-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 12 Part 2

- Maret 12, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 12 Part 2


Ma Rin menunggu sambil lihat-lihat ponsel. Ada yang membunyikan bel pintu tapi hanya pengantar paket. Ma Rin menerima paketnya dengan sedih.


Ia pun pergi lagi, bersamaan saat So Joon pulang. So Joon menyuruhnya tetap di rumah, ia akan ke tempat Ki Doong. Ma Rin kesal, Pergi jam segini?



Ma Rin menyinggung soal So Joon yang tidak memakai cincin. So Joon akan menjelaskan tapi Ma Rin buru-buru menyela, So Joon bahkan sudah tidak masalah melepas cincin sekarang.

"Jangan menyimpulkan. Aku bahkan belum selesai menjelaskan."

"Bisa-bisanya kau tidak meneleponku sama sekali? Kenapa kau melakukan ini padaku? Kau sungguh mengira aku datang mengambil paket?"

"Kalau kau marah, maka lampiaskan saja. Kau marah lalu menunggu juga sendiri. Kemudian merasa terluka. Bagaimana bisa kau tidak memberiku kesempatan berpikir?"

"Apa yang kau pikirkan? Apa yang kau pikirkan sendirian?"

So Joon mengingatkan, baru juga dua hari, bagaimana bisa dua hari saja Ma Rin tidak sabar. Ma Rin merasa dua hari seperti 20 tahun. Ma Rin tidak mengerti kenapa So Joon baik-baik saja dan kenapa terus terang sekali, 2 hari terasa 20 tahun buatnya tapi kenapa So Joon hanya menganggapnya 2 hari?


"Itu sebabnya aku merasa terbebani olehmu. Hidupmu tergantung padaku? Kau harus jadi keren, kuat dan percaya diri sendiri. Tidak bisakah kau begitu sehingga aku tidak terlalu kuatir? Bagaimana caramu hidup sendirian sebelum kita menikah?"

"Aku tidak ingat. Sebelum aku bertemu denganmu... aku tidak ingat apa pun. Apa aku sungguh tampak menyedihkan di matamu? Aku tidak ingin terlihat begitu di depanmu. Ada banyak yang ingin kukatakan, tapi tidak sanggup menatapmu. Kita bicara lain waktu. Aku masih bimbang. Aku pergi sekarang."


So Joon mendesah berkali-kali seperginya Ma Rin. Ma Rin juga berpikir sambil menunggu bis di halte.


So Joon meneldon Doo Sik, ia ingin memberi Young Jin kesempatan. Apa pun takdir aslinya, maupun masa depan Young Jin, ia ingin memberi  dia kesempatan berubah. Doo Sik jelas tidak setuju dengan keputusan So Joon itu, Young Jin sudah melakukan tindak kriminal jadi harus dihukum.

So Joon merasa itu sudah cukup karena Doo Sik juga terlibat masalah ini walaupun ia yakin itu demi dirinya. Ia sedang kebingungan atas apa  yang harus kulakukan dengan Ma Rin. Apa yang harus ia lakukan?


"Dia akan segera ditinggalkan sendirian. Aku takut akan yang mungkin terjadi padaku. Aku ingin panjang umur dan hidup bahagia. Aku akan mencoba seperti itu. Aku akan bertanggung-jawab soal itu. Meski begitu... aku tidak boleh memanfaatkan hidup Ma Rin dan pura-pura tidak memiliki kekuatan apa pun. Mungkin lebih baik dia... memang kutinggalkan. Bertahan dengan kemampuannya. Aku ingin tahu apa aku juga harus membuatnya berhenti mencintaiku.

Ahjussi. Apa yang sebaiknya kulakukan sekarang?" Tanya So Joon sangat sedih.


So Joon membuka paket Ma Rin, ternyata isinyapiyama pasangan.


Ma Rin tidur dengan ponsel didadanya. Bel pintu tiba-tiba berbunyi, Ma Rin cepat-cepat menuju pintu.


Ternyata Gun Sook yang datang tapi dengan memakai piyama. Ma Rin terkejut, ada apa dengan Gun Sook. Gun Sook juga terkejut, kenapa Ma Rin ada di sana. Tapi Gun Sook menunda dulu pertanyaannya, ada taksi di depan, ia meminta Ma Rin membayarnya terlebih dahulu karena ia tidak membawa dompet.


So Ri kesal karena Gun Sook tutup mulut dengan apa yang terjadi. Gun Sook meminta Ma Rin berkata lebih dulu, kenapa ia ada disana. Ma Rin jujur kalau ia dan So Joon bertengkar lalu ia minggat.

"Sungguh? Aku juga. Aku cerita karena kau sudah."

"Memang di sini penampungan isteri yang dibuang?" Gumam So Ri.

"Dibuang?" Ulang Gun Sook dan Ma Rin bersamaan.

"Benar! Tapi... Sekalipun kau bertengkar, kenapa sampai minggat pakai piyama?"

Gun Sook menangis, ia punya alasan sendiri. Sungguh... ia rasa sudah menikahi pria yang salah. Ia bisa gila. Belakangan ini Young Jin bertingkah sangat aneh. Ia tidak tahan lagi.

Kilas Balik...


Gun Sook malam-malam keluar, ia yakin sesuatu pasti terjadi jadi ia berniat menemukan apa itu dengan menggeledah mobil Young Jin. Tapi tidak ada yang penting disana sampai akhirnya ia menemukan pena di bawah jok mobil depan (kursi penumpang).


Young Jin tiba-tiba datang, Gun Sook panik tapi mencoba bersikap senatural mungkin. Gun Sook beralasan tidak bisa tidur jadi hanya berniat bersih-bersih mobil.

"Kau memeriksa barang-barangku?"

"Apa? Tidak, aku tidak memeriksa. Aku ingin membersihkan. Rupanya sudah bersih."

"Apa di tanganmu itu?"

"Apa? Ini pena. Hanya pena."

Gun Sook membaca tulisan di pena itu, "Happiness, Rumah Kasih. Perayaan 30 Tahun". Young Jin tiba-tiba mengamuk kesal karena Gun Sook masuk mobilnya.


Gun Sook takut, ia berlari dari Young Jin yang akan mendekatinya. Kebetulan ada taksi lewat, jadi ia menyetopnya untuk langsung menuju rumah So Ri. Young jin mengejarnya seperti orang gila.

Kilas Balik Selesai...


Gun Sook merasa gemetaran, ia takut sekali. Baru ini ia minggat. Gun Sook menunjukkan pena yang ia temukan.

Ma Rin menganali pena itu berasal dari kantor tempatnya bekerja belakangan ini. Ia juga punya satu, tapi itu dari event peresmian lokasi baru dan tidak banyak yang punya.

"Apa dia selingkuh dengan wanita di yayasan itu?" Gumam Gun Sook tapi ia langsung mengelaknya sendiri.


Gun Sook rasa bukan soal perselingkuhan. Rasanya kelam dan mengerikan, Young Jin sungguh seperti psikopat.

"Jangan-jangan..." Tebak Ma Rin.

"Jangan-jangan apa?"

"Dia punya banyak teman peneliti?"

"Tidak."

"Dia bawa pulang banyak produk baru? Dia sering naik subway?"

"Kau bicara apa, sih?"

"Lupakan saja."

So Ri disini yang paling berpikiran positif, mungkin seseorang tidak sengaja menjatuhkan pena itu di mobil Young Jin, toh hanya pena. Gun Sook juga berpikiran begitu tapi yang tidak ia mengerti kenapa Young Jin berlebihan sekali, seolah Young Jin akan memakannya hidup-hidup.


Ma Rin membantu persiapan rapat direksi. Ia meletakkan pena itu pada setiap meja. Manager Chae datang dengan satu pegawai lainnya. Manager Chae mengatakan kalau ia lebih penasaran dengan Presir Kehormatan yang akan datang hari ini daripada poling pemilihan Presdir.

"Dia datang?" Tanya Ma Rin.

"Kau harus bicara formal padanya. Mungkin dia lebih tua. Kecuali dia ingin membubarkan Happiness, dia pasti datang."


So Joon datang bersama Ki Doong. Sambil jalan menuju kantor, Ki Doong bertanya, siapa yang memberi So Joon informasi tentang Young Jin.

"Kita bicarakan nanti." Jawab So Joon.

Ki Doong mengerti, ia yakin tim audit internal akan bekerja dengan baik.


Setelah sampai di depan pintu masuk, So Joon berhenti. Ki Doong menggodanya, So Joon gugup kan? So Joon mengelaknya dengan keren tapi gelagatnya tidak bisa ditutupi.


Se Young menelfon Ki Doong dan tak lama kemudian ia

keluar. Se Young sempat kuatir So Joon tidak akan datang. Ia yakin semua orang akan terkejut kalau tahu So Joon orangnya. Akan ada tontonan menarik nih!

So Joon tidak menganggapi dan mengajak mereka langsung masuk saja.


So Joon menyapa Ma Rin canggung. Ma Rin menjawab cuek kalau ia bekerja disana. Se Young menyadari hal itu, ia penasaran apa mereka berkencan. Ma Rin mengiyakan tapi So Joon membantahnya.


Manager Chae datang, tanpa tahu apa-apa ia bicara seperti biasa. "Benar-benar, apaan ini? Kau selalu datang ke lokasi konstruksi, sekarang ke tempat kerja juga? Aku tahu kalian berdua pengantin baru, tapi kelihatannya sangat lengket, ya? Aku iri padamu."

Se Young menyentuh lengan Manager Chae supaya diam. Manager Chae menyinggung penampilan So Joon yang tampak keren hari ini.

"Ini Presdir Kehormatan kita." Ujar Se Young sambil menunjuk So Joon.

Manager Chae bertanya, dimana. Se Young dan Ki Doong menunjuk So Joon, sementara SO Joon menunjukkan senyum manisnya tapi Manager Chae malah menganggapnya lelucon.

"Itu benar." Tegas Ki Doong.

"Serius, dong!" Kata Manager Chae sambil ketawa.


So Joon bertanya pada Ma Rin dimana ia harus duduk. Ma Rin menjawab singkat tanpa memandang So Joon,  center, di tengah, pusatnya. Setelah itu Ma Rin pergi, So Joon mengucapkan sampai jumpa nanti.

Manager Chae berubah tegang, Ki Doong menegaskan lagi kalau memang So Joon orangnya.


Semua anggota direksi terkejut mengetahui So Joon orangnya, mereka semua tidak ada yang mengira kalau Presdir Kehormatan itu ternyata masih muda.

"Saya terlalu lama menyembunyikan diri, 'kan? Saya memulai yayasan ini karena memercayai Direktur

Shin Sung Kyu. Beliau sudah bekerja sangat baik tanpa saya perlu terlibat. Saya hanya menjadi donatur. Namun, saya tidak tahu banyak soal prosedur lain. Sekarang situasi tidak terduga terjadi, sehingga saya perlu muncul. Saya sungguh tidak tahu apa pun soal industri ini. Saya akan memercayai opini direksi sekalian. Mari kita mulai rapatnya." Pidato So Joon membuka rapat.


Se Young menyendiri di mejanya, ia menangis. Ki Doong mendekati, Ki Doong selama inipura-pura tidak tahu karena Se Young bersikap tangguh. Ia tahu sulit sekali, 'kan?

"Ayah... akan senang melihat So Joon datang. Semasa hidup Ayah menyuruhnya datang, tapi dia tidak

mau. Si br*ngs*k itu."


Ki Doong berlutut di depan Se Young, Tuan Shin pasti lebih senang melihat Se Young berada di sini. Se Young kembali menangis, ia merebahan dirinya ke pelukan Ki Doong.

"Aku sangat merindukan dia."


Se Young, So Joon dan Ki Doong keluar bersama. Se Young mengucapkan terimakasih atas kehadiran So Joon, tapi wajah So Joon murung. Se Young beertanya, apa direksi membuat So Joon kesulitan.

"Kenapa juga? Mereka baik kok padaku. Ma Rin kemana?"

"Dia tidak di kantor. Telepon saja."

Se Young mengajak mereka makan bersama. So Joon menolaknya, hari ini lebih baik mereka berdua saja. Ki Doong membenarkan, kenapa Se Young tidak peka, sih? So Joon dan Ma Rin sedang bertengkar, jadi mereka harus memberi mereka waktu menyelesaikannya.


"Kau dan aku pergi kencan." Lanjut Ki Doong.

Se Young terkejut. Ki Doong tidak memberikan waktu untuk itu, ia langsung merangkul Se Young dan membawanya pergi.


So Joon menelfon Ma Rin tapi tidak diangkat. Ternyata ponselnya Ma Rin di meja sementara Ma Rin di atap. Keasyikan berpikir di atap, Ma Rin tidak menyadari seseorang mengunci pintunya.


Hari sudah gelap. So Joon masih menunggu di depan sampai Manager Chae dan kawan-kawan keluar. So Joon bertanya, apa Ma Rin masih di dalam. Manager Chae mengatakan tidak ada lagi orang di dalam, ia akan kembali masuk untuk memastikan tapi So Joon melarang,  So Joon sendiri yang akan memeriksanya.


Ma Rin menggedor pintu mencari bantuan ditambah ia mulai kedinginan.


So Joon masuk sambil menelfon dan ia menemukan ponsel serta tas ma Rin ada di mejanya. So Joon pun memeriksa seluruh ruangan untuk mencari Ma Rin.


Ma Rin sangat kedinginan, lalu ia melihat kardus, ia pun masuk ke dalam untuk menghangatkan diri.

"Aku akan baik-baik saja. Malam akan berlalu. Lagi pula, tidak sedang musim dingin. "Sekalipun kau tertangkap Singa, hanya perlu menjaga kesadaran". Cuacanya terlalu dingin. Pepatah itu tidak berguna. Kenapa aku terjebak di sini, sih? Tempat So Ri jauh lebih baik dari sini."

Terdengar suara So Joon memanggil-manggil. Ma Rin langsung menyahut dan mendekati pintu. Ma Rin lega mendengar suara So Joon, ia terselamatkan.


So Joon heran, ngapain Ma Rin disana. Ma Rin awalnya hanya ingin mencari udara segar tapi terkunci.

"Kenapa kau di situ sampai saatnya pintu dikunci, sih?"

"Buka saja pintunya. Aku kedinginan."

So Joon mengerti, ia lalu menefon tukang untuk membukakan pintu.

"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa? Kalau kau pergi, kau bukan manusia! Si br*ngs*k itu pasti sudah pergi."

Ma Rin tidak tahu So Joon masih disana. So Joon pun menjawab, "Si br*ngs*k itu masih di sini! Tunggu sebentar. Aku sudah menelepon orang."

"Aku hampir mati kedinginan."


So Joon menyuruh Ma Rin melakukan lompat di tempat, ia bahkan sampai mempraktekkannya. So Joon kelihatan sangat khawatir dan Ma Rin menyadari hal itu.


Ma Rin bertanya, apa yang So Joon lihat di masa depan, So Joon terdiam mendengarkan. Ma Rin naik ke atap dan terus memikirkannya lagi dan lagi sampai tidak dengar suara pintu terkunci. Ia memikirkannya terlalu keras, ia ingin tahu kenapa So Joon seperti ini padanya.

"Tidak masuk akal tiba-tiba kau begini. Aku sangat memercayaimu. Dan bagaimanapun kupikirkan, hanya ada satu kesimpulan. Kau naik subway itu dan melihat sesuatu yang buruk, 'kan?" Lanjut Ma Rin.

So Joon membenarkannya.

Ma Rin menegaskan kalau ia tidak ingin tahu soal itu, ia tidak ingin dengar masalah apa itu. Apa So Joon tahu yang ia pikirkan sebelum tidur kemarin? Ia berharap esok tidak akan datang. Jika jadinya sesulit ini... ia berharap esok tidak pernah datang. Ia tidak bisa mengatasi ketakutannya atas hari esok. Masih untung ia bisa bernafas sekarang. Tapi So Joon pasti merasa lega sekarang. So Joon bahkan bisa mengatasi kegelisahan akan masa depan.


"Keadaan bisa menjadi sulit buatmu di masa depan
gara-gara aku."

"Kubilang aku tidak mau tahu!"

"Aku bertemu kau di masa depan."

"Aku?"

"Di masa depan... kau menyuruhku kembali untuk mengakhiri hubungan kita."

"Apa itu sebabnya kau jadi dingin padaku?"


Petugas datang dan berhasil membuka pintu. So Joon langsung mencopot jasnya untuk Ma Rin tapi Ma Rin menolaknya, ia baik-baik saja. Ma Rin berkata kalau So Joon bertemu wanita lain.


Ma Rin menyentuhkan tangan So Joon ke pipimu. Dirinya yang sebenarnya adalah yang berdiri di depan So Joon saat ini dan So Joon bisa meraih juga menyentuhnya. Ia yang menatap mata So Joon saat ini. So Joon menarik tangannya.

"Aku di masa depan? Si jalang itu bicara omong kosong di dunia lain? Dia bukan aku."

"Kau tidak takut? Nantinya keadaan jadi sangat sulit, kau pasti menyesal."

"Aku yakin lebih sulit mendapati sikapmu seperti ini. Kau seperti ini, hal yang paling kutakuti. Kita selesaikan. Pilihlah sekarang. Aku atau dia? Dia atau aku?"

"Bukan seperti itu."

"Aku tidak mau dengar! Aku tidak suka kau menemui dua wanita. Dia atau aku?"

"Aku juga tidak tahu. Apa masa kini atau masa depan yang terpenting?"

"Kau masih perlu berpikir? Pikirkan! Kau kunyuk tukang selingkuh!"

Ma Rin pergi duluan meninggalkan So Joon.


Ma Rin menelfon ibunya. Ia bahkan sampai menangis.


Ibu kesal bukan main. Ia bahkan memanggil So Joon "putraku" dan menyayanginya, tapi apa balasannya. Akan ia tarik keluar ususnya lalu ia sebar di sekujur tubuhnya!


Ibu menelfon So Joon sambil marah-marah, ia menyuruh So Joon ke rumahnya sekarang!


So Joon pun datang. Ibu langsung menginterogasinya, apa ia selingkuh? So Joon melotot terkejut. Ibu mendengar kalau So Joon menemui wanita lain, ia tahu semuanya.

"Siapa yang bilang? Ma Rin?"

"Memang itu penting?"

"Eommoni, bukan seperti itu."

"Kau kira tidak masalah karena perzinahan sekarang

tidak ilegal?"

"Perzinahan apa, Eommoni? Ma Rin salah memberikan informasi."


Ibu tiba-tiba duduk di jalan, ia tidak akan kemana-mana sampai So Joon bicara jujur. Begitulah harusnya seorang Ibu, ia bukan orang sembarangan. Beraninya So Joon membuat puterinya menangis begitu?

So Joon bingung, ia terus menjelaskan kalau tidak perselingkuhan. Ibu tidak percaya, ia sampai memukuli So Joon. So Joon kuwalahan menenangkan ibu,


"Aku tidak selingkuh, Eommoni. Itu cerita dari satu pihak saja. Tenanglah. Sepertinya Ma Rin sengaja agar aku dimarahi. Aku sungguh tidak melakukan apa pun. Kita bisa membawa Ma Rin dan bicara bertiga."

"Kalau begitu, katakan yang sebenarnya."

"Eommoni, aku hanya punya Ma Rin. Aku sangat menyukai Ma Rin. Aku tidak bisa hidup tanpa Ma Rin."

"Lalu kenapa dia bicara seperti itu? Dia salah paham?"

"Ma Rin dimana sekarang?"


Sementara itu, Ma Rin duduk manis di rumah. Ia meyakinkan dirinya kalau pukulan diperlukan saat pikiran terlalu penuh. Bagaimanapun juga, So Joon pasti habis sekarang! Begitulah Ibunya.


So Joon pulang, ia kesal pada Ma Rin, apa Ma Rin tahu berapa kali ia dipukul. Ma Rin tidak merasa salah, ia mengatakan yang sebenarnya kok. Saat meninggalkan rumah kemarin, ia menyadari sesuatu. Tidak enak kabur dari rumah, bahnya sekarang sakit dan tadi hampir bermalam di atap.

"Dan siapa yang penyelamatmu?" So Joon mengingatkan.

"Bagaimanapun... aku tidak mau meninggalkan rumah ini. Kau boleh pergi kalau tidak suka."

"Maksudmu, tidak masalah aku yang kesulitan?"


Ma Rin menyuruh So Joon memilih, dunia itu atau di sini, masa depan yang tidak bisa So Joon sentuh atau dirinya.

"Dia atau aku?"


Tentu saja So Joon memilih Ma Rin. Ia pun mencium Ma Rin meluapkan rindunya.
>

1 komentar:

avatar

Jadi baper hiks hiks


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search