-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 8 Part 1

- Februari 26, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 8 Part 1


So Joon sampai di rumah sakit, ia merasa sudah menghancurkan saat-saat terakhir hidup kedua orang tuanya. Saat mereka melihatnya lari, mereka merasa sangat kecewa padanya.

Saat itu ibunya bertanya. ia mau kemana dan ayah khawatir, apa ia punya uang?


"Dalam keadaan seperti itu, hidup mereka.. mendadak harus berakhir. Akulah yang menyebabkan semua itu."

"Kata siapa? Di saat terakhir mereka, yang mereka pikirkan pastilah, "Alangkah bagusnya". "Alangkah bagusnya anak kita turun dari kereta". Itulah yang mereka pikirkan saat itu."

So Joon menghapus airmatanya. Ia telah hidup dengan baik.. dan entah bagaimana ia akan mendadak teringat dengan kejadian itu. Dan saat itu ia akan merasa sangat membenci dirinya sendiri. Ia membuka Happiness demi mengurangi rasa bersalahnya karena impian orang tuanya adalah membuat Happiness semakin besar.

"Aku memulainya karena rasa bersalah. Berpura-pura menjadi orang baik bukanlah sesuatu yang ingin kulakukan."

"Aku mengerti semuanya. Tapi, itu bukan salahmu."

"Ini adalah salahku."

"Itu bukan salahmu."

"Ini adalah salahku."

Ma Rin mengatakan kalau So Joon juga korban. So Joon kehilangan keluarganya juga. So Joon hanya melakukan sesuatu yang kekanak-kanakan. Kecelakaannya kebetulan terjadi di saat seperti itu. Benar, So Joon juga merupakan korban.



So Joon banhkit, ia ingin berhenti membicarakan masalah itu. Ma Rin minta maaf karena malah membuat So Joon teringat masa-masa sulitnya. So Joon hanya bisa mengatakan rahasinya sejauh itu pada Ma Rin. Ia mengakui kalau ia menyimpan rahasia dari Ma Rin, ia mengalami suatu kejadian yang tak akan bisa a Rin percaya. Jadi untuk saat ini, hanya itulah yang bisa ia katakan pada Ma Rin.


"Bisakah kau menerima itu dan menungguku?"

"Sampai kapan?"

"Aku tidak tahu. 25 Maret 2019."

"Apa?"

Akan ada pesta kembang api malam itu. So Joon mengajak Ma Rin untuk melihatnya bersama-sama. Mereka akan melihat kembang api sepanjang malam. Setelah itu.. ia akan menceritakan semuanya pada Ma Rin.

Ma Rin bertanya, sesuatu yang tak bisa So Joon katakan padanya itu bukan sesuatu yang harus dicemaskan, kan. Tidak seperti kejadian di Namyeong, So Joon pastikan tidak akan ada penyelesalan setelahnya.

"Jadi, percayalah padaku."

"Masih lama sekali. Kapan katamu?"

"2019. Tanggal 25 Maret."


Ma Rin diperbolehkan pulang, Mereka membawa bunga itu. Ma Rin mengajak So Joon mampir ke suatu tempat dulu sebelum pulang. Ke tempat itu.


Ma Rin meletakkan bunga di tugu para korban kecelakaan Namyeong. Ia memejamkan mata beberapa saat membuat So Joon bertanya. Ma in mengatakan kalau ia membuat permohonan agar segalanya berjalan baik untuk So Joon.

"Memangnya mereka Tuhan?"

"Maaf karena aku tidak mengenali mereka sebelumnya. Aku hanya mau melucu. Tidak bisakah kau mengikuti permainanku?"


So Joon kemudian maju, ia mengajari Ma Rin apa yang seharusnya Ma Rin katakan pada mertua, "Aku akan bersikap baik pada So Joon selamanya". Ma Rin bertanya, apa ada lagi?

" "Aku tidak akan sakit dan tidak akan masuk rumah sakit lagi". "Aku akan pastikan anakmu tidak akan cemas karenaku". "

Ma Rin tersenyum dan So Joon melirik Ma Rin. Ia lelu pergi, ngapain juga ia harus mengharapkan hal semacam itu dari Ma Rin?


Ma Rin mengejar So Joon dan langsung naik ke punggung So Joon manja.


Ma Rin merasa sangat senang bisa kembali ke rumah. Sedaritadi Ma Rin tersenyum memandangi So Joon membuat So Joon heran. Ma Rin hanya merasa aneh. Tahu kan, orang sering merasa kalau diri mereka terlahir kembali. Dan Ma Rin merasa So Joon dan dirinya terlahir kembali. Ia merasa apapun yang mereka lakukan pasti akan berhasil. Hanya akan ada hal baik yang terjadi, ia merasa begitu. Menyenangkan sekali.

"Aku akan memperlakukanmu dengan lebih baik." Janji So Joon.

"Terima kasih sudah mengatakan itu. Kalau begitu aku tidak akan menggunakan kamar sempit itu lagi."

"Tentu saja tidak. Kau akan menggunakan kamar kita. Aku yang akan pakai kamar yang kecil."


Ma Rin terkejut, ia membatin, jadi So Joon masih mau pisah kamar. So Joon tidak bisa nyaman membiarkan Ma Rin tidur di kamar yang sempit.

"Kenapa kau begini? Bukannya kita sudah baikan?" Batin Ma Rin.

Hanya karena So Joon memberitahu Ma Rin lebih banyak tentang dirinya, So Joon tidak berpikir Ma Rin sudah reda dari kemarahannya. Wanita tidak sesimpel pra.

"Memang apa bedanya? Sama-sama punya dua kaki dan dua tangan." Pancing Ma Rin.

"Apa kau tahu apa itu mimosa?"

"Tidak. Apa itu? Ular? Ular berbisa?"

"Itu adalah tumbuhan yang sangat sensitif kalau kau menyentuhnya. Aku memutuskan untuk menganggapmu sebagai mimosa (tumbuhan putri malu). Aku akan berhati-hati seolah kau adalah sebatang mimosa. Aku tidak akan menekanmu dan memaksamu. Aku janji."


Ma Rin heran, bukannya So Joon tidak tahu soal tanaman, jadi dimana So Joon belajar soal mimosa. So Joon berkata kalau ia bisa menahan diri dan menunggu Ma Rin sekarang. Jadi ia meminta Ma Rin memberi isyarat saat Ma Rin sudah siap untuk menggunakan satu kamar bersama-sama.

Ma Rin menjawab "iya" dengan menggumam. So Joon lalu mengajaknya pinky swear. Ma Rin menanggapinya dengan malas. Bahkan So Joon menyarankan untuk menulis kontrak yang langsung ditolak oleh Ma Rin.


Di kamar, So Joon memuji dirinya yang keren sekali, sangat bisa diandalkan dan sangat bijaksana. Ia sampai heran, bagaimana dirinya bisa punya ide seperti ini?

"Hei, So Joon. Karakter yang baik akan menciptakan cinta." Ucapnya untuk diri sendiri.


Ma Rin malah merasa sebaliknya. Kalau sudah berbaikan, mereka seharusnya sekamar lagi. Semua ini benar-benar aneh. Ia heran, kenapa mimosa mendadak muncul di kepala So Joon. Ma Rin pun membuka internet untuk mencari apa itu mimosa.

Ma Rin menemukan sebuah video yang menjelaskan tanaman mimosa itu. Daunnya mirip putri malu, jika disentuh akan mengatupkan daunnya.


Young Jin mengajak Doo Sik ke lokasi. Ia berani jamin, tempat itu akan berubah menjadi emas dan hampir semua investornya merasa yakin soal itu. Young Jin menyarankan Doo Sik untuk segera bertindak.

"aku sudah memikirkannya. Tinggalkan perusahaanmu yang sekarang. Dan aku akan.." Ujar Doo Sik.

Young Jin mengingatkan Doo Sik apa yang sudah ia katakan waktu itu, ia tidak akan meninggalkan perusahaan. Doo Sik tidak mau karena tidak ada jaminan akan investasinya, toh ia juga tidak butuh semua itu.

"Guru, sejujurnya.. aku tidak tahu kenapa kau berkeras mau membantuku membuka perusahaanku sendiri. Kenapa kau menolong dan menyemangatiku? Bisa aku tanya alasannya?"


Doo Sik menjawab kalau ia ingin memberi Young Jin kesempatan. Doo Sik melihat Young Jin adalah seorang pria yang berambisi, jadi ia akan membantu Young Jin untuk tumbuh dan menjadi sukses.

"Kau hampir kedengaran seperti dukun."

"Aku memang bisa melihat masa depan. Coba kulihat kau. Wow, Direktur Kim. Aku adalah harapan terakhirmu, Direktur Kim."

Doo Sik ternyata datang dengan membawa sebagian uang deposit kontraknya di dalam tas. Semua itu uang tunai, totalnya hampir mencapai 1 miliar won. Doo Sik melakukan itu agar Young Jin tidak curiga padanya, ia berjanji akan memberikan sisa 9 miliarnya nanti. Tapi ia tetap pada syarat pertamanya, saat kontrak tanahnya sudah dalam proses, Young Jin harus meninggalkan Myreits.

"Bagaimana menurutmu? Apa kau mau pulang dengan tas itu, atau dengan tangan kosong?"

Young Jin kelihatan ragu, Doo Sik memancing dengan berkata tidak akan melakukan investasi. Young Jin cepat-cepat mengubah pikirannya, ia setuju dengan syarat Doo Sik dan berjanji akan bekerja dengan baik.


Di dalam mobil, Young Jin menertawakan Doo Sik, memberinya kesempatan? HAHAHA Yang benar saja. Sek. Hwang bertanya, apa Young Jin akan pindah dengan Doo Sik (yang mereka kenal dengan Pak Jang Ho).

"Ya, permainan yang sebenarnya akan segera dimulai. Kau harus fokus sekarang dan berhati-hatilah pada setiap ucapanmu."

"Ya. Tentu saja, Direktur. Aku akan melakukan yang terbaik."

Young Jin kembali duduk santai, "Yoo So Joon. Yoo So Joon. Kau sudah cukup banyak menikmati sahammu, bocah kunyuk. Kau bisa berhenti sekarang. Ini giliranku."


Ma Rin bangun pagi dengan rambut berantakan. Ia sempoyongan menuju kamar mandi. Ternyata So Joon sudah bangun duluan dan sedah selesai mandi, So Joon menyanyi dengan lirik "Aku harus kelihatan tampan di depan mimosa-ku."

Ma Rin bersembunyi sampai So Joon kembali ke kamarnya. Setelah itu Ma Rin baru ke kamar mandi untuk keramas.


So Joon mengirim pesan untuk menanyakan apa Ma Rin masih tidur atau tidak.

"Ya, Kkot Soon bangun sekarang, nih. Astaga aku mengantuk sekali." Balas Ma Rin.

Ma Rin kemudian memilih baju seksi untuk merayu So Joon.


Ma Rin memamerkannya pada So Joon tapi So Joon malah mengajaknya jogging dan memaksanya untuk ganti baju.

"Tidak, aku tidak suka olah raga. Aku hanya olahraga dua kali dalam setahun." Tolak Ma Rin.

"Dan satu harinya jatuh pada hari ini. Ganti baju sana."

"Bagaimana kalau olah raga di dalam rumah saja jangan di luar rumah."

"Di rumah? Aku juga mau sih, tapi lebih enak joging di luar. Baiklah. Sana ganti baju. Cepat."


So Joon hanya mematuhi kata dokter. Mulai sekarang ia akan menemani Ma Rin olahraga setiap pagi. Ma Rin mengira So Joon tidak suka olahraga karena tidak pernah melihat So Joon olahraga. So Joon membenarkan, karena itu ia akan berusaha keras mulai sekarang.

"Tidak baik kalau seseorang berubah secara mendadak. Kenapa sih ada orang yang bilang kalau seseorang berubah mendadak itu artinya dia mau meninggal? Bisakah kita hidup dengan damai saja? Aku suka semuanya apa adanya." Kata Ma Rin sembari lari.

"Kalau kau punya banyak tenaga untuk bicara, pakai saja itu untuk lari. Ayolah. Lari!" Ajak So Joon.

Ma Rin sangat kelelahan tapi So Joon kelihatan sangat bersemangat.


Ma Rin bercerita pada So Ri mengenai So Joon. So Ri menjawab, mungkin saja So Joon tidak bernafsu secara seksual pada Ma Rin. Ma Rin mengira masalahnya bukan itu karena So Joon bersikap sangat baik padanya.

Obrolan mereka dipotong oeleh kedatangan anak-anak. So Ri menyuruh anak didiknya masuk dan berlatih piano duluan, nanti ia akan masuk.

"Kau kan pengantin baru, yang kudengar pengantin baru bisa 'melakukannya' di sela-sela waktu makan, dan di tengah malam. Juga, di atas mesin cuci."

Ma Rin membekap mulut So Ri, menyuruhnya bicara hati-hati karena ada anak-anak disana. Ma Rin menjelaskan, pengantin baru itu tidak menjadi budak nafsu. So Ri saja yang terlalu banyak menonton hal-hal aneh.

So Ri membantah, kakak-kakaknya yang menikah semua seperti itu. Mereka bilang nyaris tak ada jam istirahat. Mau itu siang atau malam, mereka hanya saling pandang satu sama lain. Mereka hanya akan buang muka sebentar kemudian saling tatap lagi. Setiap kali mereka saling tatap, mereka merasa sangat lelah sampai rasanya mau mimisan. Gila deh, pokoknya.

"Hentikan. Kau kelihatannya konservatif, tapi bicara soal ini kau malah bersemangat sekali."

"Itu karena aku kesepian."

"Aku juga kesepian. Sangat kesepian. Aku tidak perlu banyak. Aku hanya ingin berada di ranjang yang sama dengannya."

So Ri menyarankan agar Ma Rin jujur saja pada So Joon, tidak perlu menahan diri karena Ma Rin adalah wanita. Ma Rin menjawab kalau masalahnya bukan tentang wanita atau pria, ia hanya merasa Deokbang mendadak jadi sangat polos, sangat polos dan tulus. Seperti kemeja putih yang baru selesai disetrika, sepertinya ia tidak boleh mengotorinya sedikitpun, ia juga tidak boleh menyentuhnya. Ia merasa dirinya ini adalah benda yang bisa meninggalkan noda. Bagaimanapun akan aneh sekali kalau ia yang duluan mendekatinya. Sebelumnya ia juga sering menghindar.

"Pasangan yang terbiasa menggunakan kamar terpisah akan merasa nyaman lama kelamaan. Ternyata, banyak juga pasangan yang akhirnya pisah kamar selamanya." Kata So Ri.

"Benarkah?"

"Jadi, kalau kau merasa aneh karena bersikap terus terang padanya.. bersikap halus sajalah. Goda dia."

"Bagaimana caranya menggoda dengan halus?"


Manager Chae memanggil Se Young untuk menanyakan soal perkataan Se Young kemarin, apa itu sungguh-sungguh, apa Se Young benar.. akan berhenti?

"Ya. Untuk sementara tolong rahasiakan ini." Jawab Se Young.


Ki Doong bertanya, sepertinya So Joon sudah jarang berhubungan dengan Se Young belakangan ini. So Joon mengingatkan kalau ia ke Happiness kok untuk acara pembukaan.

"Kau tidak pernah bertemu dengannya secara terpisah, kan?"

"Hei, Kang Ki Doong."

"Apa?"

"Kalau kau pura-pura tidak bersalah, apa kau kira aku tidak akan tahu?"

"Apa maksudmu aku pura-pura tidak bersalah?"

"Kau berpur-pura tidak peduli, tapi kenapa? Hatimu tidak bisa menahannya, kan?"

"Kau ini ngomong apa, sih?"

"Oh, kau benar menyukainya ternyata."

"Hei. Jangan bicara omong kosong. Tidak peduli bagaimanapun, dia itu teman. Bagaimana bisa Se Young.."

"Tetap saja, kau mana bisa menyentuh anak-anakku sembarangan."

"Anak-anak?"

So Joon menyuruh Ki Doong melepas sepatunya selagi ia masih bersikap halus. Ki Doong baru paham maksud So Joon sekarang, padahal tadi ia sudah kelihatan cemas.


Ki Doong tidak mau melepasnya. So Joon bahkan tidak pernah memakai sepatu itu, iapergi ke masa depan berulang kali supaya bisa membelinya. Ki Doong berjanji tidak akan membuatnya kotor.

So Joon pun mengangangkat kaki Ki Doong karena kekeh tidak mau melepasnya. So Joon melakukannya sambil tarik ulur dan Ki Doong teriak karena punggungnya sakit. Tepat saat itu Sek. Hwang masuk, ia bingung harus bagaimana, pikirannya sudah kemana-mana sampai akhirnya So Joon melihatnya dan menegurnya.

"Kalau kau mau masuk tanpa mengetuk kenapa kau harus mengetuk lagi setelah masuk? Setidaknya, tunggulah selama 3 detik sampai aku meresponnya.

"Maafkan aku. Direktur Kim... Tidak ada apa-apa, kok. Anda bisa melanjutkan apa yang sedang Anda lakukan. Anda bisa bersikap lebih halus. Mungkin Saya harus menutup ini (tirai). Saya tidak melihat apa-apa, ya."


Setelah itu Sek. Hwang keluar dan So Joon baru melepaskan Ki Doong. Melihat reaksi Sek. Hwang, So Joon teringat soal pertanyaan Ma Rin, apa dirinya sedang berkencan dengan Ki Doong. So Joon langsung keluar untuk mengejar Sek. Hwang.


Sek. Hwang semakin yakin kalau So Joon sangat menyukai Ki Doong hingga melakukannya di tengah hari di dalam kantor, ia menyesal telah melihat hal itu.

"Sekretaris Hwang." Panggil So Joon.

"Ya, Presdir."

"Kenapa dengan ekspresi wajahmu itu? Kau sepertinya sedang membayangkan sesuatu. Apa yang sedang kau bayangkan?"

"Aku sedang membayangkan ibuku."

"Ibu?"

Sek. Hwang diselamatkan oleh kedatangan Young Jin.  So Joon bertanya pada Young Jin, apa Young Jin juga sedang membayangkan hal yang sama seperti Sek. Hwang. Young Jin tidak mengerti maksud So Joon.



So Joon menyuruh Ma Rin datang ke restoran. Setelah Ma Rin sampai, ia baru berkata kalau mereka akan bertemu seseorang. Ma Rin penasaran siapa orang itu, ia menebak, apa Ki Doong orangnya?

"Seseorang yang sudah membuat gosip tentang aku dan Ki Doong yang bahkan tidak mau kukatakan dengan mulutku sendiri."

"Gun Sook? Tapi, bagaimana kau bisa tahu kalau Gun Sook yang mengatakan itu?"

"Kau baru saja membenarkannya."

Ma Rin langsung tutup mulut. So Joon merangkul Ma Rin dan mengajaknya untuk menghukum Gun Sook.


Gun Sook membuka pembicaraan, ia menanyakan bagaimana hubungan So Joon dan Ma Rin selama menikah. Ia menebak pasti banyak sekali yang jadi masalah di antara mereka berdua. So Joon membantah, pernikahan itu super seru (Kkul Jaem) dan ia menanyakan pendapat Ma Rin sambil memandang Ma Rin penuh cinta.

"Kkul Jaem juga bagiku."

Young Jin berbisik pada Gun Sook, apa itu Kkul Jaem (maklum usia mereka terpaut jauh dan Kkul Jaem adalah bahasa gaul). Gun Sook menjawab kalau Kkul Jaem itu maksudnya sangat menyenangkan.

Tapi Gun Sook belum menyerah, "Presdir, Anda sepertinya tidak terlalu peduli dengan pandangan orang terhadapmu. Pasti banyak sekali yang salah paham denganmu."

"Aku di sini bukan sebagai seorang Presdir. Aku di sini sebagai suaminya Kkot Soon. Perlakukan saja aku seperti suami temanmu."

"Kkot Soon?" Ulang Gun Sook.

Ma Rin menjelaskan kalau So Joon memanggilnya seperti itu untuk lucu-lucuan saja. So Joon lalu menukar steak-nya yang sudah ia potong-potong dengan milik Ma Rin yang masih utuh, ia tidak mau Ma Rin sampai capek karena memotongnya. 

"Dia sangat lembut sampai-sampai aku tidak bisa menyingkirkan pandanganku darinya sedetikpun. Dia seperti anak kecil."

Ma Rin dan Gun Sook batuk-batuk karena perkataan So Joon itu. So Joon pun memberikan minumnya untuk Ma Rin. Sementara Gun Sook sih minum sendiri, Young Jin tidak peduli. Malah ponsel Young Jin berbunyi dan ia harus mengangkatnya di luar.

"Pasti soal kerjaan lagi. Yang dia tahu hanya bekerja." Jelas Gun Sook.


Gun Sook lalu menanyakan apa yang selama ini membuatnya penasaran, bagaimana Ma Rin dan So Joon bertemu.

"Itu adalah takdir. Dia sangat cantik, imut dan seksi. Sangat sulit menemukan wanita dengan karakter yang imut juga. Pada pandangan pertama.. aku bertanya-tanya bagaimana bisa kecantikan seperti ini tercipta di dunia? Itulah yang kupikirkan." Jawab So Joon sambil terus memandang Ma Rin, Gun Sook sakit kepala mendengarnya.

Ma Rin mengatakan kalau So Joon sangat penuh kasih sayang hari ini. Ia mengelus-elus punggung So Joon agar tenang. So Joon menyuruh Ma Rin berhenti karena Ma Rin jadi terlihat menggemaskan. Gun Sook komat-kamit iri melihat mereka.

"Wanita seperti ini hidup denganku dan memanggilku "sayang" setiap hari. Aku meleleh setiap harinya. Aku merasa sangat bahagia."

Ma Rin pamit ke kamar mandi sebentar.


Ketika hanya berdua dengan Gun Sook, So Joon berkata, "Aku tidak bisa bisa mengalihkan pandanganku darinya sedetikpun. Kapan aku punya waktu untuk menatap orang lain? Apalagi orang itu adalah pria."

Gun Sook tahu ia disindir tapi ia pura-pura terkejut. So Joon melarang Gun Sook mencemaskan Ma Rin dan ia memohon agar Gun Sook bersikap baik pada Ma Rin, jangan berbuat licik padanya.

"Aku tidak tahu apa yang kau maksud." pura-pura Gun Sook.


Ma Rin tidak tahu So Joon belajar darimana menjadi lebay seperti itu. Tapi ia suka sih, memikirkannya saja sudah membuatnya merasa malu.


Ma Rin akan kembali ke ruangan tapi ia mendekat saat mendengar suara Young Jin di telfon.

"Ya, Saya tidak tahu kenapa Presdir Yoo menolak Jang Ho. Ini pasti kesalahan. Seperti seekor monyet yang terjatuh dari pohon. Anda bisa mempercayakan ini pada Saya. Investor terbesar Presdir Yoo sudah datang langsung pada Saya untuk ini. Ya. Sebenarnya uang yang Saya gunakan untuk memajukan proyek itu adalah uangnya. Menurut Anda apa maksudnya ini? Itu artinya penilaian Saya benar. Ya, ya Terimakasih. Saya menunggu jawaban Anda."

Tiba-tiba ponsel Ma Rin berbunyi dan Young Jin mendengarnya. Ma Rin segera berbalik untuk mengangkatnya. Itu telfon dari So Joon, ia mengatakan kalau ia tersesat dan akan segera kembali.


Young Jin mendekati Ma Rin, apa yang Ma Rin lakukan disana. Seperti yang ia katakan tadi, Ma Rin menjawab kalau ia tersesat. Young Jin pun menunjukkan jalannya pada Ma Rin dan  ia tampak curiga.


Ma Rin mengatakan apa yang didengarnya pada So Joon tapi So Joon malah tertawa, semuanya tidak akan kacau hanya karena Young Jin mengambil satu investor, Lagi pula mereka kan ada di perusahaan yang sama.

"Tidak sesimpel itu. Aku sedang bicara dengan hati-hati di sini sekarang. Itu sangat.. bagaimana ya aku mengatakannya? Sangat agresif dan mencurigakan. Aku tidak suka itu. Dia sepertinya sedang berhati-hati padamu."

"Dia mungkin saja bisa melakukan hal licik padaku. Tapi itu bukan berarti dia adalah orang jahat. Dia juga bekerja keras. Kenapa? Apa kau mencemaskanku?"

"Tidak, bukan begitu."

"Siapa lagi yang berani bikin masalah denganku? Tidak ada sedikitpun bagian dari diriku yang bisa mereka rusak. Jangan cemas."

"Aku tidak tahu darimana kau mendapatkan semua kepercayaan diri itu. Apa aku berlebihan?"


Young Jin menghubungi Doo Sik sangat larut, ia mengatakan kalau urusan investasi akan selesai besok. Jadi bisa dianggap proyek mereka mengalami
kemajuan. Saat mereka sudah menemukan investornya, Young Jin akan memproses kontraknya.

"Itu artinya kau harus meninggalkan Myreits."

"Ya, akan kulakukan. Aku tahu itu."

"Pak Kim Yong Jin. Jangan lupakan kalau ini adalah kesempatan bagimu seperti yang pernah kukatakan."

"Ya, aku tidak akan melupakannya. Terima kasih."

"Baiklah. Sampai jumpa kalau begitu."


-- Masa Depan --

Doo Sik melihat Young Jin mendorong Tuan Shin dari atas bangunan hingga Tuan Shin tertimpa besi, beliau meregang nyawa. Doo Sik merahasiakan semua itu, ia tidak ingin So Joon mengetahui hal itu. Makanya ia bersikeras membuat Young Jin meninggalkan perusahaan.


Young Jin pesta sendirian karena ia sudah berhasil. Ia merasa pemimpinnya dan ia adalah pemenangnya. Gun Sook ternyata melihat Young Jin yang seperti itu diam-diam dan ia curiga.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search