-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 10 Part 2

- Maret 06, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 10 Part 2


Se Young membereskan barang-barangnya dari Happiness. Saat ia keluar, Ki Doong tiba-tiba muncul. Seo Young bertanya, apa Ki Doong datang untuk bertemu dengannya. Ki Doong melihat barang yang dibawa Se Young berat dan ia menwarkan diri untuk membawakannya.

"Tidak, tidak usah." Tolak Se Young.

"Kau mau ke mana? Biar kuantar."

"Aku mau pulang. Banyak yang harus kusiapkan."

"Di mana kau parkirkan mobilmu? Biar kuambilkan."

"Kenapa? Aku bilang aku mau pulang sendiri saja."

"Hentikanlah. Apakah aku melakukan sesuatu yang membuatku harus dihukum mati karenanya? Haruskah aku minta maaf atas kejadian malam itu? Aku minta maaf dan aku sudah melupakannya. Sekarang kau puas?"

"Aku merasa canggung dan tak nyaman. Bisa apa aku?"

"Aku tidak akan menjadikan kejadian malam itu sebagai alasan, jadi jangan cemas. Aku hanya.. aku tidak bisa mengantarmu ke bandara besok, makanya aku datang sekarang untuk mengucapkan perpisahan. Jadi, pergi sajalah. Pastikan tidak ada yang tertinggal dan membuatmu harus kembali. Bersenang-senanglah dan hiduplah dengan baik, mengerti? Sepertinya tidak saling bertemu adalah keputusan baik untuk kita."

"Kenapa kau jadi lebai begini?"


Ponsel Se Young berdering dan ia meminta bantuan Ki Doong untuk menjawabkannya karena kedua tangannya memegang kardus. Telfon itu dari Tuan Shin.


Tuan Shin sekarang sedang berjalan menuju perusahaan So Joon, ia harus mengucapkan terima kasih secara langsung padanya. Saat itu, Young Jin melihatnya dan mereka berpapasan. Young Jin juga mendengar kalau Tuan Shin menyebut nama So Joon dengan santai.


So Joon meminta Tuan Shin menganggap saja hadiahnya itu sebagai liburan untuk keluarga, dan jangan lupa untuk beristirahat dengan baik. Mereka semua harus menghabiskan waktu bersama-sama. Tuan Shin mengatakan kalau ibunya Se Young berencana untuk pergi dengan karyawan Happiness yang lain karena merasa akan sulit meninggalkan Se Young di Jepang nanti.

"Se Young sudah 30 tahun sekarang." So Joon mengingatkan.

Tuan Shin berpesan agar So Joon bekerja keras dan punya banyak anak, soalnya ia menyesal kenapa hanya punya 1 anak saja. So Joon tersenyum mengiyakan.


Tuan Shin menatap So Joon lekat-lekat, ia tidak menyangka So Joon sudah tumbuh sedewasa itu, waktu benar-benar sangat menakutkan. Ia kemudian memegang tangan So Joon, mengucapkan terimakasih karena So Joon sudah melakukan semua itu untuknya. Tapi, ia lebih berterima kasih karena So Joon sudah mengurus keluarga besar Happiness dengan baik juga.

"Tidak, akulah yang harusnya berterima kasih pada Ahjussi. Kumohon, berhati-hatilah selama perjalanan."

"Tentu saja."


So Joon mengantar Tuan Shin dan Young Jin menguping mereka. Tuan Shin mengatakan ada sebuah perusahaan bernama Sungjin Produce yang menyewa salah satu gedung milik So Joon. Seorang teman sekelasnya bernama Presdir Choi, bilang kalau dia akan membeli gedung itu.

"Benarkah? Kami tidak menjual gedung, kok." So Joon menanggapinya tidak serius. Sementara itu Young Jin stres mendengarnya.


Tuan Shin pergi dan saat itulah Ki Doong muncul. So Joon menyuruh Ki Doong untuk menyapa Tuan Shin. Ki Doong tidak mau karena ia tidak tahu apa yang harus ia katakan padanya. Ia akan menemuinya setelahsemua masalah ini selesai. So Joon mengeti.

Ki Doong heran, bagaimana cara So Joon mengatasi rasa frustasi selama ini, kalau bukan karena Se Young, ia tidak akan mau melakukannya lagi.

"Tetap saja, ini adalah kesempatan yang tidak akan mudah didapatkan oleh seseorang meski dengan menukar segala yang dia punya. Jangan banyak protes, dan kita lalui saja ini dengan baik." Pesan So Joon.

"Baiklah. Aku hanya perlu melihat lokasi konstruksi, kan?"

"Ya."


Ki Doong datang ke lokasi konstruksi dengan membawa handycam.


Ma Rin siap-siap, ia akan ke bandara. So Joon melarangnya dan menyuruh Ma Rin tetap di rumah saja. Ma Rin memaksa, ia akan menelfon So Joon begitu Tuan Shin terbang. 

"Tidak."

"Itu juga akan membuat perasaanmu jadi lebih baik. Aku akan merasa lebih cemas kalau hanya duduk di rumah saja. Kalau Direktur sudah naik ke pesawat, tidak akan ada yang terjadi. Aku hanya perlu memastikan dia naik ke dalam pesawat, jadi jangan cemas. Aku akan ke bandara, dan segera pulang ke rumah."


Tuan Shin tidak ikut berangkat bersama Se Young ke Bandara, ia akan singgah dan memberikan uang bir pada para karyawan.

"Liburannya 'kan sudah gratis. Kenapa repot-repot memberi mereka uang? Ikut saja denganku. Supaya tidak ribet."

"Pergi saja tanpa Ayah. Ayah akan segera menyusul dan menjadi bodyguard-mu."

"Baiklah."

"Hari ini kau benar-benar seperti bayi. Pergi sana."


Ma Rin sudah sampai di Bandara, Se Young mengatakan kalau ada sesuatu yang harus diurus ayahnya.


Pak Mandor yang menerima uang dari Tuan Shin. Tuan Shin berpesan agar mereka tidak minum terlalu banyak selama perjalanan. Manager Chae merasa akan lebih seru jika Tuan Shin ikut.

"Kenapa lama sekali? Cepatlah ke bandara, Sayang." Suruh Ibunya Se Young.

"Siapa wanita cantik itu?" Dan semuanya ketawa. Tuan Shin lalu menyuruh semuanya segera naik dan cepat berangkat.


Sementara itu, Young Jin mengawasi Tuan Shin dari seberang. Ia mengingat kata-kata Presidr Choi,

"Ada hal aneh yang kudengar dari temanku. Dia berulang kali bertanya dan memastikan padaku apa kau benar bekerja di Myreits, Direktur Kim. Dia seperti keluarga dengan Presidr Myreits. Presdir nya bilang dia tidak punya rencana menjual gedungnya."


Young Jin mendekati Tuan Shin. Ia mengingatkan Tuan Shin kalau dirinya direktur di Myreits dan mereka pernah bertemu di restoran dengan Presdir Choi.

"Aku baru saja berencana mau menghubungimu tentang rencana donasi ke Happiness, sekarang malah aku bertemu denganmu. Luar biasa sekali."

Young Jin melihat jam di ponsel, ia sedikit terlambat. Ia mengaku akan pergi ke bandara dan menanyakan tujuan Tuan Shin.

"Aku juga mau ke bandara." Jawab Tuan Shin.

"Oh, benarkah?"


Doo Sik masuk rumah Ki Doong diam-diam seperti yang So Joon lihat di masa depan. Tapi saat ini So Joon sudah menunggu di dalam.

"Apakah kau ke sini mencari jurnalku?" Tanya So Joon.

Doo Sik nyengir karena ternyata So Joon sudah tahu. Harusnya bilang kan, jadi ia tidak usah ke sana. So Joon menanyakan rencana Doo Sik setelah mencuri jurnalnya, apa Doo Sik tertarik padanya?


"Ya, kenapa juga aku harus tertarik padamu? Aku pasti sangat kesepian kalau begitu."

"Kau mencuri catatanku demi menutupi masa depanku dariku. Kau tidak mau tahu soal apa yang akan terjadi."

"Kau tahu semuanya dengan baik. Sudah kubilang, tidak tahu apa-apa akan lebih baik bagimu. Kenapa kau tidak mau dengar?"

"Apa sebenarnya yang tidak boleh kuketahui? Kecelakaan hari ini? Kau akan mencuri jurnalku dan pergi ke lokasi konstruksi. Aku tahu soal kecelakaan hari ini. Apa itu yang mau kau sembunyikan dariku?"

"Hah? Apa? Padahal aku sedang memikirkan sesuatu yang lain. Kecelakaan? Kecelakaan apa? Aku?"

"Kenapa kau bersikap seperti ini lagi? Kau harusnya menipuku dengan cara yang lebih baik. Aku sudah melihat semuanya sendiri."

"Aku tidak tahu apa yang kau lihat saat kau pergi ke masa depan. Aku harus bagaimana kalau kau bersikap seperti ini soal sesatu yang bahkan belum kulakukan? Inilah yang namanya ironis."

"Aku benar-benar sangat serius sekarang. Aku tidak sedang berniat untuk membuat lelucon denganmu. Kau harus ikut denganku ke suatu tempat."

"Aku benar-benar sangat sibuk sekarang. Lain kali saja."


So Joon mencegat Doo Sik yang akan pergi, ia harus menghentikan kecelakaan hari ini, jadi Doo Sik sebaiknya pergi sejauh yang Doo Sik bisa.

"Apa kau mencurigaiku? Kau kira aku yang melakukannya?"

"Lihat ini. Selama ini kau tahu soal kecelakaan itu. Kalau begini.. bagaimana bisa aku tidak curiga?"

"Hei, So Joon."

"Jangan panggil namaku."

"So Joon."

"Jangan panggil namaku!!!!"


Doo Sik sudah bilang agar So Joon percaya padanya dan jangan mencurigainya karena ia ada di pihak So Joon. Kalau memang begitu, So Joon meminta Doo Sik mengatakan alasannya ada di lokasi konstruksi saat itu. Doo Sik sudah tahu itu akan terjadi tapi tetap menyembunyikannya. Kenapa Doo Sik menyembunyikannya dan kenapa Doo Sik berbohong? Kenapa?

"Kau tahu? Aku benar-benar.. berharap bukan Ahjussi lah yang melakukannya."

"Lihat aku. Bukan aku, ya 'kan? Aku tidak punya banyak waktu sekarang. Aku pergi, jadi jangan tahan aku."

So Joon kembali menahan Doo Sik. Doo Sik membentak kalau akan ada kecelakaan, ia akan mengurus semuanya untuk So Joon jadi So Joon diamlah. So Joon mengatakan kalau ia sudah mengirim Tuan Shin ke Jepang.

"Apa.. kau yakin?Kau yakin?"

"Dia ada di bandara dan akan berangkat sebentar lagi. Dia tidak akan muncul di lokasi konstruksi hari ini. Dia.. tidak akan mati."

"Kau yakin, kan?"

"Dan juga.. aku tidak bisa mempercayaimu, Ahjussi. Kalau kau memang mau menolongku, lakukan saja apa yang kuminta. Aku memang yakin tidak akan ada sesuatu yang terjadi hari ini. Tapi lebih baik kalau semuany dipastikan kembali. Jadi, ikut saja denganku."


So Joon mengajak Doo Sik ke masa depan. Doo Sik mengingatkan kalau So Joon tidak bisa menghentikan kecelakaan ini dengan mengirimnya ke masa depan.

"Ayo kita lakukan perjalanan ini dalam ketenangan." Ujar So Joon.

"Baiklah. Kau dulu selalu menggenggam tanganku dan memohon agar pergi naik kereta denganmu. Kau sudah berubah sekarang."

So Joon memborgol tangan Doo Sik karena ia tidak bisa berpegangan tangan seperti dulu. Ia akan melepaskan itu saat ia tahu Doo Sik tidak bersalah. Doo Sik pun menurut.

"Tidak ada buruknya menjauhkanmu dari lokasi kecelakaan. Aku harus memastikan kau tidak tahu kalau Kim Young Jin lah pelakunya. Itu adalah yang terpenting." Batin Doo Sik.


Tuan Shin belum sampai di bandara, baik Se Young dan Ma Rin mulai khawatir. Ma Rin menjauh untuk menelfon Tuan Shin kembali.


Tuan Shin satu mobil dengan Young Jin, ia akan mengangkat ponselnya tapi dilarang Young Jin. Tuan Shin tentu saja terkejut. Young Jin mengajak Tuan Shin ngobrol saja dahulu. Penunjuk jalan menuju bandara menunjuk ke arah kiri tapi Young Jin malah lurus saja dan Tuan Shin menyadari hal itu.

"Anda mengatakan sesuatu yang aneh pada Presdir Choi." Ucap Young Jin.

"Hentikan mobilnya di sini. Mungkin sebaiknya aku pergi sendiri saja."

"Sepertinya tidak bisa. Kalau Anda tutup mulut, Anda akan menerima uang dalam jumlah besar. Seberapa banyak yang Anda mau?"

"Jadi, kau menipu Presdir Choi dengan kontrak bangunan palsu."

"Ya, berapa banyak yang Anda mau? Kalau kita membuat kesepakatan hari ini.."

"Hei, minggir sajalah sebelum semuanya jadi semakin runyam. Sekarang. Apa kau bandit?"

"Apa! Kenapa kau bilang aku bandit? Aku memberikanmu tawaran selayaknya seorang pria sejati. Aku bukan bandit, dan aku bukan preman jalanan. Kau mau menghancurkan hidupku, begitu? Coba saja! Coba! Aku sudah capek dan lelah juga."


Se Young harus masuk sekarang tapi ayahnya belum juga muncul. Ma Rin akan mencari Tuan SHin dan menyuruh Se Young masuk duluan saja.

"Aku mohon bantuanmu kalau begitu. Terima kasih." Ucap Se Young.


Ma Rin mengirim pesan suara pada So Joon karena tidak mengangkat telfon, ia mengatakan kalau Tuan SHin tidak muncul di bandara.

"Kau tidak menduga ada hal buruk yang terjadi, 'kan? Aku akan ke lokasi konstruksi sekarang. Telpon aku begitu kau mendengar pesan ini. Aku benar-benar sangat takut." Lanjut Ma Rin.

Ma Rin menyebrang tanpa melihat dan ia hampir saja tertabrak mobil.


- MUSIM DINGIN, 2016 - MASA DEPAN --
Rumah Ki Doong masih kosong. So Joon bertanya oada Doo Sik untuk yang terakhir kalinya, kenapa Doo Sik pergi ke lokasi kecelakaan?

"Aku tidak mau kau terlibat dalam kecelakaan itu."

"Kenapa?"

"Kau terus saja mencari tahu soal ini dan itu dari masa depan. Semakin banyak kau tahu soal itu.. semakin runyam keadaan ini."

"Aku tidak mengerti dengan maksudmu. Aku akan menjalani hidup yang kuanggap cocok untukku. Aku tidak paham kenapa mendadak kau jadi sangat peduli padaku. Aku hanya tidak bisa memahaminya."

"Karena aku merasa kau itu sudah seperti anakku, mengerti?"

"Apa menurutmu kau cocok mengatakan kalimat semacam itu, Ahjussi? Kau bilang kau punya anak perempuan. Berbuat baiklah pada anakmu."

"Apakah menurutmu aku akan melakukan sesuatu yang keji?"

"Tidak. Makanya kepalaku rasanya mau meledak."


So Joon membuka internet, kalau tidak ada yang terjadi hari ini, artikelnya pasti akan berubah. So Joon sudah menghabiskan banyak waktu memikirkan segala hal.. tentang Doo Sik.

Ternyata artikelnya masih tetap sama, tidak ada yang berubah.


-- 27 Oktober 2016, MASA KINI --

Ma Rin sampai di lokasi konstruksi. Ia tidak sadar kalau ia berselisih dengan mobil Young Jin. Sementara Young Jin heran karena Ma Rin ada di sana. Ia lalu marah-marah karena Tuan Shin bergerak terus di dalam bagasi.


Ma Rin memanggil-manggil Tuan Shin, tapi Ki Doong yang muncul. Ki Doong melarang Ma Rin ada di sana, tidak boleh hari ini. Ma Rin mengatakan kalau Tuan Shin tidak muncul di bandara, Se Young datang sendirian.

"Apa yang harus kita lakukan?" Ma Rin mulai panik.

"Dia tidak boleh datang ke sini. Apa kau sudah memastikannya?" Ki Doong juga ketularan panik.


-- MUSIM DINGIN, 2016 - MASA DEPAN --

So Joon terus menunggu dan artikelnya tiba-tiba menghilang. Ia dan Doo Sik senang tapi kemudian atikel itu muncul lagi. Tuan Shin tetap meninggal cuma lokasinya berbeda, di Hwankyung-dong.


So Joon akan langsung pergi tapi Doo Sik mencegah. Doo Sik menjelaskan kalau So Joon tidak akan bisa menghentikannya walaupun pergi sekarang. 

"Apa maksudmu? Lokasinya sudah berubah."

"Artinya kau tidak bisa mengubahnya. Aku sudah bilang aku mencoba membantumu. Aku sudah menduga kalau kita tidak akan bisa melakukan apa-apa. Seseorang bisa saja mati atau hidup. Itu bukan sesuatu yang bisa kita ubah."

"Apa yang kau bicarakan? Dia masih hidup. Aku bisa menghentikannya. Aku akan menghentikannya." Dan So Joon tetep kekeh balik ke masa kini.


-- 27 OKTOBER 2016, MASA KINI --
Young Jin membuka bagasi, disana Tuan Shin diikat dengan lakban jadi sangat sulit melepaskan diri. Lalu ia membuka lakban yang menutup mulut Tuan Shin.

Tuan Shin mengakui kekeh tidak akan membuat kesepakatan. Tapi ia berjanji tidak akan mengatakan apa-apa. Young Jin membentak, ia juga ingin percaya kalau Tuan Shin tidak tahu apa-apa. Tapi bagaimana bisa ia percaya pada Tuan Shin?

"Aku ke sini hanya untuk membuat kesepakatan." Lanjut Young Jin.

"Ya, jadi.."

"Aku hanya mau membuat kesepakatan."

"Ya, jadi.."

"Jadi kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku? Kau merusak semuanya! Haruskah aku membunuhmu?"


So Joon sampai di masa kini, ia menelfon Ki Doong untuk memberitahukan kalau lokasinya berubah ke Hwakyung-dong, ia menyuruh Ki Doong cepat menujju ke sana. Ma Rin menjelaskan pada Ki Doong kalau ada pembangunan juga di sana. Mereka pun cepat-cepat menuju kesana.


Ki Doong dan Ma Rin sampai di lokasi, tapi mereka terlambat. Tuan Shin sudah tergeletak di tanah dengan kepala berdarah. Mereka berdua syok, mencoba membangunkan Tuan Shin tapi sia-sia.


So Joon datang tak lama kemudian. Ia terdiam saat melihat Ma Rin mondar mandir mencari bantuan, sama seperti yang ia lihat di masa depan.


Ma Rin melihat So Joon dan langsung memeluknya. Ia menangis histeris.

"Apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus kita  Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana sekarang? Kita harus bagaimana?" Kata Ma Rin dalam tangisnya.


Gun Sook sedang rebahan di sofa sambil maskeran. Bel pintu berbunyi dan ia segera menuju ke pintu tapi ternyata Young Jin yang pulang dan sudah membuka pintu sendiri.

Young Jin tidak berkata apa-apa, langsung geloyor saja. Gun Sook kesal dengan sikap suaminya itu. Ia tambah kesal saat Young Jin mencopot sepatunya sembarangan. Ia akan merapikan sepatu suaminya tapi sepatunya penuh tanah.

"Apa ini? Dari mana dia?" Tanya Gun Sook penasaran.


Doo Sik duduk di pojokan rumahnya,

"Kim Yong Jin menggelapkan uang perusahaannya. Dia memang ditakdirkan untuk membunuh Direktur Happiness yang mengetahui rahasianya. Aku sedang mencoba menyingkirkannya dari Myreits, tapi aku gagal. Keadaannya berubah dan pada akhirnya dia menjadi seorang pembunuh."
Tapi Doo Sik bisa mengatakan semua itu pada So Joon. Karena.. Ma Rin-nya dan So Joon.. mereka berdua akan berada dalam bahaya jika mereka tahu.


Pemakaman Tuan Shin banyak dihadiri pelayat. Se Young sekeluarga dirundung duka mendalam.


So Joon pun demikian, ia seperti menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa Tuan Shin. Ia mengingat bagaimana baiknya Tuan Shin padanya selama ini dan itu menambah kesedihannya.


Ma Rin menghampiri dengan membawa segelas air. So Joon setidaknya harus minum air karena sama sekali tidak makan sejak kemarin. So Joon berterimakasih dan menyuruh Ma Rin pulang karena Ma Rin pasti lelah.

"Bagaimana bisa, sementara kau sendiri seperti ini?"

"Jangan cemaskan aku, dan istirahatlah. Kau pasti sangat cemas. Maafkan aku."

"Kenapa kau terus-terusan minta maaf? Berhentilah mengatakan hal-hal semacam itu."

So Joon keluar untuk mencari udara segar.


Ma Rin mencarinya setelah beberapa saat. Ternyata So Joon duduk di pojokan bawah tangga lantai dasar. So Joon menyuruhnya duduk disampingnya.


Ma Rin mencarinya setelah beberapa saat. Ternyata So Joon duduk di pojokan bawah tangga lantai dasar. So Joon menyuruhnya duduk disampingnya.

Ma Rin menanyakan perasaan So Joon waktu pertama kali menjelajah waktu, ia penasaran. Awalnya.. So Joon merasa senang, dan rasanya seperti semua hal di dunia ini jadi miliknya.

"Aku bisa membayangkannya. Tapi sekarang, semuanya pasti terasa berat."

"Kalau saja aku tidak mengirim semua pekerja Happiness berlibur.. Pasti akan ada seseorang di lokasi konstruksi."

"Jangan mengatakan hal-hal semacam itu."

"Aku tidak bisa berhenti bertanya-tanya, apakah aku yang menyebabkan ini semua."

"Kubilang jangan mengatakan hal-hal semacam itu. Mari.. kita berpikir bahwa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya."

"Padahal aku tahu semuanya. Bagaimana bisa aku tidak bisa mencegahnya?"

"Bagaimana denganku, kalau begitu? Bagaimana dengan Ki Doong? Kami juga tahu semuanya, tapi tetap saja tidak bisa melakukan apa-apa."

"Jangan mengatakan sesuatu yang sudah jelas tidak bisa kita atasi? Bagaimana itu tidak bisa kita atasi? Kenapa tidak bisa, padahal aku tahu semuanya.. Aku tahu semua tentang ini."


So Joon mulai sesenggukan. Ma Rin ingin membiarkan So Joon menangis, tapi sepertinya tidak bisa. Melihat So Joon seperti itu rasanya hatinya hancur. Ia lalu menarik So Joon ke dalam pelukannya.

"Kita anggap saja kita tidak bisa melakukan apa-apa soal ini."


So Joon melepaskan pelukan Ma Rin "Kalimat, "kita tidak bisa melakukan apa-apa tentang ini.." Aku tidak mau kau mengatakannya."

"Kalau kita tidak bisa melakukan apa-apa tentang ini.. itu artinya kita tidak bisa melakukan sesuatu tentang waktu kita yang tinggal sedikit lagi." Batin So Joon.

Ma Rin menghapus airmata So Joon dan kembali memeluknya erat.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search