-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 12 Part 1

- Maret 12, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 12 Part 1


Ma Rin meminta So Joon jangan pergi, Jangan menghilang dari pandangannya karena itu membuatnya takut dan kuatir, membuatnya sangat cemas. Ia tidak sanggup hidup seperti itu. So Joon setuju melakuakan itu.

"Apa?"

"Menikahimu... Kupikir, itu adalah sebuah kesalahan. Kita... harus memikirkan ulang semuanya."

"Apa maksudmu? Aku takut salah paham. Apa maksudmu?"

"Seperti yang sudah kukatakan. Kurasa, kita mungkin tidak cocok satu sama lain."

"Dan?"

"Keadaan akan menjadi sangat sulit buatmu karena aku."

"Dan?"

"Kau bilang sendiri hidupmu sekarang terasa tidak normal. Kau ingat sudah berapa kali mengatakannya? Tapi, begitulah diriku. Aku berbeda dari orang lain. Aku tidak normal. Jadi, jika kau menginginkan kehidupan yang normal... Aku rasa tidak mampu memberikannya."

" "Aku akan hidup seperti yang kuinginkan, jadi pergilah kalau kau tidak menyukainya". Begitukah maksudmu? "Mari coba saling memahami dan berkompromi". "Kita lewati bersama". Kenapa tidak begitu?"

"Sebab aku yakin tidak akan berhasil."

"Bukan karena kau tidak ingin repot-repot mencoba? Hari ini, aku melihat kau menghilang tepat di depanku. Dan aku hanya bisa mencemaskan serta menunggumu. Sebenarnya apa kesalahanku?"


So Joon melarang Ma Rin menunggu atau mencemaskannya karena itu membebaninya. Ma Rin menangis dibentak seperti itu.


Ma Rin akan pergi dari rumah, ia tidak ingin tinggal serumah dengan So Joon. Ia akan melakukan sesuai kata So Joon untuk memikirkan ulang semuanya. Bukankah ini yang So Joon mau?

"Ma Rin."

"Bukankah aku beban untukmu? Lepaskan!"

So Joon mengalah, biar ia yang pergi dan Ma Rin bisa tetap tinggal, ia akan ke rumah Ki Doong. Ma Rin tidak mau karena itu adalah rumah So Joon.

"Tidak ada milikku atau milikmu. Kenapa kau kekanakan sekali?"

"Kau yang memaksaku pergi."


Ma Rin tetap melangkah pergi, So Joon kembali menahannya, ia membujuk supaya Ma Rin tidakmempersulit keadaan seperti itu. Ma Rin mengingatkan kalau mereka belum mendaftarkan pernikahan mereka jadi tidak ada masalah, So Joon bisa memperbaiki kesalahannya itu, pikirkanlah.


So Joon bingung, Ma Rin ingin ia bagaimana. Teringat Ma Rin dari masa depan yang memintanya memutuskan hubungan mereka.

"Kita semestinya tidak pernah bertemu. Kau dan aku tidak ditakdirkan begitu. Kau memaksa mengubah masa depan. Itu sebabnya hal ini terjadi. Saat kau kembali (ke masa aslimu) lekas akhiri segala sesuatunya denganku. Kembalikan hidupku seperti semula."
So Joon kembali merinntih, "Kau ingin aku bagaimana?"


Ma Rin pergi tanpa menengok kebelakang sama sekali.


Ma Rin menuju rumah So Ri, ia berkata kalau dirinya itu istri yang dibuang. So Ri terkejut, apa ibumertua Ma Rin mendadak hidup kembali.

"Kau kira lucu, ya? Kami bertengkar. Aku boleh menginap beberapa hari, 'kan?"

So Ri tidak keberatan, ia menawari Ma Rin minum soju di luar sambil membicarakan masalah Ma Rin. Ma Rin tidak mau, ia duduk di ranjang dan mulai bercerita,

"Dia berkata menikahiku adalah kesalahan. Dia bilang aku beban baginya. Dia ingin memikirkan ulang hubungan kami. Aku merasa sekarat."


Tiba-tiba ada seorang pria setengah telanjang keluar dari toilet Ma Rin terkejut sampai ia refleks menaikkan kakinya ke ranjang. Saat pria itu mendekat untuk mengambil mantelnya, Ma Rin memukuli pria itu. So Ri melindungi pria itu dan pria itu cepat-cepat keluar.

"Oppa, maafkan aku. SMS aku kalau sudah sampai rumah." Teriak So Ri.


Ma Rin pikir, pria tadi adalah penguntit cabul, siapa dia, pacar? So Ri menggeleng, hanya gebetan. So Ri pikirt tadi ibunya yang datang makanya ia menyuruh gebetannya masuk toilet.

"Oh, maafkan aku." Ucap Ma Rin.


Ma Rin galau, memangnya pernikahan itu lelucon ya.. Bisa-bisanya So Joon bilang begitu padanya. So Ri menebak, jelas So Joon sedang sedang mencoba menancapkan jarinya pada Ma Rin (mencoba mengendalikan). Itu perang kekuatan pengantin baru, Ma Rin lepas kontrol, jadi dia ikut emosi. Ma Rin membantah dugaan So Riitu, So Joon tiba-tiba emosi dan mengatakannya. Matanya kelihatan sangat merah.

"Jelas dia hanya sedang emosi. Dia kan tidak mendadak gila. Mana mungkin sengaja bilang begitu?"


Ma Rin galau, memangnya pernikahan itu lelucon ya.. Bisa-bisanya So Joon bilang begitu padanya. So Ri menebak, jelas So Joon sedang sedang mencoba menancapkan jarinya pada Ma Rin (mencoba mengendalikan). Itu perang kekuatan pengantin baru, Ma Rin lepas kontrol, jadi dia ikut emosi. Ma Rin membantah dugaan So Riitu, So Joon tiba-tiba emosi dan mengatakannya. Matanya kelihatan sangat merah.

"Jelas dia hanya sedang emosi. Dia kan tidak mendadak gila. Mana mungkin sengaja bilang begitu?"

Ma Rin sedikit tenang, Begitukah? Dia hanya emosi? So Ri mengangguk yakin. Tapi Ma Rin malah jadi kesal, bahkan meski So Joon emosi seharusnya tetap menjaga ucapannya, ia sungguh tidak bisa menerimanya.


"Si kunyuk Deobbang itu. Ekspresinya tampak seperti ini (menunjuk ikan teri yang dipegangnya), seolah dia sudah melewati banyak hal. Dia bertingkah seolah menjadi penanggung jawab atas segala permasalahan dunia. Ekspresinya sesuram ini. Pikirmu, hanya kau yang marah?" Ma Rin menggigit kepala ikan sampai putus tapi menyatukannya lagi.

So Ri menasehati, pokoknya Ma Rin  harus tetap kuat. Sekarang Ma Rin sudah minggat dari rumah, jadi pertarungan ini tidak bisa dibatalkan. Kalau Ma Rin menyerah duluan, selamanya Ma Rin akan kalah dari So Joon.

"Memang aku gila? Aku Song Ma Rin. Dia pasti kemari. Lalu memohon dengan air mata dan ingus mengalir. Aku tidak akan bergerak sebelum dia duluan."

"Oke. Tunjukkan padanya, seberapa tangguhnya kau sebagai wanita."

"Terima kasih, teman. Kau sumber kekuatan terbesarku. Terima kasih."


Ma Rin mematikan ponsel sebelum tidur, ia berniat membuat So Joon menderita (karena tidak bisa menghubunginya). Besok, So Joon pasti akan menyadari perbuatannya.


Ia mulai tidur tapi sangat susah terlelap karena posisinya tidak nyaman. Lalu tiba-tiba kaki So Ri menindih tubuhnya. Ma Rin terbangun lagi untuk memindahkan kaki So Ri.

Ma Rin kembali berusaha tidur, tapi So Ri tiba-tiba menendangnya sampai ia terjatuh. Kali ini Ma Rin menangis.


Gun Sook masih belajar bahasa Vietnam. Ia frustasi sekali, inikali pertamanya tidak ketiduran meski membaca buku.


Ia tidak tahan lagi, lalu memanggil Young Jin untuk bicara. Ia tidak mau ke Vietnam. Jadi, kalau Young Ji bersikukuh pergi, ceraikan dan tinggalkan dirinya

"Gun Sook, ini kesempatan kita, untuk mendapatkan banyak uang dan hidup layak tanpa perlu bekerja lagi. Kau pikir kalau kita tetap di sini selama beberapa tahun, kita bisa dapat sesuatu? Tanpa tahu apa pun, kau meminta cerai? Jangan katakan lagi!"

"Aku... tidak peduli soal uang. Aku tidak ingin pergi ke tempat dimana aku tidak mengenal siapa pun."

"Tidur sana."

"Kenapa kau mengabaikan ucapanku? Kau sungguh keterlaluan."


Doo Sik ternyata merekam percakapannya dan Young Jin masalah Kota Jogno. Doo Sik lalu melihat kalender yang ia lingkari, sebenarnya ada tulisannya tapi tidak ada translate-nya.


So Joon bangun pagi seperti biasa, hanya bedanya tanpa Ma Rin.


Di rumah So Ri, Ma Rin juga audah bangun, ia lemas karena tidak ada telfon maupun SMS dari So Joon sejak semalam. So Ri menangkan, berhentilah tidak sabaran, ini toh masih sangat pagi.

"Benar. Pasti tidak enak kalau telepon pagi-pagi untuk minta maaf."

"Makanlah. Dari penampilanmu saja, kelihatannya seharian ini kau akan menggila."

"Aku tidak bisa makan."

Ma Rin bangun dari posisinya tiduran. Ia merasakan sakit dibahunya. Ia mengadu kalau So Ri menendangnya semalam.


Ma Rin datang ke kantor untuk memakai meja bersama. Manager Chae heran, apa Ma Rin kesulitan bekerja di rumah. Ma Rin menjawab tidak punya rumah.

"Apa?" Manager Chae terkejut.

"Ada banyak yang harus kurevisi. Sementara waktu, aku akan terus ke kantor."

"Tidak masalah, tapi kau kelihatan kurang baik."

"Suasana hatiku tidak baik."

"Oh tidak."

Ma Rin mengeluarkan ponselnya lalu ia menatap Manager Chae sangar. Manager Chae mengerti arti tatapan itu, ia pun meninggalkan MaRin.


So Joon masih belum menelfon juga. Ma Rin tahu kalau So Joon menahan diri dengan segenap kekuatannya, tapi lihat saja siapa yang menang nantinya. Ma Rin meletakkan ponselnya dan menulis di forum.

Kemarin, aku bertengkar dengan suamiku dan minggat. Aku yakin dia tidak sengaja ketika mengatakan ingin memikirkan ulang hubungan kami. Aku menginap di rumah temanku. Dia belum menghubungiku lagi. Ibu-ibu, apa yang sebaiknya kulakukan? Apa sebaiknya tetap menahan diri? Aku jadi semakin takut. Sebagai tambahan, kami sebenarnya pengantin baru yang manis.


Beberapa saat kemudian, muncullah beberapa balasan.

"Heol~ jika pengantin baru sampai begitu, kelihatannya pernikahamu sudah berakhir."
"Kelihatannya, kau perlu menyiapkan surat cerai. Tampaknya, dia tidak mencintaimu lagi."
"Kau yang kalah saat kau minggat dari rumah. Mestinya kau tetap tinggal."
"Hidupmu seperti hidup Bap Soon."

Komentar itu mengejutkan Ma Rin sampai ia teruss membacanya beberapa kali.


Se Young mendadak muncul di belakang Ma Rin, mengintip laptop Ma Rin. Ma Rin terkejut dan cepat-cepat menutup laptopnya.

"Kau ke kantor untuk memakai sambungan internet ya?" Canda Se Young.

Se Young mengajak Ma Rin bicara sebentar.


Se Young memberitahu Ma Rin kalau So Joon adalah Presdir Kehormatan di Happiness. Setelah pembangunan kantor utama, So Joon langsung menjaga jarak. Direksi tidak satupun yang pernah bertemu So Joon. Ma Rin mengangguk-angguk mengerti.

Tiba ke masalah inti, mereka perlu memilih Presdir baru menggantikan ayah Se Young. Dan mereka membutuhkan persetujuan So Joon. Mereka tidak bisa menggelar perhitungan suara tanpa kehadiran So Joon.

"Jadi, kau ingin aku membujuk dia?" kesimpulan Ma Rin.

"Ya, tolong bicara padanya."

"Tentu saja. Jika seperti ini situasinya, aku harus bicara padanya."


Ma Rin senang karena ia mendapat alasan untuk menelfon So Joon duluan. Maka ia pun tidak berlama-lama dan langsung menelfon So Joon.


Sayangnya So Joon saat itu sedang ada tamu dan ia mengabaikan telfon Ma Rin. Tamu So Joon adalah seorang pengacara, Pengacara Song. So Joon ingin mengatur aset-asetnya, ia ingin sebagian dialihkan pada Song Ma Rin dan ia meminta Pengacara Song untuk mengurusnya.

"Apa? Sebagian? Eii... Anda bisa menyesal nanti."

"Aku ingin secepatnya diurus. Paling lambat akhir bulan ini."

"Anda sungguh-sungguh?"

Dan So Joon mengangguk pasti.


So Joon masuk ruangan saat Ki Doong bicara di telfon soal penawaran kencan buta. Ki Doong awalnya menolak tapi lama-lama penasaran juga, sampai menanyakan  berapa usianya.

So Joon menyambar ponsel Ki Doong, "Hei, atur saja kencannya. Ki Doong sudah terpesona olehnya." Setelah mengatakannya, So Joon menutup telfonnya.


Ki Doong kesal, ia tidak bisa kencan sekarang ini. So Joon merasa Ki Doong bohong, ia tahu Ki Doong senang.

"Kau membuatku dalam masalah. Kalau kau bermaksud begini, sekalian saja pergi ke masa depan dan lihat kisah cintaku."

"Aku tidak mau ikut campur masa depanmu."

"Tidak ada gadis yang menarik buatku... Setidaknya bukan gadis yang asing."

"Kalau aku pergi dan hasilnya tidak baik, kau akan berhenti menatapnya?"

"Entahlah. Aku harus bagaimana?"


So Joon balik bertanya, bagaimana kalau gadis yang Ki Doong sukai menderita karena Ki Doong, apa Ki Doong akan tetap mengencani dia meski mengetahuinya. Ki Doong berubah serius, kenapa So Joon bersikap begitu, apa So Joon mengetahui sesuatu tentang kehidupan cintanya?

"Tidak. Jangan tanya apa pun sebelum kau bisa menjawabnya."


Ma Rin mengirim pesan, "Kau harus hadir dalam pemilihan Presdir baru Happiness. Terlalu panjang kalau diskusi lewat SMS Telepon aku kalau kau luang."


So Joon membalas, "Oke. Aku akan menelepon Se Young."

Ma Rin kecewa karena ia sudah menunggu dengan sangat antusiasm tapi ternyata cuma begutu saja balasan So Joon.


Sek. Hwang tetap berdiri padahal sudah mendapatkan tandatangan Young Jin untuk berkas yang dibawanya. Young Jin heran, apa ada yang ingin Sek. Hwang katakan.

"Saya dengar Anda juga berinvestasi di Jangho, Direktur. Saya mendengarnya, jadi saya penasaran. Bagaimana bisa terjadi?"

"Aku bekerja sama dengan beberapa kenalan dan keluarga. Kami akhirnya dapat cukup modal. Darimana kau dengar soal itu? Siapa yang mengatakannya?"

"Oh, begitu rupanya. Nyonya Kim rupanya tidak tahu betapa berbakatnya Anda."

"Sialan! Apa-apaan sih dia? Wanita aneh. Dia bahkan tidak banyak berinvestasi di sini. Kenapa sih dia? Kenapa dia terus saja usil?" Young Jin refleks menumpahkan amarahnya pada Sek. Hwang, tapi saat sadar ia minta maaf pada Sek. Hwang.


Saat makan, Ma Rin bertanya pada So Ri, apa So Joon tidak punya perasaan lagi padanya, ya. So Ri mengingatkan kalau Ma Rin baru sehari minggatnya. Ma Rin sudah memikirkannya kembali dan ia tidak yakin melakukan hal yang benar, sepertinya aku memang ikut campur terlalu jauh.

Ma Rin menanyakan pendapat So Ri, anggaplah Spiderman punya kekasih. Kekasihnya berkata ingin putus kalau Spiderman terus saja menembakkan jaring. Apa yang akan terjadi pada mereka?

"Tentu langsung putus. Memang apa hebatnya gadis itu?
Hei! Dia itu Spiderman."

"Iya, ya? Kurasa aku memang kelewatan. Aku melarangnya naik subway."

"Subway?"


Ma Rin mengeluh, bagaimana kalau So Joon benar-benar tidak meneleponnya. So Ri kesal, kalau Ma Rin begini terus, sebaiknya kembali pada So Joon saja.

"Kau bahkan tidak tahan. Kenapa minggat segala?!"

"Kenapa kau meneriakiku saat makan, sih? Sekedar makan saja sulit buatku."

"Nasi ini rasanya kacau."

"Kenapa kau memasaknya asin sekali? Itu sebabnya kau dibuang."

"Dibuang? Kau juga jangan menjahatiku. Deobbang menikmati masakanku. Dia makan tanpa protes."


So Joon main-main dengan Guk-Guk. Ia melihat cincin kawinnya lalu melepasnya.


Ma Rin pulang dengan membawa kunci gerbang, ia ragu mau masuk atau tidak, So Joon di rumah atau tidak.


Guk-Guk menabrak kaki So Joon hingga So Joon menjatuhkan cincinnya, Guk-Guk bergerak cepat langsung memakan cincin So Joon. So Joon panik, ia mengangkat Guk-Guk dan mengguncang-guncannya agar Guk-Guk memuntahkan cincinnya.


Ponsel So Joon berbunyi, ia pun menurunkan Guk-Guk. Ia mengangkat telfonnya dan berubah serius, "Aku di rumah. Sekarang? Mau bertemu dimana?" Kata So Joon sambil berjalan masuk.


Ma Rin memutuskan untuk masuk tepat saat So Joon. So Joon agak canggung berkata, "kau pulang?"


Ma Rin mengelaknya, ia datang untuk mengambil paket. So Joon menjawab tidak dapat paket apapun. Ma Rin menjelaskan kalau paketnya dari luar negeri dan sudah lama ia tunggu. Iadapat SMS hari ini sampai, jadi ia akan menunggu.

"Oke, tunggulah sebelum pergi. Aku mau keluar."

"Kau mau pergi? Tidak ingin berkata apa pun padaku?"

"Aku harus pergi ke suatu tempat. Sampai jumpa nanti."


Ma Rin menyadari kalau So Joon tidak memakai cincin kawin mereka. Sampai di luar So Joon berbalik menatap gerbang, tapi sepertinya janjinya lebih penting karena ia tetap masuk mobil.


So Joon ternyata mau bertemu Doo Sik. Dalam perjalanan ia menelfon, menanyakan bagaimana Doo Sik bisa mengenal Young Jin.


Doo Sok menyuruh So Joon melaporkan Young Jin ke polisi karena Young Jin akan menusuknya dari belakang, lebih tepatnya Young Jin sudah mengkhianatinya.

"Apa maksudnya?"

"Tadinya kupikir akan rumit kalau aku ikut terlibat. Aku tidak ingin mengatakannya. Tapi, aku tidak bisa membiarkan saja dia."

Doo Dik memutar rekaman Young Jin. So Joon menanyakan apa maksud rekaman itu. Doo Sik menjelaskan kalau Young Jin bergerak dibelakang So Joon untuk mengumpulkan investor dan membeli Jangho. So Joon mengira itu hanya rumor, tapi kenapa Doo Sik memilikinya?


So Joon pergi dengan kesal, Doo Sik mengejarnya dan memintanya untuk mendengarkan dulu penjelasannya. So Joon mengingatkan kalau Doo Sik berusaha menjebak Young Jin. Doo Sik mengakui itu tapi Young Jin memang berniat mengambil uang perusahaanmu, lebih tepatnya hendak melakukan yang lebih buruk. Jadi, ia hanya...

"Hal buruk seperti apa?!"

"Dia ingin menghancurkan perusahaanmu. Dia sangat kejam."

"Kalau begitu mestinya beritahu aku dulu."

"Awalnya, aku berusaha agar dia menjauh darimu. Aku mengusahakan dia memiliki perusahaan sendiri, itu sebabnya aku berinvestasi. Tapi, akhirnya dia mengkhianatiku. Aku sudah memberinya kesempatan. Lalu aku harus bagaimana? Dia menjalani takdir aslinya. Aku harus bagaimana lagi? Saat itu hal buruk belum terjadi. Kau bisa apa? Saat dia belum melakukan apa pun. Kau mau memenjarakan atau memecat dia?"

"Setidaknya, kalau tahu, aku bisa waspada."

"Hei, bayangkan kau bersikap waspada terhadap Kim Yong Jin. Dia bisa kesal dan melakukan kesalahan lain."

"Lalu menurutmu benar menjebak Direktur Kim?"

"Apa? Hentikan omong kosong soal takdir yang digariskan. Sekarang apa? Realita masa kini terjadi akibat perangkapmu!"


Doo Sik kesal, jadi maksud So Joon realita ini gara-gara dirinya. So Joon bertanya, meski rencana yang Doo Sik susun tidak berhasil, apa ada jaminan Young Jin akan melakukan sesuai takdirnya? Ada hukum yang mengharuskan seseorang menjalani takdirnya?

"Berhenti bicara bodoh!" Doo Sik hampir putus asa menasehati So Joon. Ia lalu mengambil tangan So Joon untuk memberinya rekaman itu, pokoknya penjarakan saja Young Jin sebelum melakukan yang lebih buruk. Tuntut soal penggelapan atau apalah, 9 milyar won yang tidak ia beri pada Young Jin pasti diambil dari uang perusahaan. Ia yakin So Joon bisa memeriksanya lebih cepat daripada aku.

"Sekarang aku yang akan mengurusnya. Menyingkirlah, Ahjussi."

"Bagaimana kau akan mengurusnya? Kau harus menyingkirkan dia."


So Joon menuju kantor langsung ke ruangan Young Jin. Ia meminta Young Jin mengikutinya. Young Jin bilang akan ada meeting tapi So Joon tidak peduli.

So Joon mengajak Young Jin ke ruang rapat tapi ia hanya diam saja dan hanya menatap Yong Jin. Young Jin akan pamit kalau begini terus karena ia ada meeting. So Joon memintanya menunggu.


So Joon menelfon Ki Doong, menyuruhnya menghubungi tim audit internal untuk menyita dan menginvestigasi segala sesuatu di ruangan Young Jin karena ia dapat info soal penggelapan dana.


Young Jin pura-pura tidak mengerti apa maksud So Joon dengan penggelapan dana itu. So Joon menegaskan kalau proyek Jangho tidak akan berhasil, tapi Young Jin seyakin itu soal proyek tersebut?

"Biar kupersingkat. Soal isu Jangho, perusahaan tidak akan menuntutmu. Namun, kau harus segera meninggalkan perusahaan."

"Baiklah. Baik. Saya paham maksud Anda, saya akan melakukannya."

"Aku hanya memaafkanmu soal ini. Jika aku menemukan masalah atau penggelapan lain, kau harus bersiap atas gugatan hukum. Atau langsung saja serahkan dirimu."

"Memang ada yang lain lagi?"

"Kita akan segera tahu. Namun, tetap kau sudah bekerja keras sejak awal perusahaan berdiri. Kuharap, kita tidak pernah bertemu lagi."

"Presdir. Kenapa Anda menutupi soal Jangho ini? Hubungan kita bahkan tidak baik."

"Aku ingin memberimu kesempatan. Jangan menyiakan kesempatan ini begitu saja. Mungkin, ini yang terakhir."

 
Setelah So Joon keluar, Young Jin membatin, "Aku bahkan tidak bisa membunuh bocah itu."


Tim audit internal begerak cepat dengan langsung membawa barang-barang di ruangan Young Jin. Ki Doong mengawasi mereka juga yang menertibkan karyawan lain.


Di luar, Sek. Hwang panik, ia yakin keadaannya sungguh kacay sekarang, ini masalah sangat besar. Ki Doong mendesaknya untuk mengatakan apa yang terjadi. Sek. Hwang bersikukuh kalau ia tidak tahu apa-apa.

Direktur Wang tiba-tiba muncul di balik tembok mengagetkan, Kota Jangho, 'kan? tanyanya. Sek. Hwang tetap bersikukuh tidak tahu apa-apa padahal dua orang mendesaknya.


Young Jin tidak cemas, karena tidak ada apa-apa di ruangannya. Tapi sepertinya ia tidak bisa menunggu saja di sana, ia harus mengambil semua barangnya dan pergi.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search