan maaf.

"Orang selalu mengira bencana alam terjadi karena Raja-nya yang tidak becus. Tidak peduli seberapa hebatnya dia, karena kekeringan seburuk ini, semua orang akan mengatakan aku tidak becus menjadi Raja. Tentu saja, mereka akan mengatakan tentang kalian juga."

"Kami mohon belas kasih Anda, Yang Mulia." Kata semua menteri bersamaan.


"Dengarkan baik-baik. Aku tidak akan mentolerir omong kosong apapun tentang aku atau negaraku, Joseon. Karena itu... Sampai kita berhasil mengatasi kekeringan ini... Jangan bergerak satu inci dari tempat ini."

Kemudian Yung meninggalkan majelis diikuti rombongannya.


Yung memanggil 3 menteri ke ruangnnya. Pertama petugas dari Sogyeokseo (Im Sa Hong). Seharusnya tugas petugas itu adalah memastikan kalau Yung tidak perlu khawatir dengan bencana alam seperti ini.

"Maafkan saya, Yang Mulia. Kekeringan ini terjadi karena kurangnya energi Yin. Di gerbang selatan, energi kuat Yang tertutup. Dan di gerbang utara terbuka..."

"Berhenti bicara energi Yin dan Yang. Apa tidak ada solusi yang realistis?"


Shin Soo Geun menyarankan untuk mengadakan ritual hujan di altar untuk dewa-dewa negara. Yung tidak setuju, artinya ia disuruh untuk menjadi penjilat langit?!

"Orang-orang dari kalangan Yang Mulia akan dihibur dan langit akan senang." Jawab Soo Geun.


Yung meminta saran lagi. Saatnya Park Won Jong bicara, Menurut Profesor Geografi Astronomi dan Ramalan. Pernikahan Kerajaan akan membantu kekeringan ini.

"Bagaimana kalau mengadakan Pernikahan untuk Pangeran Jin Seong? Pernikahan akan menambah energi Yin dan mendatangkan keseimbangan antara Yin dan Yang."

Yung terkejut, apa adikknya sudah cukup usia untuk menikah?


Yung mendekati Soo Geun, menawarinya untuk menjadi mertua Yeok. Soo Geun langsung bersujud.

"Kau memiliki anak perempuan yang tersembunyi di Geochang. Banyak keluarga kaya yang mengajaknya untuk menikah tapi kau menolak semuanya. Apa mungkin... Kau akan menolak lamaranku?"

Shin Chae Gyung, Ratu Dan Gyeong masa depan

Chae Gyung sedang memijat kuda yang tidak bisa mengeluarkan kotoran, tapi cara memijatnya aneh, ia hanya mengelus perut kuda itu sambil bersiul. Semua orang meremehkannya tapi beberapa saat kemudian kuda itu langsung buang air.

Semua orang berteriak senang, pemilik kuda itu langsung menyekop kotoran kudan itu dan memasukkannya ke ember.


Chae Gyung menyusul pemilik kuda yang hendak membawa kotoran kuda itu ke kebun. Ia mejelaskan bahwa kotoran kuda dan sapi itu sangat berbahaya jika langsung dipupukkan ke tanaman, semua tanaman bisa mati.

"Tunggu. Jangan langsung berikan pada petani. Beritahu mereka untuk mencampurnya dengan daun mati dan serbuk gergaji. Kotoran, serbuk gergaji, kotoran. Mereka perlu memfermentasi campuran itu setidaknya tiga bulan sebelum memakainya." Jelas Chae Gyung.

Setelah orang itu pergi, Chae Gyung mencium tubuhnya, ia yakin betul pengasuhnya pasti marah nanti.


Saat Chae Gyung hendak pulang, istri orang tadi beserta anaknya mengejar. Mereka hendak mengucapkan terimakasihnya pada Chae Gyung.

"Terima kasih banyak, Agasshi." Ucap sanga anak.

"Kau adalah temanku. Tidak perlu begitu."


Chae Gyung sudah agak jauh, tapi ia baru ingat kalau barangnya ada yang tertinggal. Ia pun terpaksa kembali lagi.


Ibu dan anak tadi membicarakan Chae Gyung. Si anakmengklaim bahwa Chae Gyung membantu mereka karena dirinya, karena ia adalah temannya.

"Bagaimana bisa kau dan Agasshi yang berharga itu berteman? Aigoo... Terlepas dari apa yang dia katakan, kau harus bersikap baik. Hormatlah padanya, oke?"

"Agasshi berharga apaan? Ibu bilang... Dia adalah anak bebek yang jelek dan keluarganya pergi meninggalkannya. Ibu menyuruhku bersikap baik pada seseorang yang seharusnya dikasihani."

Tepat saat itu Chae Gyung sampai dan ia mendengar semuanya.

"Diam!" perintah si ibu.

"Lalu mengapa? Mengapa keluarganya tinggal enak di Hanyang dan dia tinggal di desa kecil sendirian dengan pengasuh? Ibu bilang dia merepotkan."

"Kapan aku mengatakan itu? Jangan sembarangan bicara."


Chae Gyung sakit hati, ia mengambil roknya yang tertinggal dan berjalan lesu pulang ke rumah.


Saat tiba di rumah, seorang dari Hanyang datang. Chae Gyung sangat antusias menerima surat kiriman ayahnya, Shin Soo Geun.

"Kau tidak boleh datang ke Hanyang. Tetaplah di Geochang. Kami akan segera ke sana." Isi surat ayahnya.


Chae Gyung kembali cemberut, kenapa ayahnya selau bilang ia tidak bolek ke Hanyang? Bibi Pengasuh menyarankan untuk menyerah saja, kaya Chae Gyung menyembunyikan harta karun saja di hanyang.

"Bibi, Mengapa aku lahir? Mengapa mereka melahirkanku" Apa mereka akan terus menahanku di desa kecil ini?"

"Nona. Jangan katakan itu."

"Lalu mengapa?"

"Soal itu..." Bibi tak bisa menjelaskannya malah beralih memarahi orang dari Hanyang tadi yang tak kunjung makan. 

Pengasuh menitipkan amplop bitu pada orang itu untuk disampaikan pada Tuan Shin, Chae Gyung celingukan melihat apa yang diberikan pengasuh itu tapi pengasuh segera menegurnya untuk segera mandi. 


Tuan Shin menyampaikan pada istrinya perihal raja yang sudah tahu mengenai Chae Gyung.

"Menyuruh dia sembunyi di Geochang tidak ada gunanya sekarang. Dia harus menghindari anggota Keluarga Kerajaan, termasuk Pangeran Jin Seong." tanggapan  sang intri.


Ibu Suri Jasoon (ibunda Yeok) menegur Yeok karena sudah berbuat hal bodoh. Yeok tidak mengerti kenapa itu (ritual meminta hujan ala dirinya) disebut hal bodoh.

"Saat orang hadir..." Kata Ibu Suri Jasoon.

Yeok menyelanya, "Jangan lakukan apapun. Jangan lihat atau dengar apapun. Ya, saya tahu."

"Yeok-ah."

"Tidak bisakah seorang adik menunjukkan sedikit ketulusan pada kakaknya?"

"Ritual hujan itu adalah masalah nasional. Itu urusan Raja, bukan kau."

"Saya hanya menunjukkan keprihatinan pada orang-orang."

"Kau bukan orang biasa. Jika kau ingin melakukan sesuatu untuk Raja... Kau harus memberinya hadiah."

"Baik. Kalau begitu saya akan... pergi membeli benang."


Yeok keluar kediaman Ibu Suri Jasoon, ia teringat kenangannya bersama Yung yang sangat menyayanginya dan mereka sangat dekat.


Sementara itu, Yung mendatangi tempat ritual Yeok tadi. Ia teringat kalau Yeok kecil cuka melakukan ritual itu dan raja terdahulu membanggakannya.

Mulai saat itu Yung remaja memiliki rasa cemburu pada Yeok karena Raja lebih sayang pada adiknya itu.

"Anak kecil itu sudah tumbuh besar ternyata. Dia harus menikah." Gumam Yung.


Chae Gyung memakai baju pria dan naik perahu menuju Hanyang. Ia bahkan mencuri surat pengasuhnya.

"Aku akan membuat kesepakatan dengan ini. Akulah orang yang harus melakukannya." Gumam Chae Gyung.


Sementara itu, di rumah pengasuhnya dan orang dari Hanyang kebingungan mencari surat itu. Tapi kemudian mereka tahu siapa pencurinya.

"Agasshi! Agasshi!" teriak mereka.


Di tengah hiruk pikik kegiatan pasar, Yeok bersantai disebuah gazebo. Kedua temannya menghampiri, Gwang Oh memastikan, apa Yeon beneran gak mau ikut?

"Tidak." Jawab Yeok santai.

"Kau sudah janji!" bentak Suk Hee.

"Aku tidak akan pergi!" Yeok balik membentak.

"Wah! Apa hatinya sebesar saus kecap? Ibu Suri memarahinya kemarin. Kenapa dia masih merajuk?" Kesal Suk Hee.

"Hei, saus kecap itu suci." Jawab Gwang Oh.

"Bodoh kau. Maksudku bukan begitu."

Suk Hee menggoyang-goyang Yeok, kenapa sih Yeok sangat merepotkan hari ini? Tapi kemudian Suk Hee ada ide, ia mengancam tidak akan memberi Yeok sebuah buku jika terus begitu.


Yeok terbujuk, tapi Suk Hee tak mau dengan mudah memberikan buku itu pada Yeok.

"Pangeran Jin Seong, kau tahu apa ini, 'kan?" Tanya Suk Hee.

Yeok bertanya pada Gyeong Oh, apa sudah membacanya dan Gyeong Oh menangguk mengiyakan. 


Semua mengejar buku itu yang ternyata jatuh di depan Chae Gyung. Yeok berhasil menyingkirkan kedua temannya, tapi saat ia hendak mengambil buku itu, ia malah berbenturan kepala dengan Chae Gyung yang juga hendak mengambil buku itu.


Yeok menawarkan tangannya untuk membantu Chae Gyung berdiri tapi Chae Gyung malah memilih berdiri sendiri.

Yeok menyadari bukunya masih ditanah, ia hendak mengambilnyatapi Chae Gyung mendahuluinya. Chae Gyung akan memberikan buku itu jika ia minta maaf.

"Kita sama-sama terbentur. Aku tidak perlu minta maaf. Kau seperti anak kecil saja." Jawab Yeok.

"Kau membuatku terluka. Kau berutang maaf padaku. Apa semua pria di Hanyang sepertimu?"

"Kita hanya terbentur. Berhenti berlebihan. Kau tidak punya teman, 'kan?"


Dan Yeok berhasil merebut buku itu saat Chae Gyung lengah karena kata-katanya. Suk Hee dan Gwang Oh berjingkrak senang. Yeok lalu mengajak keduanya pergi untuk melihat sesuatu yang bagus.

"Omong kosong apa itu?" kesal Chae Gyung tapi ia juga penasaran, apa yang dimaksud hal bagus oleh mereka itu.


Ternyata mereka ngntipin cewek-cewek mandi di sungai dan Suk Hee bertugas menggambar mereka di buku itu.


Chae Gyung tak sengaja memergoki mereka. Ia membalas dendam dengan berkata keras hingga semua gadis itu sadar. Yeok dkk tidak terima, mereka pun mengejar Chae Gyung.


Chae Gyung cepat juga larinya sampai Yeok kewalahan.


Yeok berteriak akan membunuh Chae Gyung jika berhasil menangkapnya. Itu menjadi pemicu Chae Gyung untuk berlari lebih kencang lagi.


Sampai pada akhirnya  Yeok berhasil menangkap Chae Gyung tapi mereka malah bergulingan bersama di lereng. Sementara itu, Gwang Oh dan Suk Hee ngos-ngosan dibelakang, mereka tidak bisa mengejar.

Seekor burung terbang diatas Chae Gyung, burung itu BAB dan jatuh tepat di pipi Chae Gyung. Chae Gyung refleks mengusap pipinya lalu mengusapkannya kebaju Yeok.


Yeok kesal dan berteriak sejadi-jadinya. Chae Gyung menggunakan kesempatan itu untuk kabur dan mendorong Seok ke lereng disamping mereka. Untung Suk Hee dan Gwang Oh datang teat waktu untuk membantunya.


Chae Gyung terus berlari sampai ia menemukan tempat persembunyian. Yeok kesal karena kehilangannya.

"Kita akan bertemu lagi. Ini tidak boleh berakhir seperti ini. Ini belum berakhir." teriak Yeok frustasi.

"Kau tidak waras? Aku tidak akan pernah melihatmu lagi." jawab Chae Gyung setelah mendengar teriakan Yeok.

 
[Sogyeokseo: Tempat untuk ritual Taoisme]

Yung sedang berdoa disana. Im Sa Hong bertanya, aoa ia bertekad untuk menikahi Pangeran Jin Seong dengan putri Sekretaris Utama Kerajaan?

"Jadikan itu sebagai otoritas kerajaan atau otoritas Yang Maha Kuasa... Semua pihak berwenang harus fokus di satu tujuan. Aku tidak bisa membiarkan orang lama mengambil tempat itu. Mereka mungkin akan membual tentang fakta bahwa dialah Ayah mertua Pangeran."

"Namun, dia adalah kakak laki-laki Ratu, Paman Putra Mahkota dan sekarang dia akan menjadi Ayah mertua Pangeran. Jika pria itu memiliki pengaruh besar, Apa yang akan anda lakukan dengannya?"

"Apa kau sekarang mencoba memecahkan aku dan Sekretaris Utama Kerajaan?"

"Saya bicara tentang Yang Mulia dan Pangeran Jin Seong. Jika ambisinya berdasarkan alasan... Tidak hanya Shin Soo Geun, tapi siapapun bisa melakukan pemberontakan."


"Alasan? Memberontak?!"

"Yang Mulia, jangan lupakan kemauan Raja terdahulu."

"Apa katamu?!" Yung berdiri kesal.

Im Sa Hong memberikan salinan surat wasiat mendiang raja terdahulu pada Yung.

"Maafkan saya karena mengatakan ini, Yang Mulia. Kemauan mendiang Raja ada didalam dokumen rahasia itu."


Saat mendiang raja sakit keras, para menteri mendesaknya untuk segera menulis surat wasiat untuk Yeok. Setelahnya raja memanggil Yung.

"Saat Pangeran Jin Seong tumbuh dewasa... Serahkan takhta Raja kepadanya. Dia harus... menjadi Raja. Yung, kau hanya akan... merusak Joseon." Bisik mendiang Raja.


Yung kesal karena kembali teringat hal itu, ia melampiaskannya dengan melakukan latihan memanah. Ia kesal kenapa ayahnya tidak percaya padanya sampai harus menulis dokumen rahasia.

"Mengapa Ayah tidak percaya kepadaku? Mengapa? Apa karena aku anak seorang Ratu yang diturunkan? Apa yang sudah dia lakukan sejak ia lahir? Kenapa aku harus takut pada anak laki-laki itu? Bagaimana kau bisa memujanya sampai akhir hayatmu?"


Saking kesalnya sampai senar busur panah Yung putus. Yung melemparkan busur itu kesal.

"Dimana Pangeran Jin Seong sekarang?!" teriaknya.
>

2 komentar

avatar

D tunggu part 2 nya....

avatar

makasih atas sinopnya yaaaaa....


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search