-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 8 Part 2

- Februari 27, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 8 Part 2


So Joon membaca buku panduan menikah Ma Rin yang ada di meja ruang tamu. Di setiap halaman ada catatan Ma Rin.

"Jangan hanya mengatakan apa yang kau mau. Dengarkan Deokbang juga dan tunggulah."

"Kalaupun kalian bertengkar dan sangat marah, pastikan untuk selalu bicara. Tapi, tidak ada yang perlu kami pertengkarkan."


So Joon membayangkan saat Ma Rin menulis catatan itu,

"Katakan banyak hal yang bisa menyemangati dan memberinya kekuatan. Deokbang, kau adalah yang terbaik. Luar biasa!"

Di buku itu juga ada pertanyaan Ma Rin mengenai So Joon selama ini, "Kenapa ada koran tahun depan di rumah kita? Apa dia mata-mata?"

Sampai So Joon membaca catatan di halaman terakhir, "Aku menikahi seorang pria yang aneh". Ma Rin bisa mengesampingkan pemikiran itu, tapi timbul pertanyaan dalam benaknya, apakah So Joon benar-benar mencintainya?

Semuanya terlalu sempurna, tapi kenapa Ma Rin masih merasa kosong. Ma Rin sangat bahagia, tapi kenapa ia tidak merasa senang sepenuhnya. Ma Rin teringat kata-kata So Ri kalau pasangan yang biasa menggunakan kamar terpisah akhirnya pisah kamar selamanya.

Ma Rin memutuskan untuk melakukan nasehat So Ri. Bersikap lembut, tapi menggoda.

Ma Rin keluar kamar dan So Joon cepat-cepat membuang buku itu ke kolong meja. Ma Rin melancarkan tujuannya untuk merayu So Joon dengan memanggilnya darling. So Joon mengalihkan pembicaraan, akan menyalakan TV tapi Ma Rin melarangnya.

Ma Rin memegang wajah So Joon dengan kedua tangannya, menyuruh So Joon hanya menatapnya saj karena So Joon bilang tidak bisa menyingkirkan tatapan darinya. So Joon bilang ia membuat meleleh. So Joon terkejut, ia sampai menelan ludah. Bahkan Ma Rin berbisik di telinganya juga.

Ma Rin sangat malu, ia meminta So Joon untuk memeluknya tapi So Joon malah tegak seperti kayu. So Joon lalu menjelaskan kalau ia tadi sedang mencoba mengklarifikasi soal preferensi seksualnya pada Gun Sook. Dan juga, ia ingin menunjukkan tentang hubungan mereka...

"Ayolah.." Sela Ma Rin.

"Apa?"

"Tepuk punggungku. Lakukanlah."

So Joon melakukannya tapi hanya dua kali tepukan, ia buru-buru bangkit untuk mengambil bir kesukaan Ma Rin. Ma Rin menarik tangan So Joon, ia tidak mau melakukannya sambil mabuk.

"Mabuk saat melakukan apa?" Tanya So Joon.

Ma Rin pura-pura sakit kaki, ia berbaring dengan posisi menggoda. Ia meminta So Joon untuk memijatnya soalnya punggungnya juga pegal. So Joon menawari untuk memanggil seorang tukang kusuk Thailand. Ma Rin langsung bangun, tidak separah itu kok.

"Apa kau sedang menggodaku?" Tanya So Joon.

"Tidak. Apa aku kelihatannya sedang berusaha menggodamu?"

"Oh, tidak. Tidak begitu sih, kelihatannya. Aku tidak akan melakukan apa-apa kalau kau melarangnya. Aku hampir saja salah paham. Kau kelihatan sangat tidak sabaran."

"Bukan begitu."

So Joon menyalahkan dirinya sendiri yang berpikiran jorok, lalu ia cepat-cepat masuk kamar. Ditinggal sendirian, Ma Rin melampiaskan kekesalannya dengan meninju bantal sofa.

Di dalam kamar, So Joon menonton video mimosa. So Joon sejatinya tadi menahan setengah mati sampai hampir tidak bisa menahannya lagi. Ia memaksa dirinya untuk menahan karena ia pria sejati.

Ma Rin merasa malu sekali, jadi ia melakukan holla hop di luar untuk meredakannya. Tapi hanya sebentar, ia kembali masuk.


Ma Rin mulai bekerja di Happiness, kali ini ia datang ke pembangunan Rumah Cinta yang paling besar selama ini. Ma Rin memuji Tuan Shin yang terbaik.

Manager Chae mengatakan bahwa ada seorang yang secara khusus menyumbang banyak sekali, ia tidak tahu dia siapa tapi semua ini berkat bantuannya yang banyak. Ma Rin dan Tuan Shin tahu kalau penyumbang yang dimaksud adalah So Joon.


So Joon makan bersama Se Young, Ki Doong menelfonnya tapi tidak ia jawab karena situasinya yang tidak memungkinkan untuk menjawab telfon.

"Apa yang dikatakan ayahmu? Dia pasti sangat kecewa." Tanya So Joon.

Se Young akan mengatakan pada Ayahnya pelan-pelan. Ia bercanda, harusnya So Joon merasa terhormat karena So Joon adalah orang pertama yang ia beritahu. Se Young akan berangkat dalam sebulan.

So Joon terkejut karena itu terkesan buru-buru. Se Young mengatakan kalau perusahaan di Jepang sedang buru-buru.

"Bagaimana kalau setelah kau ke sana kau malah mengalami kesulitan? Bagaimana kalau pekerjaannya hanya tipuan?"

"Perusahaan itu adalah perusahaan kecil milik Seniorku di sekolah dulu. Lumayan stabil dan bagus."

"Apa dia orang baik? Apa dia pernah memukulmu waktu kau masih di sekolah dulu?"

"Dia punya tiga anak perempuan. Dia sama jujurnya dengan ayahku."

So Joon pun tidak melarang Se Young sungguh ingin pergi. Se Young memang akan pergi kalau bisa ia ingin pergi lebih jauh lagi malah.


So Joon membahas kalau Se Young makan dengan terburu-buru dan pergi dengan terburu-buru juga. Se Young meminta So Joon bilang kalau So Joon merasa sedih melepas kepergiannya, walaupun So Joon tidak merasa demikian tapi ia ingin So Joon mengatakannya saja.

"Kau harus mencari kehidupan yang kau inginkan. Karena kau mau pergi, pergilah dengan perasaan senang. Kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu di Jepang, kembali sajalah ke sini." Jawab So Joon.

Se Young memanggil So Joon dengan serius, bahkan ia berhenti beberapa saat setelah So Joon menyahut. Tapi selanjutnya ia malah meminta makanan So Joon. So Joon menyuruh Se Young memesan yang baru jangan mengambil miliknya.

"Tidak apa. Waktu kecil kita juga saling berbagi ramen. Kita bahkan makan satu permen yang sama."

"Itu kan dulu, waktu kita masih sama-sama anak kecil."

"Anak kecil itu kan kau juga. Ya, aku menganggap dirimu dulu adalah dirimu yang sekarang juga. Kau membicarakan masa lalu seolah itu tidak ada artinya bagimu. Apa artinya semua kenangan kita?"


So Joon memasang kamera CCTV disetiap susut rumah Ki Doong mulai dari pintu depan. Dan hanya kamar Ki Doong saja yang tidak ia pasangi kamera. Ki Doong mengancam, So Joon mau pindah sendiriatau ia usir.

"Apa kau melakukan hal-hal aneh di ruang tamu?" Tanya So Joon.

"YA, aku melakukan banyak hal aneh! Aku suka hal-hal aneh! Aku sering melakukannya dan sangat menikmatinya!Kenapa? Karena ini adalah rumahku."

"Berapa lama kau berencana akan hidup begitu?"

Ki Doong khawatir, jangan-jangan So JOon punya penyakit suka mengintip? Apa So Joon tertarik pada kehidupan pribadinya? Apa So Joon psiko?

So Joon menjelaskan kalau ia bertemu Ki Doong di masa depan pada tanggal 3 Desember. Ki Doong mengingatkan kalau ia tidak tertarik dengan dunia masa depan itu.

"Kau bicara omong kosong dan bilang kalau aku harus berpisah dengan Ma Rin. Kau bilang setelah kami menikah, segalanya tidak berjalan dengan baik. Tapi.. Aku merasa tidak bisa melakukan itu. Aku tidak bisa membiarkan semuanya jadi buruk
dan tidak bisa berpisah dengan Ma Rin. Aku tidak akan pernah lari."


Ki Doong bertanya, kenapa So Joon harus lari. So Joon juga belum tahu alasannya, makanya ia memasang CCTV untuk mencaritahu semuanya.

So Joon membuat folder bernama "Koot Soon", ia meminta Ki Doong menyimpan semua rekaman CCTV ke folder tersebut. Ia berharap bisa tahu apa yang terjadi dari rekaman tersebut.


Ki Doong mengantar So Joon keluar. So Joon berterimakasih pada Ki Doong sampai ia memeluk Ki Doong.

"Kau pasti sangat bahagia punya teman sepertiku. Kau hanya perlu merasa berterima kasih padaku seumur hidupmu."

"Kita lihat saja bagaimana kau menyelesaikan tugasmu."

So Joon pamit, ia akan memeriksa apakah Ki Doong menjalankan semuanya dengan baik. Ia akan memikirkan tentang ruang dan waktu untuk sementara. Ki Doong pusing mendengarnya dan menyuruh So Joon segera pergi saja.


So Joon baru melangkah tapi ia kembali lagi. Ia mengatakan pada Ki Doong kalau Se Young akan bekerja di Jepang.

"Kau harus menelponnya lagi nanti. Kita harus mengadakan pesta atau perjalanan perpisahan untuknya. Ayo persiapkan segalanya. Kita tidak bisa membiarkan dia pergi begitu saja."

Ki Doong sedih mendengarnya tapi So Joon tidak melihatnya karena So Joon buru-buru pergi. Ia memastikan sekali lagi kalau videonya harus di simpan ke file "Kkot Soon".


Ki Dong galau karena Se Young akan pindah. Ia memandangi foto mereka berdua sambil cemberut. Saat Se Young menelfon, ia malah melemparkan ponselnya ke meja. Ia tidak akan menjawabnya.


Se Young memilihkan sepatu untuk Ki Doong tapi Ki Doong menolaknya karena itu adalah kesukaannya So Joon. Se Young mendesah, harus ya Ki Doong bawa-bawa Yoo So Joon terus?

"Aku ke sini mau membelikanmu sepatu." Kesal Se Young.

"Makanya kubilang aku tidak mau. Kenapa mendadak mau membelikanku sepatu? Apa kau dengar sesuatu dari So Joon? Kalau aku memakai salah satu sepatunya?"

"Jangan bawa-bawa Yoo So Joon. Aku tidak suka melihatmu pakai sepatu lama itu. Apa kau kira aku membelikanmu karena aku menyukaimu? Astaga, rasanya aku sudah tak mau membelikanmu lagi."


Ki Doong protes, sepatunya masih bagus kok. Se Young memukulnya untuk segera memilih satu. Ki Doong mengambil satu sepatu tapi Se Young tidak setuju. Ki Doong pergi, ia tidak mau sepatu.

"Kembalilah sampai hitungan ketiga. Satu, dua.."

Ki Doong pun kembali dan membuat Se Young tersenyum dan Se Young tetap memaksa untuk membelikan sepatu yang dipilihnya tadi.


Ki Doong sama sekali tidak merasa berterima kasih, tapi.. terima kasih, ia akan memakainya. Se Young protes, apa ia masih saja dimarahi meskipun sudah membelikan Ki Doong sepatu. Ki Doong menoleh ke arah Se Young. Se Young meminta Ki Doong melupakan masalah sepatu dan pergi makan saja.

"Tidak, aku tidak mau. Sampai jumpa lain kali." Jawab Ki Doong.

"Kau bahkan tidak mau membelikanku makanan?"

"Bukannya kau membelikanku sepatu agar kau bisa menghilang? Kalau kau mau bicara soal Jepang saat makan malam nanti, lupakan saja. Aku sudah tahu. Aku dengar dari So Joon."


Se Young heran, kenapa Ki Doong tidak mengatakan apa-apa malah sepertinya semua yang Ki Doong ucapkan sejak tadi adalah ungkapan kemarahannya. Ki Doong tahu kalau sepatu itu adalah hadiah perpisahan. Se Young membenarkannya, tapi apa salahnya?

"Jadi, ya terima kasih. Aku akan memakainya dengan baik. Kau keren. Semoga kau sukses."

"Aku tidak paham kenapa kau bicara dengan cara itu. Kenapa kau marah padaku?"

"Apa yang salah dari ku? Aku kan bilang terima kasih! Kubilang sampai jumpa. Terima kasih dan sampai jumpa! Apakah aku harus bersikap emosional hanya karena kau membelikanku sepatu?"


So Joon sampai di masa depan, ia membuka folder "Kkot Soon" tapi cuma sampai bulan oktober saja, ia menduga Ki Doong malas melakukannya tapi walaupun begitu, ia tetap memindah rekaman itu ke dalam Flashdisk-nya.


Sebelum kembali So Joon hendak membeli pasta kacang merah untuk Ma Rin. Ia masuk ke kedai dekat rumah Ki Doong tapi penjualnya tidak ada, ia pun kembali ke luar dan saat itu Ma Rin melihatnya.

"Kau bukan So Joon yang kukenal, kan? Kau dari masa lalu, kan?" Tanya Ma Rin.


Ma Rin sudah tahu kalau So Joon adalah penjelajah waktu. So Joon terkejut tapi tambah terkejut lagi karena Ma Rin bersikap dingin padanya.

"Apa aku yang membuatmu begini? Apa yang salah dengan kita?" Tanya So Joon.

"Apa ada alasan lain yang membuat kita jadi begini? Perasaan kita jadi dingin satu sama lain."

"Aku seharusnya tidak bertanya. Aku sama sekali tidak penasaran. Masa depanmu juga akan berubah. Saat kau bangun, rasanya seperti tidak ada hal buruk yang terjadi. Aku akan ada di sisimu. Kau tidak akan ingat bertemu denganku di sini. Dirimu yang membenciku, tidak akan ada lagi."

"Apa kau masih melakukannya? Kita harusnya tidak usah bertemu. Kau dan aku.. tidak ditakdirkan untuk bertemu. Kaulah yang memaksa untuk mengubah masa depan. Makanya hal ini bisa terjadi."


So Joon tidak mau karena ia menyukai Ma Rin. Ia takut Ma Tin akan berubah jadi seperti ini. Makanya ia bersikap sangat hati-hati pada Ma Rin belakangan ini. Ia takut Ma Rin akan membencinya. Tidak, ia takut Ma Rin akan terluka. Ia hanya mencoba berhati-hati soal segalanya. Tapi.. tetap saja.. ia merasa bahagia.

Hal yang sekarang So Joon yakini tentang Ma Rin adalah bahwa ia benar menyukai Ma Rin. Ia tahu ia akan menyukai Ma Rin di masa depan. Ma Rin sekarang bicara seolah-olah tidak ada yang Ma Rin ingat dari kenangan Mereka. Makanya ia mengatakan ini pada Ma Rin.

Ma Rin kembali menunduk, ia menghapus airmatanya, "Aku ingat. Walaupun hanya sekejap."

"Saat itu.. adalah segala-galanya bagi diriku yang sekarang."

Ma Rin meminta So Joon untuk melarang Se Young pindah ke Jepang, hanya itu yang bisa ia katakan pada So Joon.


So Joon kembali ke masa-nya dengan sedih. Saat ia turun, pesan Ma Rin masuk yang memintanya untuk menjemput karena Ma Rin sekrang sedang tidak di Seoul. So Joon panik dan langsung menelfon Ma Rin. Ma Rin ternyata masih di sana dan So Joon langsung meluncur ke sana.


Ma Rin ada di bangunan Rumah Cinta Happiness, ia menyalakan api unggun. So Joon lega setelah melihat Ma Rin baik-baik saja. Ma Rin sengaja menunggu So Joon dan ingin membuat suasana jadi romantis dengan api unggun.

"Apa kau sedang syuting film horor? Suasana romantis macam apa yang bisa didapatkan di lokasi konstruksi? Apa yang kau lakukan?"

"Menyenangkan bukan?"

"Kenapa kau sendirian di sini? Perempuan macam apa yang tidak penakut dan duduk di sini sendirian?"


Ma Rin mengatakan kalau rumah dibelakang So Joon itu bisa dibangun berkat So Joon. Ia mau So Joon datang dan melihatnya. Usaha So Joon banyak dikerahkan untuk menyumbang dan Ma Rin rasa So Joon tidak akan datang kalau ia tidak melakukan trik. Ia bahkan menolak tumpangan dari Tuan Shin.

"Tetap saja, kau mana boleh duduk di lokasi konstruksi macam ini sendirian."

"Berhenti mengajariku, oke? Di sini sangat menyenangkan."

"Aku lega karena tidak terjadi sesuatu padamu."


So Joon bertanya, apa Ma Rin mulai bekerja di sana. Ma Rin mengiyakan, ia akan mengumpulkan foto-foto selama pembangunan gedung itu. Perusahaan akan menggunakannya untuk promosi dan akan ada foto pameran juga di akhir tahun.

"Sepertinya kau akan bekerja secara resmi di Happiness."

"Ya, ada banyak kesempatan untuk menghasilkan foto-foto yang bagus di sini karena itu juga sangat penting bagimu. Aku akan bekerja untuk usaha keluarga. Oh, bukankah aku adalah menantu keluarga Yoo yang sangat baik?"

Ma Rin lalu memberikan kentang yang dibakarnya di api unggung untuk So Joon.


So Joon ingin melihat foto-foto yang diambil Ma Rin hari ini. Ma Rin mengatakan kalau ia menghabiskan waktu untuk lebih akrab dengan kru konstruksi hari ini. Tapi Ma Rin masih menyimpan foto saat acara pembukaan yang ke-30. Ia menunjukkan foto itu pada So Joon.

So Joon berhenti saat melihat foto kakek dan nenek. Ma Rin berharap mereka bisa menua bersama seperti kakek dan nenek. So Joon juga memikirkan hal yang sama.


"Menikah adalah sesuatu yang luar biasa. Kita sama sekali tidak saling kenal beberapa bulan lalu. Sekarang, kita sedang merencanakan masa depan bersama-sama. Walaupun Aku sudah jadi nenek-nenek tua, kau akan tetap ada di sisiku. Aku merasa itu adalah hal yang luar biasa."

"Aku tahu." Jawab So Joon tapi ingatan soal Ma Rin tadi di masa depan membuatnya sedih.

Ma Rin kembali bertanya, menurut So Joon seperti apa mereka saat tua nanti. Ia harap bisa naik mesin waktu dan melihatnya sendiri sekarang. Ma Rin tertawa membayangkannya.

"Deokbang. Apa yang akan kau lakukan kalau kau bisa pergi ke masa depan? Saham? Lotere? Ah... Kau bisa melihat lahan mana yang akan naik harganya di masa depan. Itu kan pekerjaanmu."

So Joon menyuruh Ma Rin diam dan ia menyentuh pipi Ma Rin, karena tadi dimasa depan ia tidak bisa mengusap airmata Ma Rin jadi ia lakukan sekarang. Ma Rin yang tidak tahu apa-apa, merasa ada kotoran di pipinya.

"Apakah aku kelihatan kotor?" Tanya Ma Rin.

"Tidak. Kau kelihatan cantik. Kau sangat imut. Aku harap setiap hari akan terus seperti ini."

"Aku juga."


Ibu masak di rumah. Ma Rin yang baru datang dengan So Joon sangat terkejut melihatnya. Ibu seperti biasa bersikap sangat manis pada So Joon. Ma Rin heran, bagaimana ibunya bisa masuk?

"Putraku memberikannya waktu tu. Oh, Putra Ibu ingin Ibu masuk ke rumah dengan nyaman kapanpun Ibu mau, ya kan?"

"Ya, aku memberikan satu kunci pada Ibu. Aku melakukan hal bagus, kan?"

Ibu lalu menyuruh So Joon mandi karena ia sudah memasak. So Joon sangat senang dan buru-buru masuk ke dalam.


Ma Rin melarang ibunya masak apapun tapi semuanya sudah terlanjur. Ada satu yang tidak ibu beli, Jjapcae. Ibu lalu menyuapkannya pada Ma Rin.


So Joon sangat antusias dengan masakan ibu mertuanya. Ia semangat makan suapan pertama tapi ia terdiam karena rasanya.

"Ada apa? Apa ada yang salah?" Tanya Ibu.

"Tidak. Ini sangat enak." Jawab So Joon.

"Jujur saja padanya. Ibu harus tahu yang sebenarnya." Ucap Ma Rin.

"Oh, sepertinya Ma Rin belajar masak dari Ibu." Kata So Joon.

"Masakanku seenak itu?" Tanya Ibu bersamaan dengan Ma Rin.

"Apa masakanku seburuk itu?" Tanya Ma Rin bersamaan dengan Ibu.

So Joon menjawab kalau dua-duanya enak. So Joon makan supnya, ia berkata kalau rasa supnya sangat unik dan moderen, eperti sebuah karya seni, luar biasa. Ibu tersenyum senang karena sanjungan So Joon itu.

Ma Rin menawari ibunya untuk menginap. Ibu tidak mengerti maksud Ma Rin sampai Ma Rin menendang kakinya di bawah meja. Ibu langsung mengiyakan. So Joon juga setuju karena ini sudah terlalu larut malam.


Ma Rin mengantar ibu ke kamar atas. Ibu merasa pasti ada masalah tapi Ma Rin mengelaknya. Ma Rin meyuruh ibu tidur nyenyak dan jangan turun ke bawah karena So Joon sangat gampang terganggu saat tidur.


Ibu senang bisa tidur di kasur yang nyaman. Tapi kemudian ibu menangis, ibu mengeluarkan foto dari dalam dompetnya.

"Kita menjadi orang tua namun tidak pernah melakukan apa-apa untuknya. Yang kita lakukan hanya membuatnya menderita. Sekarang anakmu tinggal di sebuah rumah yang besar. Dia tidak diberkati dengan orang tua yang baik, tapi dia diberi seorang suami yang baik."


Ma Rin mengajak So Joon tidur sekamar karena nanti ibunya bisa curiga kalau mereka tidur terpisah. So Joon setuju dengan alasan itu tapi ia mengepal senang saat menutup pintu. Ma Rin sebenarnya juga sengaja menyuruh ibunya menginap.


Mereka berdua sudah berbaring. So Joon melipat tangannya di atas perut dan mengucapkan selamat tidur Mimosa...

So Joon lalu menaruh tangannya ke samping dan tidak sengaja menyentuh tangan Ma Rin. Ma Rin merasa itu sinyal, ia akan memeluk So Joon tapi So Joon malah menghadap ke samping.


Ma Rin kesal dan ia terbangun. So Joon terkejut, kenapa. Ma Rin berkata kalau ia haus. So Joon menawari untuk mengambilkan minum tapi Ma Rin menolaknya, ia memilih untuk keluar sendiri.


Ma Rin kembali main hulahoop, So Joon menyusul karena Ma Rin terlalu lama. So Joon heran, kenapa Ma Rin melakukannya malam-malam. Ma Rin menyuruh So Joon membiarkannya saja karena ia terlalu bersemangat dan merasa panas.

"Tidur saja malam ini, supaya besok pagi kita.."

"Aku tidak suka pagi hari. Aku lebih suka malam."

"Baiklah, kalau begitu. Jangan berlebihan main hulahoop-nya. Katanya ususmu bisa rusak kalau melakukannya secara berlebihan."


So Joon akan kembali masuk ke dalam tapi Ma Rin memanggilnya. Ma Rin tidak mengerti kenapa So Joon keras kepala sekali. Memangnya berapa banyak isyarat yang harus Ma Rin berikan pada Soo Joon.

"Kau bilang kau minta isyarat kalau aku sudah siap untuk sekamar denganmu lagi. Haruskah aku benar-benar mengisyaratkan sesuatu? Ambil pena. Biar kubuat isyaratnya."

"Baiklah."

So Joon akan menuju ke dalam tapi ia berbalik lagi sambil tersenyum lebar. Ma Rin tahu kalau sedaritadi So Joon sedang pura-pura polos. Tadi So Joon memegang wajahnya yang sama sekali tidak kotor dan menatapnya terus.

"Kau yang membuat segalanya jadi begini. Apa kau sedang menggodaku?"

"Apa kau merasa tergoda? Aku tidak tahu." Jujur So Joon.


So Joon menanyakan perasaan Ma Rin yang sebenarnya, ia hanya ingin dengar langsung dari Ma Rin.

"Aku mencintaimu. Semua rahasia yang tidak bisa kau beritahukan padaku itu.. Aku sudah tidak penasaran sama sekali. Aku mencintaimu, tidak peduli apapun. Aku mencintaimu, Yoo So Joon. Kau bisa memilikiku. Aku juga ingin memilikimu."

Ma Rin melingkarkan lengannya di leher So Joon dan menciumnya. So Joon pun membalas ciuman Ma Rin.


Ibu sudah tertidur dan foto yang dipegangnya terjatuh. Itu adalah foto keluarga saat Ma Rin masih bayi. Tapi... apakah itu adalah Doo Sik?


So Joon membawa Ma Rin ke dalam, ia tersenyum lebar begitupula dengan Ma Rin.

"Apakah hari esok akan sebahagia ini?" Batin So Joon.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search