-->

Sinopsis Introverted Boss Episode 14 Part 1

- Maret 08, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Introverted Boss Episode 14 Part 1


Ro Woon menahan Yi Soo yang akan melompat. Ji Hye meronta minta dilepaskan, soalnya ia yang sudah membunuh Ji Hye jadi ia akan mati dengan cara yang sama seperti dia. Hwan Gi datang tepat waktu, ia langsung menarik keduanya.

Hwan Gi memeluk Yi Soo erat, memohonnya jangan melakukan hal bodoh itu. Ro Woon syok melihatnya.



Yi Soo sudah tenang dan tidur di kamar Hwan Gi.


Hwan Gi mendekati Ro Woon, ia berterimakasih karena berkat Ro Woon, Yi Soo tidak jadi melompat. Ro Woon meminta Hwan Gi untuk mengatakan segalanya padanya sekarang. Yi Soo bilang telah membunuh kakaknya, apa itu benar?

"Aku semestinya yang...bisa menyelamatkan dia."

Kilas Balik...


Setelah berbicara pada Ji Hye, Yi Soo bertemu Hwan Gi di lobi. Hwan Gi heran melihat Yi Soo disana. Hwan Gi melihat tangan Yi Soo penuh darah. Yi Soo memanggilnya lirih lalu pingsan.


Ji Hye di depan ruangan Hwan Gi. Ia kelihatan sangat frustasi, apalagi saat Hwan Gi tidak menjawab telfonnya.

"Kumohon jawablah. Kumohon."


Hwan Gi menunggui Yi Soo di rumah sakit, saat itu pesan Ji Hye masuk, "Saya akan menunggu di ruangan Anda."

Hwan Gi kemudian menghubungi Woo Il. Yi Soo terbangun karenanya dan menginterupsi.


Yi Soo memegang tangan Hwan Gi, ia menangis melarang Hwan Gi untuk mengatakan apa pun pada Woo Il Oppa. Hwan Gi mengerti, jadi Yi Soo mendengar semuanya.

"Aku... aku tidak ingin siapa pun... melihat kondisiku seperti ini. Aku melukai diriku sendiri. Aku tidak melukai orang lain. Tolong jangan beritahu Woo Il Oppa."

"Lihat kondisimu saat ini. Hanya itu yang kau pikirkan? Huh!"

"Aku bisa pura-pura terjadi kecelakaan. Aku bisa menutupinya. Tidak bisakah?"

"Yi Soo-ah."


Pesan masuk satu lagi dari Ji Hye, "Saya sungguh ingin bertemu Anda untuk terakhir kalinya. Maafkan saya."


Hwan Gi langsung berlari sekuat tenaga menuju kantor tapi ia terlambat karena jendela ruangannya sudah terbuka dan hanya tinggal sepatu Ji Hye di sana.

Kilas Balik Selesai...

Hwan Gi menyesal, seandainya ia lebih cepat tiba... andai ia mau mendengarkan dia... Dibanding menghentikan dia pergi menonton pertunjukan Ro Woon, ia mestinya bicara dengan dia. Ia kira dapat menanggung semua beban itu sendirian, ia pikir tidak akan masalah. Ia melakukan kesalahan dengan mengira dapat melindungi semua orang. Akhirnya, ia hanya melukai mereka semua. Ro Woon hanya bisa menangis mendengarnya.


Hwan Gi lalu memberikan sepatu Ji Hye yang selama ini disimpannya. Hwan Gi menjelaskan kalau itu sepatu hadiahnya, ia memberi Ji Hye sepasang sepatu itu sebagai hadiah di saat terakhirnya,

"seseorang yang mungkin paling ia sesalkan... adalah aku. Kurasa, itu sebabnya dia meninggalkan sepatunya di sini. Aku tahu terlambat, tapi aku ingin mengembalikannya."


Hwan Gi membelakangi Ro Woon menangis, Ro Woon juga sesenggukan menatap sepatu kakaknya.

-= Episode 14 : Valentine-ku yang Menyenangkan =-


Ro Woon pulang, saat itu ayah sedang minum sendirian. Ia menunjukkan sepatu kakaknya pada ayah lalu meletakkannya di depan pintu. 

"Sekarang, aku merasa seperti dia sudah pulang." Kata Ro Woon sambil tersenyum.


Tuan dan Nyonya Eun datang untuk melihat kondisi putrinya. Yi Soo membuka matanya setelah mendengar teriakan Tuan Eun pada Hwan Gi tapi tidak ada yang menyadarinya.


Tuan Eun tidak habis pikir dengan Hwan Gi, seharusnya kan mengatakan semuanya padanya karena Hwan Gi adalah puteranya. Sebenarnya ia lebih marah pada Hwan Gi dibanding terhadap Woo Il. Hwan Gi minta maaf dan ia mengakui kesalahannya.

"Kalau begitu kejadiannya, kau mestinya pastikan tidak ada kesalahan." Kata Tuan Eun membuat hwan Gi terkejut.


Nyonya Eun buka mulut, ia menjelaskan kalau Ayahnya hwan Gi tidak marah karena sudah dibohongi tapi lebih mencemaskan soal pencalonannya yang terancam. Tuan Eun menjelaskan bahwa sudah biasa pria goyah oleh wanita, itu bukan hal besar, toh mereka bahkan belum menikah.

"Seambisius itulah ayahmu. Aku tidak sepakat dengan dia. Sebagai kakak Yi Soo, bagaimana bisa kau menutup mata dan coba membantu pernikahan mereka?"

"Hanya orang mati itu yang bersalah. Bisa-bisanya dia menyerah akan hidupnya cuma karena dikhianati seorang pria?" Jawab Tuan Eun.

"Tolong jangan bicara tanpa perasaan begitu. Yi Soo juga... Dia hampir kehilangan nyawanya." Jelas Hwan Gi.

Hwan Gi menceritakan kalau Yi Soo berusaha bunuh diri di depan Ji Hye, tiga tahun lalu. Jelas Tuan dan Nyonya Eun sangat terkejut. Hwan Gi melanjutkan, setelah Yi Soo memaki Ji Hye, Yi Soo mengiris pergelangannya. Jadi Ji Hye merasa amat terbebani setelah menyaksikannya, mungkin itu sebab Ji Hye memilih bunuh diri.

"Mustahil. Tidak mungkin Yi Soo melakukan hal seperti itu." Bantak Ibu.

"Kalian berdua perlu mengetahuinya sekarang. Berhenti melihat hanya yang kalian inginkan."

"Ini semua karena Kang Woo Il. Dia menghancurkan puteriku." Marah Tuan Eun.


Yi Soo bangun untuk meluruskan, itu semua bukan salah Woo Il. Nyonya Eun menghampiri Yi Soo, memastikan puterinya baik-baik saja.


Yi Soo menjelaskan keadaannya. Awalnya, ia merasa takut setiap kali Ayah meneriaki Hwan Gi. Sejak itu, ia mulai melukai pergelangan tangan, atau menyiram sup panas pada dirinya sendiri demi mengakhiri semuanya agar suasana tenang.

"Apa? Kau satu-satunya yang selalu kubanggakan. Bahkan meski Hwan Gi membuatku kecewa, aku tetap bisa tersenyum berkat dirimu." Jelas Tuan Eun.

"Itu alasan aku juga tersenyum. Bahkan meski aku merasa sedih atau terluka, aku berusaha tetap tersenyum. Tapi kemudian, aku jadi kebingungan. Aku menjadi sangat sedih dan terluka, tapi bibirku tetap tersenyum. Aku merasa seolah seseorang dalam tubuh ini terus berbisik untuk menyingkirkan diriku ini, bunuh diri."


Ibu terkejut, apa Yi Soo yang ia lihat ini benar-benar puterinya Eun Yi Soo. Yi Soo membenarkan, seperti itulah dirinya yang sebenarnya yang sangat ia benci, ia tidak ingin seorangpun mengetahui kebenaran ini.

"Hentikan. Tolong hentikan." Pinta Nyonya Eun lalu memeluk Yi Soo.

"Maafkan aku..."

"Yi Soo..."

Semuanya menangis.


AE Jung mengumpulkan semua orang, ia menyampaikan bahwa penyebab Ji Hye bunuh diri adalah karena Woo Il menghianatinya. Maka dari itu pernikahan Woo Il kemarin dibatalkan dan Woo Il dipecat.

"Daebak! Tapi kenapa kebenaran baru terungkap sekarang? Apakah perebutan kekuasaan mengacaukan segalanya? Aku kasihan pada Kang Daepyo." Tanya AE Lee.

"Mendengar dia selingkuh dari tunangannya membuatku kecewa, tapi tidak ada yang lebih kompeten dari dia. Iya, 'kan?"


Yoo Hee dan anggota Tim Silent Monster yang baru datang membantah hal itu. Hanya karena mereka tidak mengenal Hwan Gi-nim saja.

"Saat kalian mengenal dia, kalian akan menyadari betapa hebatnya Hwan Gi-nim." Tambah Gyo Ri.

"Dia cowok keren. Aku mengakuinya." Tambah Se Jong.

"Kalian harus merasakan pesonanya." Tambah Sun Bong.

Tim Woo Il berdecak, menyelamati mereka karena berada di pihak yang menang. Mereka pun jejingkrakan senang.


Sekretaris Park datang bersama Hwan Gi, ia menyuruh semuanya untuk berkumpul di ruang rapat tapi Hwan Gi melarangnya. Ia akan bicara disana saja. Tim Silent Monster memberinya semangat.

"Kang Woo Il Daepyo... akan secepatnya kembali ke perusahaan. Jadi tetaplah bertahan di posisi kalian dan bertanggung-jawablah penuh pada pekerjaan. Tolong berdedikasi pada pekerjaan kalian."


Hanya itu dan Hwan Gi segera pergi dari sana. Semua karyawan berkasak-kusuk dan menggunakan itu untuk menyindir Tim Silent Monster.

Yoo Hee membantahnya, ia yakin Hwan Gi pasti punya rencana karena elalu ada maksud mendalam dari kata-katanya yang singkat. Sekretaris Park lalu menanyakan apa maksud mendalam itu.

"Um... Entah, ya." Jawab Yoo Hee sambil nyengir.

Semuanya meremehkan Hwan Gi dan kembali kemeja masing-masing.


"Dia merasa nyaman di antara kita, tapi mungkin dia masih gugup di hadapan banyak orang." Ujar Gyo Ri.

"Setiap kali karyawan mulai cemas begini, kita membutuhkan sosok seperti Kang Daepyo yang dapat memimpin dengan penuh percaya diri." Kata Sun Bong.

"Kepemimpinan Hwan Gi yang malu-malu akan berkesan suatu saat nanti. Kita juga butuh waktu sampai dapat merasakannya." Jelas Se Jong.

"Sayang sekali, ya. Waktu yang sangat lama." Tutup Yoo Hee.

Se Jong heran, kenapa juga Ro Woon tidak masuk di hari seperti ini. Yoo Hee meminta Se Jong agar tidak menggaggu Ro Woon untuk sementara.


Yoon Jung mengajak Ro Woon ke toko coklat. Ia menyuruh Ro Woon memilih tapi Ro Woon bilang ia baik-baik saja.

"Aku sudah baik lho mengajakmu kemari." Keluh Yoon Jung. Ro Woon pun memilih satu.

"Satu saja cukup? Itu kan hadiah valentine darimu untuk Hwan Gi."

"Siapa? Ah.. Kau tidak membelikan buat aku?"

"Karena Valentine sudah dekat, aku mengajakmu kemari agar bisa bersaing secara adil. Kurasa, kau tidak berniat menyatakan perasaan padanya. Kalau begitu, aku akan membelikan yang tercantik dan mahal untuk dia."


Yoon Jung bercerita kalau ia juga menyatakan perasaan pada cinta pertamanya di hari Valentine. Ia membuat cokelat dan menulis surat untuknya. Sangat manis pokoknya.

"Mana mungkin aku melakukannya saat ini? Kau juga tahu posisiku tidak memungkinkan melakukannya."

"Siapa bilang cinta pertamaku itu Hwan Gi? Cinta pertama Hwan Gi memang aku, tapi cinta pertamaku adalah Oppa gereja. Dia penyanyi dan pemain piano yang handal. Dia sangat mempesona."

"Begitu."

"Apa hanya Hwan Gi yang ada di pikiranmu? Kau kan tidak dalam posisi yang tepat melakukannya. Bagaimana bisa kau tetap memikirkan dia?"

"Benar-benar.... Berhentilah mengolok aku!"

"Seperti "Romeo dan Juliet". Aku tidak ingin menyaksikan kisah cinta tragis ini. Kalian berdua saling memikirkan. Aku iri pada kisah cinta dramatismu."

"Bukan begitu."

"Kau sudah dengar Hwan Gi menjalankan perusahaan sendirian, 'kan? Kau akan menyerah seperti ini? Tidak bisakah kau memaafkan dia?"

"Um... Bukan aku tidak bisa memaafkan dia. Aku bisa. Aku bahkan sudah memaafkannya. Namun, sekarang ini aku belum sanggup menemui dia. Orang itu masih memiliki seseorang yang harus dia lindungi selain aku."

Yoon Jung lalu mengajak Ro Woon pergi untuk melihat lukisan.


Sampai di galeri, Ro Woon terpisah dengan Yoon Jung. Daat itu ia melihat Hwan Gi datang, lalu ia buru-buru sembunyi. Pesan masuk dari Yoon Jung.

"Itu lukisan langka yang kudapat dalam karir sebagai kurator. Nikmatilah."


Ro Woon mengikuti Hwan Gi. Ro Woon berharap Hwan Gi menoleh sekali saja tapi Hwan Gi hanya diam mematung. Tapi sebenarnya, Hwan Gi melihat bayangan Ro Woon di kaca.

"Maafkan aku. Bisakah kau tetap berada di sana untuk sebentar saja? Agar setidaknya, aku dapat menatapmu seperti ini." Batin Hwan Gi.


Woo Il kembali ke panti asuhan. Dan saat ia bersih-bersih Hwan Gi datang. Hwan Gi mengomentari pekerjaan Woo Il yang buruk, tidak bisa membersihkan dengan sempurna.

"Kau sedang apa? Kenapa kau di sini? Bagaimana dengan perusahaan?"

"Kau meninggalkan kami begitu saja. Kenapa sekarang mencemaskannya?"

"Aku ingin lihat seberapa bagus kau tanpa aku. Masa kau sudah kabur?"

Sejujurnya, Hwan Gi sedikit pusing karena keberadaan Woo Il sulit terganti. Woo Il senang akhirnya Hwan Gi bisa menyadarinya.

"Tidak seorangpun memahamimu seperti aku. Kau satu-satunya... yang bisa menyampaikan pesanku."

"Lihat! Kau anggap aku penyampai pesan? Memang kau Presdir tunggal?"

"Aku tidak begitu, kok. Kau terlalu sensitif."

"Aku sensitif?"


Hwan Gi mulai bicara serius. Ia baru menyadari, pasti sulit selama ini bagi Woo Il mendengarkan orang keras kepala seperti dirinya dan berdiri di hadapan banyak orang. Maksudku adalah... Jika bukan karena Woo Il, ia tidak akan bisa sejauh ini. Ia berterima kasih pada Woo Il.

"Kau sadar ini pertama kalinya? Sebelumnya kau tidak pernah berterima kasih padaku."

"Benarkah?"

"Apakah itu... Apakah sulit sekali mengatakannya? Kenapa butuh waktu lama?"

"Apa? Memang penting sekali, ya? Kenapa tidak merelakannya saja, sih?"

"Apa maksudmu? Aku tidak mau. Bagaimanapun, aku tetap tidak bisa kembali."

"Keluarlah. Ada orang lain yang ingin bertemu denganmu."


Saat Woo Il keluar, Yi Soo sudah menunggunya. Woo Il lalu membawa Yi Soo ke bawah pohon untuk bicara santai.

Yi Soo sebenarnya merasa sungkan menemui Woo Il seperti ini. Woo Il malah sebaliknya, ia merasa senang dan lapang. Yi Soo lega mendengarnya.

"Selama ini, aku beban untuk Oppa, 'kan?"

"Bukan itu maksudku."

"Tidak apa-apa. Aku akhirnya berkaca. Aku juga mulai menguatkan diri. Selama ini, sulit bagiku sekedar melihat pantulan cermin. Ada bagian diriku yang tersembunyi dari Oppa. Akan kutunjukkan sekarang."


Yi Soo mengakui bahwa dirinya terus menyakiti diri sendiri sekian lama. Ia melakukannya untuk bertahan hidup. Woo Il masih bisa tersenyum walaupun ia tidak mengerti maksud Yi Soo.

"Tiga tahun lalu, akulah orang terakhir yang bertemu Nona Chae. Aku mengatakan akan bunuh diri jika kehilangan Oppa."

Woo Il terkejut mendengarnya. Lalu ia teringat luka di pergelangan tangan Yi Soo, apakah itu?

"Oppa mungkin orang yang menarik pelatuk pistolnya(memicu masalah), tapi jelas aku... yang menembakkan pelurunya."

Yi Soo memegang tangan Woo Il. Ia ingin Woo Il berhentilah merasa bersalah sekarang, tidak apa berhenti merasa bersalah tentang Ji Hye.

Woo Il masih belum bisa meredakan keterkejutannya, rasanya sulit memercayai semua itu, kenapa Yi Soo melakukan hal seperti itu? Kenapa?

"Selama ini aku diam melihat Oppa menderita. Maafkan aku... tidak bisa mengatakannya lebih awal."

"Apa itu karena aku? Aku membuatmu kesulitan?"

"Oppa bisa bebas dariku sekarang. Bebaskan diri dari ayahku juga. Jadilah Kang Woo Il yang sesungguhnya. Tempat ini tidak cocok untukmu."


Yi Soo memeluk kakaknya erat setelah mengatakan semua itu. Ternyata mengatakan semuanya tidak sesulit yang ia bayangkan. Hwan Gi menenangkan, tidak apa, segalanya akan baik-baik saja.

"Aku serius. Aku merasa sangat lega. Mengungkap segalanya... dan membebaskan diriku... rupanya sangat melegakan."

"Bagus. Kerja bagus, Yi Soo."

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search