-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 10 Part 1

- Maret 05, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 10 Part 1


Ma Rin masih tidak percaya kalau So Joon adalah seorang penjelajah waktu. So Joon tahu itu sulit dipercaya tapi itulah kenyataannya. Ma Rin bahkan mencium aroma mulut So Joon mengira So Joon sedang mab*k, tapi ia tidak mencium aroma alkohol.

"Apa ini adalah hari yang spesial? Apa ini semacam surprise? Itu juga sepertinya bukan."

"Kau sudah melihat sendiri dengan mata kepalamu."

"Berita yang muncul berdasarkan apa yang kau katakan, itu? Semua orang bisa melakukannya kalau mereka sudah membaca berita online. Apa lagi? Menebak apa yang akan dilakukan para pejalan kaki di sini? Kau mungkin saja bisa menebak dengan mengamati gerak-gerik mereka."

So Joon hanya tersenyum dengan spekulasi Ma Rin. Ma Rin memegang kepalanya pusing. Baiklah, katakan saja So Joon sudah pernah kesana sebelumnya dan malihat semuanya, jadi apa yang akan Ma Rin katakan selanjutnya.

So Joon menjawab kalau Ma Rin seharusnya hari ini tidak ke sana tapi ia mengubahnya. Ma Rin tidak mau mendengarnya lagi, itu membuatnya takut.


Ma Rin melangkah tapi ia berbalik lagi, "Kau bisa melihat masa depan? Jadi bagaimana dengan masa depan kita? Seperti apa masa depan kita?"

So Joon tertegun tak bisa menjawabnya.


Saat perjalanan pulang, Ma Rin menanyakan bagaimana caranya So Joon melakukan perjalanan ke masa depan? Apa So Joon naik mobil dan menghilang seperti dalam "Back to the Future"? Atau So Joon menyalakan dupa seperti "Nine" (drama 2012)? Apa So Joon mendapatkan dupanya dari Himalaya? Tapi So Joon bahkan tidak menyukai gunung.

"Ayo berhenti di sini dan selesaikan pembicaraan kita."

Ma Rin tidak mau karena tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Ma Rin membahas soal So Joon yang juga menyebutkan mengenai perjalanan waktu di depan rumah Ki Doong. Kenapa So Joon begitu terobsesi pada perjalanan waktu? Masih ya ada teleportasi, telepati dan yang lainnya? Tapi kenapa harus masa depan, bukan masa lalu? Apa semua hal di masa depan sudah terjadi? Apa itu masuk akal?

So Joon melihat Ma Rin sesaat, "Kalau kau sebegitu tidak percayanya, kenapa kau kelihatan seperti akan segera menangis?"


Ma Rin mengelaknya, ia tertawa terbahak. So Joon mungkin salah melihatnya karena sedang menyetir, tapi ia sekarang sedang menertawakan ke-absurd-an So Joon. Tapi kemudian ekspresi Ma Rin berubah,

"Maksudmu aku sekarang menikah dengan seorang penjelajah waktu? Jadi aku adalah istri dari seorang penjelajah waktu?"


Ma Rin memikirkan barang-barang aneh di rumah mejalah pemilihan presiden, sepatu sneaker yang bisa mengikat talinya sendiri dan Ohri Ramen juga, semua itu berasal dari masa depan?


Ma Rin mendekati So Joon, ia akan melakukan yang terbaik untuk mempercayai So Joon. Ia menyuruh So Joon menghilang, ia mau melihat So Joon  menghilang menuju masa depan di depan matanya. Ma Rin bahkan memberi waktu So Joon sampai hitungan ketiga.

"Satu.. Dua.. Tiga.."

"Song Ma Rin."

"Kau tidak bisa melakukannya, kan? Tidak bisa, kan?"

"Aku tidak bisa pergi di sembarang tempat."

"Bagaimana bisa kebohonganmu ini detail sekali? Apa kau juga mencipatakan duniamu sendiri? Kau benar-benar sudah terjebak di dunia yang ini. Yoo So Joon. Ini tidak normal. Haruskah kita ke rumah sakit?"

"Ma Rin, apakah aku kelihatan seperti orang yang tak punya kerjaan di matamu?"

"Ya. Kalau begitu berapa nomor lotere yang akan keluar minggu ini? Kalau kau bisa tahu nomornya, aku akan mempercayaimu."

"Itu hanya keserakahanmu saja. Dan aku juga sudah tidak mau berurusan dengan lotere lagi. Aku sudah pernah menang 3 kali."

Ma Rin kembalimemegangi kepalanya, baginya akting So Joon seperti sungguhan. Ia melarang So Joon melakukan itu karena menakutkan.


Ma Rin berdiri menjauh, So Joon memanggilnya menyuruhnya duduk. Ma Rin berbalik, melarang So Joon bersikap sok serius. So Joon mengikuti Ma Rin dan saat Ma Rin berhenti, ia memeluknya.

"Aku kan memang selalu aneh. Kau tahu itu."


So Joon membalik tubuh Ma Rin dan menatap matanya, "Aku dulu hidup dengan cara normal. Kau kira bagaimana caranya aku bisa mendapatkan hidup seperti ini? Aku bahkan jarang pergi bekerja. Bagaimana aku bisa mempertahankan kesuksesan perusahaanku? Itulah yang paling tidak masuk akal. Semua barang-barang di rumah ini, yang tidak bisa kujelaskan padamu..  bukan berasal dari dunia ini."

"Jadi, maksudmu itu sungguhan?"

"Ya."

"Ini gila."

So Joon mengaku punya banyak masalah yang harus ia bereskan sekarang. Sejujurnya tidak ada yang istimewa dengan semua ini. Ia tidak pernah hidup dengan cara yang istimewa. Tentu saja, aku bisa menikmati banyak hal lebih dari orang lain, taapi ia tetaplah ia.

Kaki Ma Rin gemetar, ia pun kembali ke sofa. Ia bertanya, siapa lagi yang tahu soal So Joon.

"Ki Doong." Jawab So Joon.

Ma Rin tersenyum, jadi karena itu So Joon sering ke rumahnya. Tapi kenapa So Joon baru mengatakannya sekarang, supaya ia bisa berhenti bekerja di Happiness?

"Supaya aku bisa melindungimu. Walaupun kau merasa bingung dan terbebani karenaku.. itu lebih baik bagiku daripada membiarkanmu ada dalam bahaya."

"Apakah ada sesuatu yang buruk akan terjadi padaku? Apa lagi hal yang lebih besar daripada mengetahui suamiku adalah seorang penjelajah waktu?"


So Joon duduk disamping Ma Rin dan menggenggam tangannya. Ia menjelaskan akan ada sebuah kecelakaan di Happiness dan tidak ada baiknya kalau Ma Rin tahu soal itu. Percayalah dan lakukan saja apa yang ia minta, ya?

"Aku akan memikirkannya."

"Ma Rin-ah."

"Kubilang aku akan mempertimbangkannya. Bagaimana bisa aku menerima semua ini sekaligus? Aku tidak tahu seberapa banyak dari omonganmu yang bisa kupercaya. Sejujurnya aku malah tidak percaya sedikitpun."


So Joon menulis di sebiah buku, 27TH: AYAHNYA SE YOUNG, RUMAH HAPPINESS, DOO SHIK AHJUSSI.
Ki Doong datang dan So Joon tidak sadar sampai Ki Doong berbicara. Ki Doong ingin melihat apa yang digambar So Joon tapi So Joon cepat-cepat menyembunyikannya. Ia mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan apa Ki Doong sudah melakukan yang ia minta.

"Sudah. Aku sudah menyewa bus dan sebuah kondominium untuk tanggal 27. Aku sudah bilang alangkah baiknya kalau semua pekerja Happiness bisa ikut. Aku akan memastikan ayahnya Se Young menerima pesannya. Dia sangat senang dan bertanya kenapa mereka mendadak dapat liburan."

"Jadi, Happiness tidak akan melakukan pekerjaan apapun di hari itu? Sepertinya begitu. Mereka semua akan ikut dalam perjalanan workshop."

"Baiklah. Bagus."


Ki Doong memaksa So Joon untuk mengatakan alasan kenapa So Joon harus mengirim mereka semua berlibur hari itu. So Joon mengajak Ki DOong untuk bicara dirumahnya malam ini, mereka tidak bisa bicara di kantor.

"Kau membuatku penasaran."

"Oh, omong-omong.. aku sudah memberitahu Ma Rin semuanya."


Ki Doong mengakui bahwa So Joon sudah melakukan hal yang benar, itu memang hal terbaik yang harus dilakukan tapi kenapa mendadak? Apa Ma Rin baik-baik saja? Dia mungkin terkejut sekali. Apa dia minta cerai?

"Kau mau aku bercerai, ya?"

"Dia akan minta cerai atau... "Suamiku adalah penjelajah waktu dan ini luar biasa!" Semuanya akan menjadi berita di internet. Bagaimana kalau kau diseret oleh para ilmuwan dan otakmu dijadikan bahan riset?"

"Memangnya aku alien? Ma Rin tidak akan menganggapku alien, kan?"

"Sepertinya sih tidak, tapi semua itu memang sangat mengejutkan baginya. Itulah yang harus kau hadapi. Tapi, dia harus menerima segala hal yang sudah ditetapkan di masa depan."


So Joon tidak tahu kalau itu begitu mengejutkan. Ki Doong bercerita saat pertama ia tahu soal rahasia So Joon. Ia akan tertawa tanpa alasan karena semua itu sangat absurd. Ia akan tertawa terbahak-bahak di jalanan. I mulai berpikir, kenapa IA harus bekerja keras? Masa depan kan sudah digariskan. iA mulai berpikir sinis tentang banyak hal. Kemudian aku mulai bergumam, "Ini gila! Ini gila!"

"Kau lantas kehilangan kontak dengan kenyataan. Rasanya seperti kau sedang mengalami kegilaan sesaat. Kalaupun Ma Rin bertingkah sedikit sinting, kau harus memahaminya."

"Kau kira Ma Rin sama denganmu? Dia bisa menerima lebih baik dari yang kusangka."


Tapi kenyataannya Ma Rin bersikap persis seperti Ki Doong sampai orang yang berselisih jalan dengannya tertarik. Mereka mengenalinya sebagai Bap Soon.

"Ya, aku Bap Soon. Berikan aku nasi. Kau bilang di medsos kalau Bap Soon itu gila. Aku yakin kita semua sudah punya takdir masing-masing. Berikan aku nasi." Ma Rin bicara terus sambil jalan.


Manager Chae mengumumkan pada semua pekerja kalau tanggal 27 mereka semua akan pergi berlibur. Jelas semua orang bersorak gembira.


Ma Rin datang saat itu, tapi ia hanya mendengar saat semua orang bersorak. Manage Chae menjelaakan kabar gembiranya dan mengundang Ma Rin untuk ikut bersama mereka. Ma Rin menolaknya, Managar Chae bilang tidak apa-apa karena Kontributor terbesar mereka sedang berbaik hati dan membiayai semuanya.

"Apa maksudmu si penyumbang tanpa nama itu?" Ma Rin memastikan.

"Ya, si tanpa nama itu. Aku merasa bersyukur karena dia bahkan memikirkan kami semua."

"Tanggal 27, ya?"

Se Young datang, ia mengajak Ma Rin minum kopi bersama.


Ma Rin memastikan tanggal keberangkatan Se Young adalah 27 Oktober dan Se Young membenarkannya. Se Young bertanya, apa So Joon mengatakan sesuatu yang lain pada Ma Rin?

"Apa misalnya?" Tanya Ma Rin.

"Semuanya terlihat aneh. Dia bahkan membelikan tiket untuk orangtuaku agar mereka bisa ke Jepang bersamaku. Dia mengirim semua orang di Happiness untuk berlibur. Aku penasaran apakah dia punya alasan lain di balik semua ini."

"Aku benar-benar tidak tahu. Mungkin karena kau akan segera pergi dan dia merasa semua orang di Happiness akan merasa sedih."

"Dia tidak perlu melakukan hal sebesar ini. Aku merasa selama ini hanya menerima saja darinya."

"Kudenar kau sudah seperti keluarga baginya sejak dia mengalami masa sulit dulu."

"Benar-benar perasaan yang aneh. Aku merasa selama ini semua cerita itu hanya milik kami saja. Sekarang, dia sudah berbagi segalanya denganmu juga. Perasaanku jadi aneh karenanya."

"Astaga, aku benar-benar tidak tahu mau bilang apa."


Akhirnya mereka berdua bisa saling percaya. Ma Rin menjelaskan kalau ia tidak bisa merebut kenangan So Joon bersama Se Young begitu saja, Kalau ia tahu semua cerita mereka, lantas bagaimana?

"Waktu yang kalian berdua lalui bersama, adalah milik kalian. Semuanya milikmu. Kenangan itu tidak akan hilang atau musnah hanya karena aku tahu tentangnya. Semua itu adalah perasaan yang dirasakan
para wanita."

"Bagaimanapun, kumohon jaga ayahku dengan baik. Saat aku pergi, kau adalah orang yang paling dekat dengannya. Dia tidak begitu realistis tentang dunia, jadi banyak yang harus kau ajarkan padanya."

"Kau bilang kau akan berangkat tanggal 27, kan?"

Se Young mengangguk.


Ma Rin menelfon So Ri mengajaknya ke tempat yang sering So Ri datangi. Tempat ramal yang biasanya paling jitu tebakannya.


Ma Rin merasa akan ada hal buruk terjadi bulan ini. Jadi ia meminta peramal untuk melihat dengan baik.

"Kecelakaan apa? Itu tidak benar. Kau memiliki aura keberuntungan di sekitarmu."

"Kau tidak melihat ada kecelakaan? Bagaimana dengan tanggal 27 bulan ini? Kau tidak melihat apa-apa?"

"Tidak ada kecelakaan, kok. Kalaupun ada sebuah kecelakaan kau akan segera mendapatkan kompensasi dari kejadian itu. Ini sangat baik. Sangat bagus. Kau tidak perlu melihat yang beginian. Semuanya sangat bagus."

Lalu Ma Rin menanyakan masalah pribadi. Peramal tahu kan soal penjelajah waktu, kalau ada orang yang bilang dia seorang penjelajah waktu, apa peramal akan percaya?

"Oh, orang seperti itu memang ada."

"Ada?"

"Mereka adalah orang yang suka cari perhatian. Outsagram (Instagram) dan Facenote (Facebook). Larang mereka menggunakan itu. Mereka harus berhenti menggunakannya. Orang itu pasti akan mengalami hal besar yang memalukan suatu saat nanti."

"Dia bukan seorang yang suka cari perhatian."


Seteah Ma Rin dan So Ri pergi, peramal menyuruh asistennya untuk membatalkan para klien yang membuat janji hari ini karena ia harus berdoa. Tadi ia tidak bisa melihat apa-apa pada Ma Rin mamupun suaminya jadi ia hanya mengatakan yang baik-baik saja padanya.

"Seolah mereka sedang ada di alam antara hidup dan mati. Wow, aku tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya."


Young Jin mengangkat telfon dari seorang Nyonya (yang telah menandatangani kontrak kota Jangho). Sek. Hwang ada disana dan ia menyuruhnya keluar. Young Jin mematikan proyek itu sudah selesai direncanakan jadi Nyonya hanya tinggal menunggu dan menghasilkan uang.

Sek. Hwang bertanya-tanya, bagaimana bisa Young Jin membayar semua itu? Bagaimana kalau Young Jin malah dipenjara karena ini? Tidak mungkin kan..

Kilas Balik...



Sek. Hwang menguping pembicaraan Young Jin dengan Presidir Choi tempo hari. Young Jin berkata kalau perusahaan berencana menyingkirkan sebuah gedung. Presdir Choi berniat membelinya dan akan memberikan uang kontraknya besol jika Young Jin Mau. Young Jin punya syarat, ia melarang keras Presdir Choi menyebarkan gosip tentang jual-beli ini.

Kilas balik selesai...


Saki akyiknya ngelamun, Sek. Hwang tidak menyadari berselisih dengan Direktur Wang.

"Apa kau tidak mau mengucapkan salam?" Tegur Direktur Wang.

Sek. Hwang berbalik dan mengucapkan salam.

"Harus kupaksa, ya? Lupakan sajalah." kata Direktur Wang. Sek. Hwang pergi dong, tapi Direktur Wang berkata lagi, "Aku kelihatan seperti seorang pria tua, ya?"

"Tidak, sama sekali tidak." Jawab Sek. Hwang sambil berbalik.

"Aku seharusnya tidak boleh terlalu tegas, ya 'kan?"

"Tunggu, apa Anda bisa meluangkan waktu untuk minum kopi dengan Saya?"

Direktur Wang pun setuju.


Sek. Hwang ingin bertanya tentang Young Jin tapi ia berbohong dengan hanya menyebut teman.

"Butuh waktu setahun penuh untuk melunasi pembayaran gedung senilai 10 miliar. Pertama, kau harus melihat deposit kontraknya. Sampai pembayaran penuhnya selesai, kau harus merahasiakan proyeknya. Pastikan semua orang tutup mulut."

"Jadi, tidak ada yang akan tahu kalau kontraknya sudah ditandatangani?"

"Tentu saja."

"Kau bisa mencuri lisensi perusahaan dan membuat kontraknya.. kemudian membawa lari uang depositnya. Itu saja nilainya bisa beberapa miliar. Aku kenal sih ada beberaa orang yang melakukan hal semacam itu kemudian melarikan diri. Walaupun ya sekarang mereka ada dalam penjara entah di Vietnam atau Filipina."

"Ah, mungkin saja itu bisa terjadi."


So Joon mengajak Ki Doong pulang dan bicara di rumah. Ki Doong penasaran karena tidak biasanya So Joon seperti ini, tapi bisakah ia tidak tahu saja karena ia akan ikut sedih jika memang terjadimasalah besar. Ia hanya merasa gugup tiap kali tahu sesuatu dari dunia lain, orang-orang bilang sebaiknya masa depan tidak usah diketahui.

"Aku juga tidak mau mengatakannya padamu, tapi aku butuh bantuanmu kali ini. Ada sesuatu yang harus kita selesaikan."

Young Jin menginterupsi pembicaraan mereka. Setelah memastikan kalau ia tidak menggagu, ia pun ikut masuk ke dalam lift. 


So Joon menyinggung soal kesibukan Young Jin belakangan ini. Young Jin tidak membantahnya, tapi ia begitu untuk perusahaan juga kok. So Joon tidak maslah dengan itu tapi ia meminta Young Jin untuk ikut rapat karena orang-orang mulai bergosip.

"Saya sudah berusaha ikut rapat lebih dari yang bisa Anda lakukan, Presdir."

"Tentu saja. Direktur Kim, kau 'kan bukan aku."

"Saya hanya bercanda."

"Bukannya kau menyindir?"


So Joon mengatakan yang sebenarnya tapi ia menenangkan Ki Dong karena semuanya belum terjadi. Ki Doong tetap syok, jadi maksud So Joon itu akan segera  terjadi. So Joon yakin mereka bisa menghentikan itu agar tidak terjadi, makanya ia memberitahu Ki Doong.

"Hei, Ki Doong. Kenapa kau bersikap tidak seperti dirimu yang biasanya? Dia masih hidup. Tenanglah."

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Aku berencana mengirimkan dia dan Se Young bersama-sama ke Jepang tanggal 27."

"Bagaimana kalau dia malah meninggal di Jepang? Kita tidak tahu dia akan meninggal di lokasi pembangunan."

Ki Doong merasa sangat susah mendengarkan ini. So Joon tidak percaya takdir, mereka hanya perlu menghentikan kecelakaannya. Artikel mengatakan kalau Tuan Shin meninggal karena kecelakaan di lokasi konstruksi, baik itu diakibatkan oleh kecelakaan atau perbuatan sengaja seseorang, Tuan Shin akan baik-baik saja selama Tuan Shin meninggalkan Korea.

"Apa maksudmu ada orang yang sengaja melakukannya? Apa maksudmu itu bisa jadi pembunuhan?"

"Aku tidak bisa memastikannya. Tapi ada seseorang yang kucurigai." Doo Sik lah yang dimaksud So Joon, "Aku tidak yakin dengan semuanya. Orang itu sama sekali tidak punya alasan membunuh ayahnya Se Young."

"Bisakah kau memberitahuku semua agar aku mengerti?!"

"Kau tidak kenal dia. Bagaimanapun, biar aku yang melakukan sisanya. Kau harus pergi ke lokasi konstruksi hari itu."

"Kau bilang ayahnya Se Young akan berada di Jepang hari itu."

"Bisa saja ada hal lain yang akan terjadi. Kau tidak tahu hal lain mungkin saja terjadi."

"Bukannya kau harusnya tahu semua?"


So Joon menyentuh bahu Ki Doong, kalau memang ada yang mau membunuh Tuan Shin hari itu 'dia' pasti akan muncul di TKP. Jadi Ki Doong harus memastikan sendiri. Ki Doong meminta So Joon untuk pergi ke masa depan sekalu lagi dan dan memastikannya, jadi semuanya akan jadi semakin mudah.

"Orang yang kucurigai itu... adalah seorang penjelajah waktu sepertiku juga. Kalau dia tau semuanya, dia bisa saja menggagalkan rencana kita. Tentu saja aku tidak bisa menarik kesimpulan begitu saja. Nyawa ayah Se Young bergantung di sini. Aku akan memikirkan kemungkinan yang lain."

Ki Doong menjawab mengerti setelah berpikir sesaat. Ia yakin tidak ada yang harus dicemaskan karena So Joon bisa melihat masa depan.


Ma Rin datang, Ki Doong pun meninggalkan mereka berdua dengan alasan ingin mencari udara segar. Ma Rin melihat barang-barang masa depan So Joon. Ia merasa sangat terkejut. So Joon menatapnya tidak suka, Ma Rin mengerti dan akan pergi.

"Bukan begitu. Ini 'kan rumahnya Ki Doong." Alasan So Joon.

"Ini juga adalah tempatmu menghabiskan sebagian besar waktumu. Kukira akan ada pintu ke dimensi lain atau semacamnya. Tidak ada sesuatu semacam itu?"

"Tidak ada."

"Tidak apa-apa ternyata."

Ma Rin mengajak So Joon pergi, ia menyerah dengan mengakui kalau ucapan So Joon benar karena sudah melihatnya sendiri.


Ma Rin ingin jalan-jalan sebentar supaya ia bisa menjernihkan pikiran. Ia bercerita kalau ia menemui peramal jago tadi dan katanya mereka punya segala keberuntungan, tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Tapi ia tidak yakin sih kalau itu benar.

"Kenapa kau pergi ke tempat macam itu? Bagaimana bisa hantu tahu masa depan?"

"Jadi hanya penjelajah waktu yang bisa tahu masa depan? Kalau orang sepertimu ada di dunia ini, kenapa hantu tidak? Jangan pilih kasih."

"Kenapa kau membandingkan aku dengan hantu?"


Ma Rin memberikan jimat pada So Joon, katanya itu bisa melindungi dari hal buruk. Ia ingin So Joon menyimpannya di dompet. So Joon jelas tidak percaya hal itu. Ma Rin menjelaskan, ia tidak tahu masa depan jadi ia harus bergantung pada benda semacam itu.

"Kau mungkin menganggap aku bdoh karena menemui seorang peramal.. tapi ini adalah caraku menunjukkan perhatianku padamu."

"Ini sudah lebih dari cukup bagiku. Aku tidak mengharapkan hal lain."

"Tidak bisakah kau berharap sesuatu yang lebih padaku? Apa kau tahu apa yang paling membuatku kaget? Sejujurnya.. aku masih belum bisa menerima semua kenyataan ini dan rasanya masih seperti mimpi. Aku merasa hilang arah, dan merasa hatiku mendadak jadi kosong. Yah, kalau semua ini memang benar.. bisa saja digunakan untuk memenangkan lotere. Tapi, aku tidak suka itu. Rasanya seperti kau ini berasal dari dunia lain."

"Aku masih sama, kok."

"Aku hanya menggunakan semua imajinasiku, tapi aku tidak bisa memahaminya. Aku memang sudah bisa melihatnya sendiri, tapi aku merasa masih tidak bisa menerimanya dengan mudah."

"Itu normal. Tapi, kalaupun aku adalah pria biasa.. mungkinkah akan tetap sulit bagi kita untuk saling memahami satu sama lan? Kita akan hidup bersama selama 70 tahun dari sekarang. Bukankah akan membosankan kalau kita tahu segalanya sekarang? Aku tahu kau begini karena kau menyukaiku. Kau tidak boleh terlalu menyukaiku."

"Kau bercanda, ya sekarang?"


So Joon bercanda, ala-ala jadi wartawan dan mewawancarai Ma Rin mengenai perasaanya menjadi istri seorang penjelajah waktu. Ma Rin malah mengumpat. So Joon tersenyum, "Bukankah dia sangat memesona?

"Tidak juga."


Ma Rin tahu kalau kecelakaan yang dimaksud So Joon itu terjadi tanggal 27. Ia menanyakan apa yang akan terjadi. So Joon mengatakan yang sebenarnya soal Tuan Shin tapi tidak usah khawatirkarena mereka bisa menghentikannya.

"Kita bisa menghentikannya?"

"Tentu saja, aku tahu segalanya soal ini. Aku hanya berjaga-jaga, makanya aku memintamu berhenti kerja."

"Aku juga tidak mau kau berada dekat dengan lokasi konstruksinya. Kejadiannya di lokasi konstruksi?"

"Itu tidak akan terjadi. Haruskah aku berikan saja jimat ini pada ayahnya Se Young. Lupakan saja. Biar aku yang simpan."

"Kita bisa mencegah kejadian itu, 'kan?"


Young Jin bernegosiasi dengan Presdir Choi, ia minta 30% deposit kontrak dengan kemudahan akan memberu jangka waktu pembayaran yang lebih panjang. Presdir Choi tidak masalah, ia harus membelinya selagi ada kesempatan. Young Jin akan segera membuat kontraknya.

"Presdir Choi, saya harap Andamerahasiakan perjanjian kita ini selama setahun. Karena hanya beberapa karyawan di perusahaan kami yang tahu."

"Aku bahkan tidak akan memberitahu istriku. Kenapa kau bersikap seperti itu dan membuatku jadi gugup?"


Gun Sook terbangun tengah malam dan mendapati suaminya malah duduk di luar. Young Jin tiba-tiba mengajak Gun SOok pindah ke luar negeri sesuai keinginan Gun Sook. Gun Sook berbinar, kemana? Amerika?

"Bukan, bukan Amerika. Ayo ke Vietnam."

"Apa? Maksudmu Vietnam Pho itu?"

"Siapkan segala yang kau butuhkan supaya kita bisa pergi dalam 3 bulan. Jangan beritahu siapapun. Terlebih, pada Mar Rin. Tidak ada orang di kantor yang boleh tahu."

"Berita mengejutkan tengah malam macam apa ini? Aku tidak mau pergi."

"Ini bukan soal kau mau atau tidak. Kau harus pergi."

"Kau bahkan tidak mendiskusikannya denganku lebih dulu. Ini benar-benar mengejutkan. Aku tidak akan pergi. Aku mendingan mati daripada harus pergi. Kau pergi saja sana sendirian."

"Gun Sook, kalau aku ajak kau pergi, bilang saya 'iya'. Turuti saja perintahku, mengerti? Aku sedang mengalami masa sulit sekarang. Kaulah satu-satunya yang kupunya. Kau tahu itu, 'kan? Kau bilang kau mau tinggal di luar negeri. Kau mau beremigrasi. Jadi, ayo kita pindah. Kita pergi saja ke Vietnam."

"Aku maunya ke Amerika."


Ma Rin memastikan, semuanya akan baik-baik saja, 'kan dan So Joon mengiyakan. So Joon menyinggung soal pertemuan pertama mereka, apa Ma Rin ingat.

"Kapan? Di dalam kereta?"

"Bukan. Di jalan, waktu aku mengajakmu bicara."


So Joon jujur kalau sebenarnya Ma Rin hampir saja mengalami kecelakaan tapi ia menunda dan menghentikan kecelakaan itu. Sekarang ia pasti kelihatan seperti sedang pamer.

"Apa? Kukira kau jatuh cinta pada pandangan pertama padaku."

"Kubilang, aku menyelamatkanmu. Apa kau tidak merasa tersentuh karenanya? Itu seperti dalam film."

"Aku tidak melihatnya, bagaimana aku bisa percaya?"

"Aku mengatakan padamu yang sebenarnya. Bagaimanapun, seperti waktu itu.. ayahnya Se Young juga bisa diselamatkan. Jangan cemas."

"Apa?"

"Apa kau benar menyelamatkanku?"

"Ya."

"Kau benar-benar seorang pria yang luar biasa."

Ma Rin menyentuh So Joon untuk memastikan bahwa So Joon itu benar-benar manusia. So Joon malah bercanda dengan bergerak dan berbicara layaknya robot.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search