-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 11 Part 2

- Maret 11, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 11 Part 2


Gun Sook kesal karena segala sesuatu menjadi rumit. Saat ia bertemu Ma Rin, kalimat pertama yang ia ucapkan adalah bahasa Vietnam yang barusan ia pelajari. Ma Rin jelas tidak mengerti Gun Sook bicara apa.

"Bahasa Vietnam. Aku sedang belajar bahasa Vietnam. Tebak alasannya!"

"Mau pergi liburan? Minta bertemu aku untuk pamer kau akan liburan?"

"Liburan, ya benar." Jawab Gun Sook dengan nada kesal.

Sebelum Gun Sook bercerita, ia meminta Ma Rin berjanji terlebih dahulu untuk merahasiakan dari So Joon. Ia mengatakan pada Ma Rin karena memercayai Ma Rin sebagai teman. Ma Rin pensaran, apa sih?

"Sekarang kau janji tapi nanti... "Sayang, sebenarnya Gun Sook bilang..." Kau akan begitu, 'kan?"

"Jangan bilang kalau memang tidak memercayaiku. Aku sudah punya cukup banyak rahasia sampai kepalaku rasanya hampir meledak. Aku bahkan tidak penasaran soal rahasiamu."



Gun Sook mengaku akan emigrasi ke Vietnam, ia bahkan tidak suka mi Vietnam. Ma Rin terkejut, kenapa mendadak. Gun Sook juga tidak tahu alasannya, Young Jin berkeras meski ia menolak.

"Song Ma Rin. Aku membuang semua harga diriku dan meminta satu hal padamu, oke? Minta suamimu untuk memperlakukan suamiku dengan lebih baik. Minta padanya, oke?"

"Kenapa mendadak kau seperti ini? Aneh melihatmu begini."

"Hei. Kau mau melakukannya atau tidak?"

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu di kantor?"

"Aku tidak tahu. Kalau keadaan di Korea baik-baik saja, buat apa dia mau pergi? Kau tahu suami kita tidak terlalu akur, 'kan? Presdirnya tidak suka pada dia, bagaimana bisa Young Jin-ku baik-baik saja?"

"Itu tidak benar. Dia bilang padaku kalau Direktur Kim bekerja sangat keras dan banyak hal positif lainnya."

"Sungguh?"

"Ya. Tapi, selesaikan saja masalahmu sendiri. Young Jin membuat keputusan emigrasi atas keinginan sendiri. Utarakan keinginanmu juga padanya."

"Ya. Kau tetap harus bicara pada suamimu, demi aku. Benar-benar sulit untukku bicara seperti ini. Oh, tapi jangan singgung soal Vietnam. Aku tidak diijinkan olehnya mengatakan pada siapa pun
kalau dia akan keluar dari perusahaan."

"Baiklah. Seberapa buruk situasimu sampai mendatangiku begini?"

"Young Jin sangat baik padaku. Ini bukan akibat ada masalah dalam hubungan kami."

"Ya, aku tahu. Dia selalu memikirkanmu. Tapi, Vietnam tidak terlalu menyenangkan."

"Itulah maksudku."


So Joon sudah tidak tahan lagi duduk di mejanya. Ia menyambar mantelnya hendak pergi. Ki Doong langsung bertanya, hendak kemana. So Joon heran, kenapa Ki Doong juga ikutan siaga akan dirinya.

"Yeojachigu-ku menyuruh untuk memastikan kau bekerja."

"Siapa yeojachingu-mu?"

"Ma Rin-Ssi."

"Auh, sialan."

Ki Doong menyampaikan permintaan Ma Rin, "Tolong jaga So Joon-ku" disertai 10 emotikon kuatir. So Joon jujur tidak suka dengan hal itu. Ki Doong dan Ma Rin harus tahu batasnya.


Ki Doong serius, ia menanyakan tujuan kepergian So Joon. So Joon tidak bisa diam atas kekacauan ini. Tuan Shin adalah ayah Se Young, ia akan pergi untuk terakhir kalinya dan memastikan, dengan begitu baru ia bisa menata hatinya.

"Bagaimana caramu memastikan?" Tanya Ki Doong.

"Mencaritahu segala sesuatunya. Bukankah kantor polisi selalu pilihan terbaik?"


-- DUA TAHUN KEMUDIAN : MASA DEPAN --

So Joon menemui Deteltif Kim. Awalnya Detektif Kim tidak mengenali So Joon, tapi setelah So Joon menjelaskan mereka pernah bertemu karena kasus Tuan Shin dari Happiness, Detektif Kim langsung ingat.

"Ingin bertemu denganku?" Tanya Detektif Kim heran.

"Ya."

"Tapi aku agak sibuk sekarang."

"Tunggu. Saya hanya ingin menanyakan beberapa hal. Setelah kecelakaan Shin Sung Kyu, adalah sesuatu yang menurutmu mencurigakan?"

"Tapi... bukankah kau Presdir Myreits?"

"Ya, benar."

"Oh! Bukannya kau dilaporkan hilang? Presdir Myreits dilaporkan hilang setelah insiden itu. Bukan begitu? Ya, benar. Detektif Jo yang menangani kasusnya."

"Ah, pasti ada kesalahan. Aku harus kembali bekerja."



Setelah So Joon pergi, Detektif Kim membicarakan soal So Joon dan pertemuan mereka pada Detektif Jo. Detektif Jo heran karena sampai sekarang So Joon masih berstatus orang hilang. Detektif Jo menanyakan pakaian yang So Joon kenakan, apa pakaian musim panas dan apa So Joon bersikap aneh?

"Kelihatan baik-baik saja."

"Dimana kau bertemu dia?"

"Depan kantor."

Detektif Jo langsung berlari ke depan kantor. Tanpa mereka tahu So Joon ternyata mendengar percakapan mereka.

"Aku tidak pergi atas kehendakku. Aku hilang?" Batin So Joon.


Ki Doong dan Direktur Wang keluar kantor bersama. Direktur Wang mengajak Ki Doong minum bersama. Ki Doong menolaknya, ia janji lain kali pasti mau.


Setelah mereka berpisah, So Joon merandkul Ki Doong. Ki DOong menatap So Joon, sesaat ia langsung tahu kalau So Joon dari masa lalu. So Joon mengajak Ki Doong bicara di tempat sepi.


Ki Doong awalnya mengikuti So Joon tapi ia berhenti. Ia tidak tidak tahu kenapa So Joon seperti ini. Ki Doong mengajak So Joon makan saja, mau So Joon dari masa lalu atau apa, ia senang melihat So Joon, jadi makan bersama saja.

"Bagaimana aku bisa hilang? Kau bilang hubunganku dengan Ma Rin tidak berjalan baik. Jadi, kami berpisah dan aku pergi ke luar negeri? Katakan yang sebenarnya, karena aku sudah tahu keadaannya. Kenapa aku jadi orang hilang?"


Ki Doong juga tidak tahu, So Joon pergi ke masa depan dan tidak kembali. So Joon menanyakan alasannya. Ki Doong jelas tidak tahu karena So Joon yang menjalani kehidupannya bukan dirinya.

"Lalu kenapa? Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya padaku? Kenapa kau justru mengatakan kebohongan jahat itu? Kenapa kau melakukannya?"

"Ma Rin yang memintaku berkata begitu."

"Ma Rin?"

"So Joon."

"Kenapa dia begitu?"

"Dia pasti ingin kembali pada masa sebelum menikah denganmu."

"Jangan bohong."

"Hei. Suatu pagi kau menghilang. Tidak peduli bagaimanapun dia berusaha, dia tidak tahu kau masih hidup atau tidak."

"Berhenti berbohong."

"Ma Rin masih belum bisa melupakanmu. Dia tinggal sendirian di rumahmu dan menunggumu. Betapa menyakitkan baginya menantimu sekian lama?"

"Tidak. Aku tidak bisa lagi memercayaimu. Jadi, diamlah."


So Joon berjalan pergi. Ki Doong membentak, itu sesuatu yang semestinya tidak pernah terjadi. Jika mereka tidak pernah bertemu, hal ini tidak akan terjadi. Itu sebabnya ia berbohong pada So Joon.


So Joon tidak menghiraukan hal itu. Ki Doonng menarik lengan So Joon. So Joon membentaknya agar berhenti bicara. Ki Doong meminta So Joon jujur, apa dimasa depannya yang sesungguhnya, So Joon menjadi orang hilang, Tidak, 'kan?

"Aku memikirkannya secara mendalam. Kenapa kau bisa menghilang? Karena kau mengubah masa depanmu. Kau mestinya tidak pernah menikahi Ma Rin. Kau tiba-tiba menikahi dia sehingga masa depanmu berubah total."

"Lalu kenapa? Kau menyuruhku menjalani kehidupan yang sudah digariskan?"

"Demi kebaikanmu... Atau, demi kebaikan Ma Rin... kau harus mengembalikan semua ke semula."


Ki Doong menelfon Ma Rin, ia bercerita barusan ia bertemu So Joon dari dua tahun sebelumnya setelah ayah Se Young meninggal. Tapi So Joon sudah tahu nanti akan menghilang.

"Um, kau tidak mengatakan yang sebenarnya pada dia, 'kan?" Tanya Ma Rin.

"Tidak. Kelihatannya dia tidak tahu apa pun soal Kim Yong Jin. Aku mengatakan padanya seperti yang kau mau. Tapi, kurasa kita harus memberitahu dia soal Kim Yong Jin."

"Tidak. Jika dia tahu segalanya, dia tidak akan bisa menghentikannya. Sedari awal... semestinya dia tidak berjumpa denganku, Harusnya begitu. Jika dia bisa kembali ke masa lalu sekarang dan berpisah dariku... Jika kami berpisah... So Joon tidak perlu mengalami hal-hal buruk seperti ini. Sejak awal, ini semua karena aku."

"Aku tidak yakin kita melakukan hal yang benar. Apakah melakukan ini akan membuat So Joon bertahan hidup? Ini sangat sulit untukku."

Se Young sampai, jadi Ki Doong cepat-cepat menutup telfon.


Se Young datang membawa undangan pernikahan. Ia menyuruh Ki Doong membukanya dan mereka berdua cekikikan. Itu undangan mereka berdua kah?


Ma Rin menangis tapi ia meyakinkan dirinya kalau tindakannya ini sudah benar. Semua demi So Joon agar bisa tetap hidup. Ia harus mengembalikan semua seperti semula.

"Kau melakukan hal yang benar."


So Joon sudah kembali ke masanya. Ia teringat perkataan Ki Doong tadi kalau Ma Rin masih pergi ke Stasiun Namyeong beberapa hari sekali dan menunggunya di sana seharian. Ma Rin berharap ia akan kembali.

"Waktu saat kau menghilang, kebahagiaan yang kau miliki itu tidak akan lebih dari sebulan. Hanya untuk berbahagia sebulan dia harus mengganti dengan rasa sakit selamanya? Kembalilah dan akhiri." Lanjut Ki Doong.

Memikirkannya saja membuat So Joon sedih.


Ma Rin datang dengan mobil. Dengan senyum manisnya, ia menyuruh So Joon masuk ke dalam mobil. Ma Rin seharian berlatih mengemudi di tempat yang tidak ada mobil lain, ia rasa bisa lebih baik sekarang, ia bisa mengubah haluan dengan lancar sekarang. Belok kiri dan kanan, ia berhasil melakukannya tiga kali berturut-turut.

"Aku bisa menjadi pengemudi hebat."

"Butuh berapa lama (untuk itu)?" Tanya So Joon.

"Beri aku 3 bulan."

"3 bulan. Apa tidak terlalu lama?"

"Kalau mau sedikit berusaha, aku bisa mengantarmu ke kantor. Saat kau sakit..."


So Joon mendadak mencium Ma Rin.


So Joon memberi aba-aba pada Ma Rin. Ma Rin ragu dengan arahan So Joon. So Joon menyurhnya menyalakan lampu sign dan mengubah haluan sekarang tapi Ma Rin tidak mau karena dibelakang ada mobil.

"Tidak apa-apa sekarang." Jawab So Joon.

"Bagaimana kalau pengemudi itu tidak memahami pikiranku?"

"Percaya padaku. Percayalah saja padaku."

Ma Rin melakukannya tapi mobil belakang malah melaju kencang dan mengklason. Ma Rin tidak jadi pindah haluan, malah menutup mata. So Joon memarahinya membuatnya kesal, ia tidak mau lagi belajar mengemudi dari So Joon karena So Joon terlalu menekannya.

"Kau akan belok kanan saja terus?"

"Di film "One Fine Spring Day", Lee Young Ae duduk di pangkuan Yoo Ji Tae. Romantis sekali saat pria itu mengajari wanitanya. Tapi realita ini? Tidak romantis sama sekali."

"Hei, itu melanggar hukum! Mana boleh mengemudi di pangkuan seseorang?"

"Lalu bagaimana dengan hukum mencium seseorang di jalan? Tidak baik untuk moral masyarakat."

"Pelajar, nyalakan penandanya! Ubah haluannya."


Ma Rin benar-benar melakukannya dan ia berhasil. Bahagianya itu lho lihat wajah mereka berdua. So Joon bahkan sampai mengelus kepala Ma Rin saking senangnya.

"Apa, sih? Aku merasa seperti anak anjing."

"Kau anak anjing yang mengemudi? Oh, manis sekali.

"Moong Ngeong.. Aku bisa mengemudi. Moong Ngeong.."

"Apaan? Perpaduan anak anjing dengan kucing?"

"Ya, aku perpaduan manusia, anak anjing, dan kucing."

"Apa-apaan itu? Gila."

"Anak anjing, kucing, manusia, isteri dari penjelajah waktu."

"Rasanya aneh. Setiap kali bersamamu, aku hanya bisa menatapmu. Aku tidak bisa memikirkan hal lain."

"Itulah sihir dari perpaduan manusia, anak anjing, dan kucing."


Mobil diberhentikan entah dimana. Ma Rin menyuruh So Joon berbaring. So Joon merasa aneh, ia yang mencium Ma Rin duluan tapi kenapa Ma Rin hari ini agresif sekali?

"Aku mencintaimu."

"Omo..."

"Ayo berbaring di sini."

"Oke. Aku akan berbaring dan menatapmu."

"Bisa kau katakan padaku sekarang?"

"Katakan apa?"

"Bagaimana kau bisa pergi ke dunia lain? Bagaimana cara sampai di sana?"


So Joon menjelaskan, Subway dari Stasiun Namyeong ke Stasiun Seoul. Jadwal kedatangan subwaynya, dalam 1 menit 30 detik. Ma Rin tidak mengerti hal itu. So Joon memperbaiki kalimatnya, saat sampai di lokasi insiden di Stasiun Namyeong, ia sampai di masa depan.

"Kau pergi ke masa depan menggunakan subway?"

"Ya."

"Subway yang digunakan orang berangkat dan pulang kerja?"

"Aku bisa memilih tahun tujuanku berdasarkan suasana hati."

"Aku tidak percaya."

"Awalnya, aku pun merasa seperti itu. Kemudian aku menyadari itu nyata. Rasanya seolah aku menjadi pemilik dunia."


So Joon sangat bergembira saat ia sampai di masa depan. Saat itu, Doo Sik yang membawanya ke sana. Mulai saat itu So Joon mempunyai niatan untuk menjadi kaya.


Mendengar cerita So Joon, Ma Rin merasa tidak adil, ia juga korban soalnya ia juga korban selamat kecelakaan itu, tapi kenapa hanya So Joon yang bisa. So Joon juga tidak tahu sebabnya Kenapa bisa dirinya, ia pun tidak tahu memang ada hubungan dengan selamat
dari kecelakaan itu atau tidak.

"Dengan tiket subway, bisa melakukan perjalanan ke masa depan." Ucap Ma Rin.


"Tapi, Deobbang... Kemampuan mengemudiku akan meningkat setiap harinya. Aku bisa mengemudi untukmu kapanpun kau mau. Bisa tidak kau berhenti menggunakan transportasi umum? Aku lebih senang lagi kalau kau tidak naik subway juga. Belakangan ini terlalu berat untukmu. Tidak peduli bagaimanapun masa depan maupun hari esok berjalan... tidak bisakah kita jalani saja? Kita hidup dan bersenang-senang."

"Kau tidak penasaran? Soal masa depan hubungan kita?"

"Kau tidak berada di sini. Saat kau pergi ke masa depan.. kau tidak berada di sini. Kau pergi ke suatu tempat yang tidak terjangkau olehku, membuatku merasa takut. Aku takut kau akan menghilang dan tidak kembali lagi. Membayangkan kau tidak berada di sini... aku merasa sangat kesepian. Seolah ada badai topan yang menyerang hatiku. Jadi, jangan pergi ke tempat yang tidak terjangkau olehku."

"Aku harus pergi."

"Kenapa? Karena Ayah Se Young?"

"Bukan."

"Lalu kenapa? Menilik tanah?

So Joon tersenyum mengiyakan. Ma Rin cemberut, ia inginnya So Joon berkerja keras di masanya. So Joon tidak mau, ia harus pergi, ia harus pergi agar mereka bisa hidup makmur. Juga, ada banyak hal seru di dunia lain, Ma Rin bahkan tidak akan bisa membayangkannya.

"Harus ya kau melakukan semaumu begitu?" Kesal Ma Rin. So Joon hanya nyengir.



Ma Rin mempraktekkan kata-kata So Joon. Ia naik Subway berkali-kali dengan berbagai gaya tapi tetap tidak menghilang juga sampai ia lelah sendiri. Apalagi orang-orang sekitar melihatnya aneh.


Sampai akhirnya Ma Rin melihat So Joon, lalu ia mengikutinya. So Joon terkejut ada Ma Rin disana. Ia lengsung menarik Ma Rin ke batas gerbong kereta.


So Joon serius bertanya kenapa Ma Rin kesana tapi Ma Rin menjawab kalau ia hanya warga Seoul yang naik subway, ada masalah dengan itu?

"Aku sudah memintamu jangan pergi."

So Joon menutup mulut Ma Rin, ia minta maaf tapi ia akan menghilang, sebentar lagi aku akan menghilang. Ma Rin melepaskan tangan So Joon, pokoknya jangan pergi.

"Aku tidak bisa mengendalikannya."

"Jangan pergi. Kau tidak harus pergi."

"Maafkan aku."


Tepat setelah mengatakan itu, So Joon menghilang di hadapan Ma Rin. Ma Rin menangis, nafasnya ngos-ngosan, ia terkejut.


-- 24 MARET 2019: SEHARI SEBELUM KECELAKAAN --

So Joon menyesal menghilang di hadapan Ma Rin, tapi tidak ada waktu untuk itu. Ia melanjutkan perjalanannya.

"Aku pergi ke hari terakhir dimana aku bisa bebas pulang pergi. Sehari sebelum kematian kami. Aku ingin tahu kehidupan Ma Rin."


So Joon pergi ke rumahnya, ia melihat Ma Rin sekarang sudah bisa mengemudi dengan baik. ia tidak perlu cemas lagi.


So Joon lalu masuk rumah. Semua perabotan rumah dan hiasannya masih sama persis. So Joon menuju kamar, ia menyentuh bantal. Teringat kata Ki Doong, "Ma Rin masih belum bisa melupakanmu. Dia tinggal sendirian di rumahmu dan menunggumu."


So Joon menyalakan Guk Guk.

Di meja ada brosur berjudul PAMERAN FOTO SONG MA RIN. So Joon membacanya.


Dua orang teman Ma Rin keluar dari galeri, mereka merasa kasihan pada Ma Rin karena suaminya tidak datang padahal banyak sekali foto suaminya.

"Apa sebenarnya yang terjadi antara mereka? Bahkan mereka tidak bercerai."

"Benar. Suaminya tiba-tiba saja menghilang. Ma Rin menunggunya. Bukankah sudah dua tahun?"

"Ya."

So Joon mendengar obrolan mereka. Tapi ia tidak masuk ke galeri hanya memperhatikan dari luar.


So Ri mengajak Ma Rin pulang, besok kesana lagi. Ma Rin menatap foto So Joon dengan ekspresi sedih. So Ri memprotes ekspresi Ma Rin itu soalnya hari ini adalah hari baik.

"Mereka bilang, kau sudah berhasil. Pameran foto, pameran foto! Selama ini kau terus membahasnya."

"Kenapa? Aku bahagia, kok."

"Bukankah sudah saatnya kau melupakan dia? Sekarang kau punya galeri foto sendiri. Kau harus menikmati hidupmu sekarang."

"Mana bisa aku melupakan dia? Aku tidak tahu dia masih hidup atau tidak. Aku tidak tahu keberadaannya. ana mungkin bisa melupakan dia? Seandainya kami bersama di hari seperti ini, pasti menyenangkan sekali."

So Ri merangkul Ma Rin. Ma Rin mengajaknya pergi.


Setelah menutup Galeri, Ma Rin berpisah dengan So Ri karena mau pergi ke suatu tempat. So Joon mengikutinya tanpa sepengetahuan Ma Rin.

Ma Rin ternyata pergi ke Stasiun untuk menunggu So Joon persis seperti apa yang dikatakan Ki Doong.

"Kau bahkan tidak tahu yang akan terjadi padamu besok. Kenapa justru di sini?" Batin So Joon.


So Joon mendatangi rumah Doo Sik. Besok adalah hari terakhir, "Apa akan berakhir seperti itu? Dia meninggal dalam keadaan masih menungguku? Aku tarik ucapanku untuk kau tidak ikut campur dalam kehidupanku. Tolong bantu aku. Kau pasti tahu yang akan terjadi besok. Ahjussi!"


Seorang AHjumma datang bersama putrinya, ia menegur So Joon. Ternyata rumah itu adalah rumahnya bukan lagi milik Doo Sik. So Joon minta maaf lalu pergi dari sana.


So Joon kembali dan ia menangis sedih.


Ma Rin ternyata menunggu So Joon di stasiun. Ma Rin heran, setelah menghilang seperti itu kenapa wajah So Joon jadi kusut sekali?

So Joon menanyakan kenapa Ma Rin menunggu, Ma Rin kan tidak tahu kapan ia akan kembali, kenapa bodoh sekali menunggunya?

"Aku menunggu karena mencemaskanmu."

"Jangan menunggu. Saat kau menunggu, membuatku terbebani."

"Hanya itu yang bisa kau katakan padaku?" Ma Rin kesal dan jalan duluan.


So Joon mengikuti Ma Rin tanpa berusaha menghentikannya. Ma Rin lah yang berbalik duluan, ia menangis, So Joon menghilang tepat di depan matanya, bahkan saat ia menggenggam tangan So Joon, tapi So Joon tetap menghilang. So Joon bahkan tidak memikirkan betapa terkejut dan cemasnya dirinya? Jadi mana mungkin ia tidak menunggu? Ia hampir mati karena cemas.

"Tidak peduli kemanapun aku pergi dan selarut apa pun, kau hanya perlu melakukan yang kau mau
dan hidup dengan baik. Kenapa kau harus seperti ini?"

"Aku... belum lama mengetahui kau berbeda dari orang lain. Kau juga baru mengalami masa sulit, jadi aku mencemaskanmu. Aku bahkan tidak punya waktu memikirkan bagaimana seharusnya kita hidup. Kau bahkan tidak peduli betapa membingungkan dan mengejutkan ini untukku? Kau tidak menganggapku ada?"

"Jadi, kau mau aku bagaimana? Apa yang harus kulakukan untuk menyenangkanmu?"

"Aku minta padamu terakhir kalinya. Jangan pergi. Jangan menghilang dari pandanganku. Itu membuatku takut dan kuatir. Aku sangat cemas. Aku tidak memiliki keyakinan menjalani kehidupan seperti itu."


So Joon mengerti, kalau begitu mari lakukan. Ma Rin menanyakan maksud So Joon itu.

"Menikahimu... Kurasa itu adalah kesalahan. Kita... harus mengembalikan seperti semula."
>

3 komentar

avatar

Makin seru.. mkasih recapnya..

avatar

고납습니다 친구 atas sinopsisnya.... Makin seru cerita nya. Ditunggu ep 12 nya... Semangat ya nulis nya...

avatar

Terima kasih sinopsisnya, ditunggu lanjutannya...


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search