-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 7 Part 1

- Februari 25, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 7 Part 1


Ma Rin melihat So Joon dan Doo Sik bicara di luar. So Joon membicarakan soal takdirnya yang akan berubah saat ia menikah. Tapi ia rasa, hidupnya jadi  lebih tidak terduga dan rumit dibanding sebelumnya.

"Hei. Kesampingkan saja soal masa depan. Fokus pada masa kini, jalani hidupmu."

" "Masa depan akan menentukan jalannya sendiri". Fokus pada masa kini?" Tanya So Joon.

Doo Sik tidak sengaja melihat Ma Rin, tapi anehnya ia langsung menyembunyikan wajahnya. Ma Rin juga buru-buru bersembunyi dibalik gerbang.

Doo Sik kemudian melarikan diri, ia berjanji akan menelfon So Joon besok dan meminta So Joon pulang sekarang. So Joon merasa aneh dan mengejar Doo Sik. Ma Rin keluar lagi menatap mereka.



So Joon berhasil mengejar Doo Sik, ia memaksa Doo Sik untuk mengatakan saja apa yang Doo Sik ketahui, jangan menghindarinya begitu. Doo Sik menepis tangan So Joon,

"Kau pikir, mengetahui masa depan adalah keberuntungan?"

So Joon butuh waktu menjawabnya tapi baginya akan lebih sulit jika tidak mengetahuinya. Doo Sik bertanya, bagaimana kalau mereka jadi mengacaukan hari ini agar selamat di masa depan? Bagaimana kalau mereka hanya merumitkan masa kini demi masa depan? Doo Sik jadi sangat bingung.

"Sudah kukatakan. Aku akan menghilang saat musim dingin. Aku bahkan tidak tahu, selama 2 tahun menghilang, aku tetap hidup atau tidak. Bukankah itu keberuntungan dapat melihat masa depan? Sangat menguntungkan. Karena aku bisa mengantisipasi kekacauan hidupku di masa depan."

"Semakin kau mencoba mengetahuinya, segala sesuatu akan lebih sulit untuk kalian berdua."


So Joon tidak mengerti maksud Doo Sik. Doo Sik tidak menjelaskannya, ia meminta So Joon untuk percaya saja pada dirinya. Ia melarang So Joon menjelajah waktu selama sebulan. Pokoknya So Joon harus percaya padanya.

"Apa pun yang kau lihat di masa depan... Tidak peduli seaneh apa pun sikapku... Aku selalu memihakmu. Kau harus memercayai itu sampai akhir. Oke?"

So Joon malah menyuruh Doo Sik pergi, ia tidak bisa memercayai Doo Sik. Alasannya adalah karena ia tidak tahu apa motif Doo Sik membantunya. Sekarang ia tidak akan meminta bantuan Doo Sik lagi.

"Kau sungguh  berpikir.... aku tidak mampu melindungi wanitaku?" Kesal So Joon lalu meninggalkan Doo Sik.

Doo Sik memanggil-manggil So Joon tapi tidak ada respon dari So Joon.


Ma Rin di dalam rumah berfikir soal Doo Sik. Ia bertanya-tanya, ekspresia apa yang ditunjukkan Doo Sik tadi padanya,

"Dia orang asing. Aku belum pernah melihat wajahnya. Wajah asing yang tidak kukenal." Batin Ma Rin.


So Joon masuk ke dalam. Ma Rin langsung bertanya darimana. So Joon berbohong kalau ia keluar menghirup udara segar.

"Sendirian?"

"Ya."

"Tidak ada yang ingin kau katakan padaku?"

"Kau menyuruhku tidak bicara padamu."

"Tetap saja, tidak ada yang ingin kau katakan?"

"Kita sungguh akan tidur terpisah?"

"Tergantung padamu. Harus ada alasan bagus untuk berdamai."

"Oke. Kita bicara kalau amarahmu sudah reda. Kau butuh waktu menetralisir emosimu. Aku tidak akan mengganggumu."


Ma Rin tidak menyangka reaksi So Joon akan seperti itu, kan seharusnya So Joon merayunya.


Ma Rin melangkah ke depan kamar utama, ia diam-diam akan membuka pintu tapi terlonjak kaget karena So Joon membukanya dari dalam. So Joon menyuruhnya masuk saja.

Ma Rin beralasan, ia membuka pintu itu karena kebiasaan saja tapi hatinya tidak berda di sana. So Joon mengalah, ia akan menggunakan kamar tamu dan menyuruh Ma Rin untuk tidur di kamar utama saja. Ma Rin tidak mau.

"Aku merasa tidak enak jika melakukannya."

"Perasaanku tidak enak, sedangkan badanmu bisa sakit (jika tidur di kamar lain). Kita impas."


Saat berbaring, Ma Rin yakin sesuatu telah terjadi, hal yang sangat serius.  Sudah terjadi banyak hal yang tidak masuk akal tapi So Joon terus berbohong. Ini tidak normal, sama sekali tidak.


Ma Rin bermimpi dan didalam mimpinya itu ia melipat pakaian segunung. Ma Rin meyakini gunung pakaian itu pasti representasi atas tingkat stres-nya. Ia kemudian mencubiti pipinya sendiri agar segera bangun.


Tiba-tiba puluhan kertas brosur jatuh dari atas membuat Ma Rin terkejut. Ma Rin memungutnya dan membaca tulisannya, "Sukses Bom Hidrogen - Keretanya tetap melaju meski Anjing menggongong".


Saat Ma Rin memikirkan apa maksudnya itu, So Joon pun muncul. Ma Rin seperti biasa memanggilnya Deobbang. So Joon melarang Ma Rin memanggilnya begitu. Ma Rin terkejut dengan logat bicara So Joon.

"Kenapa kau bicara seperti itu? Dimana kampung halamanmu?" Tanya ma Rin.

"Aku dari Pyongyang, Republik Demokrasi Rakyat Joseon (Korea Utara)."

"Omong kosong. Mana mungkin pria Korea Utara setampan dirimu?"


So Joon mendekat dan mencekik Ma Rin.

"Mata-mata? Kau mata-mata?" Tebak Ma Rin.

"Kau tahu terlalu banyak. Matilah diam-diam demi kebaikan tanah airku."

"Tidak, ini hanya mimpi. Kau juga bermimpi. Bangunlah!"

"Mati!"

"Bangun!"


Ma Rin terbangun, ia melihat ke arah pintu dan ada So Joon di sana. Ma Rin memanggil So Joon dan berkata kalau ia habis mimpi tentang So Joon. Tapi tiba-tiba So Joon mendekat secepat kilat. ma rin ketakutan dan berteriak.


Ma Rin terbangun dan ia benar-benar terbangun. Ia mengatur nafasnya tapi kembali terkejut saat mendengar teriakan So Joon dari kamar sebelah.


Ma Rin bertanya-tanya, siapa yang mati. Ia kemudian membisiki telinga So Joon, mengatakan tidak apa-apa, So Joon bisa menceritakan padanya. Dan itu membuat So Joon terbangun.

"Apa yang sedang kau lakukan? Hei, kenapa kau meniup telingaku begitu?" tanya So Joon.

"Kau bicara dalam tidur, jadi aku menghampirimu. Kenapa kau bicara panjang lebar saat tidur? Apa saja yang sebenarnya kau lakukan?"


Ma Rin akan kembali ke kamar sebelah tapi So Joon memanggilnya. Ma Rin tidak perlu pura-pura marah begitu. Ma Rin tidak menjawab dan tetap kembali ke kamar sebelah.

Ma Rin semakin mencergai So Joon. Sebelum kembali ia tiga kali menengok ke arah pintu kamar So Joon penuh kecurigaan.


Gun Sook tidak bisa konsentrasi olah raga, ia kepikiran karena suami Ma Rin adalah Presdir di perusahaan suaminya bekerja. Ia kesal, lalu menelfon Sek Hwang untuk mengajak bertemu.

Gun Sook ingin tahu kebiasaan buruk So Joon yang diketahui Sek. Hwang karena ia yakin So Joon pasti pernah melakukan kesalahan. Sek. Hwang mengatakan satu hal, So Joon tidak bekerja keras, hidup hanya lelucon, perusahaan bagi So Joon hanya tempat bermain.

"Kaya raya dengan banyak waktu luang itu kesalahan?Itu menarik, tahu!" Koreksi Gun Sook.

"Ah, saya mengerti. Menarik. Saya terlalu berpikiran negatif rupanya."

Gun Sook membahas soal So Joon yang misterius dan aneh dan Sek. Hwang membenarkan hal itu. Gun Sook meminta Sek. Hwang jujur padanya, apa So Joon punya skandal dengan wanita lain? So Joon sering menggoda wanita dan dapat masalah karenanya? Apa So Joon cabul?

"Um... Saya tidak yakin harus menceritakan ini pada Anda atau tidak."

"Apa itu?"

"Ini situasi besar yang bahkan tidak saya ceritakan pada Direktur."

"Apa itu? Katakan padaku. Katakan. Katakan..."

"Um, itu... Soal... orientasi seksual Presdir."

Sek. Hwang menunjukkan video yang ia rekam diam-diam.


Saat So Joon dan Ki Dong bicara di atap, Sek. Hwang tidak mengaja menguping tapi langsung ke bagian tengahnya.

"Kau pikir aku akan berterima kasih?" Bentak Ki Dong, lha waktu itu Sek. Hwang mulai mendengarnya.


Sek. Hwang selalu merasakannya. Mereka memiliki hubungan yang aneh. Lebih dari sekedar persahabatan. Mereka saling menyentuh. Senyuman itu tidak biasa diberikan antar sesama pria. Itu wajah yang biasa pria tunjukkan saat melihat girlgroup menari. Para pria tidak akan saling melakukan ini meski dibayar sekalipun.

Gun Sook rasa Sek Hwang benar, apa lagi saat mendengar di video kalau So Joon dan Ki Doong tinggal bersama. Sek. Hwang tambah yakin mengingat mereka menggunakan ruangan yang sama di kantor. Itu jadi bahan gunjingan di kantor, tapi mereka tidak peduli dengan kata orang.

"Mereka begitu bergairah. Mereka sangat panas. Melayang di awan." Lanjut Sek. Hwang.

Kemudian saat mendengar permintaan So Joon agar Ki Doong menemuinya tanggal 3 Desember tahun ini, Sek. Hwang menyimpulkan kalau So Joon akan menyatakan perasaannya

"Astaga! Aku tidak percaya ini." Ucap Gun Sook.

"Itu cinta. Cinta yang berbeda dan tidak dapat diungkapkan."

"Aku sudah merasa aneh saat dia buru-buru menikahi Bap Soon. Pernikahan untuk menutupi dirinya. Orientasi seksualnya... Omo!"


Ma Rin sedang bersih-bersih tapi Guk-guk merecokinya. Ma Rin mematikan vacum cleaner-nya dan menyuruh Guk-guk pergi ke ke kiri, ajaibnya Guk-guk merespon. Ma Rin mencoba lagi dengan menyuruh Guk-guk berhenti dan Guk-gukpun berhenti.

"Bahkan vacum cleaner di rumah ini misterius." Gumam Ma Rin.


Gun Sook menelfon Ma Rin untuk mengajaknya bertemu. Saat Ma Rin sampai, Gun Sook mengirimi Ma Rin alamat Ki Doong melalui pesan. Gun Sook menyuruh Ma Rin pergi ke sana karena So Joon selingkuh dengan Ki Doong.

"Apa pedulinya dengan pria atau wanita? Kau hanya perlu menangkap basah dia."

"Hei, Lee Gun Sook."

"Apa yang akan kau lakukan kalau Presdir Yoo menyukai pria sedangkan dia menikahimu? Hidupmu akan benar-benar berakhir. Kalau wanita, kau masih bisa menjambak rambutnya. Tapi masa kau mau memukul pria? Pria suamiku. Hhhh. Itu kejam. Sangat."

"Kau senang. Pasti senang sekali. Apa hidup Lee Gun Sook mundur ke belakang? Kenapa kau jadi lebih kekanakan?"

"Aku hanya mencemaskanmu. Rumor itu benar-benar serius."

"Cukup! Kau sangat keterlaluan. Kau duduk 24 jam penuh merencanakan untuk menghancurkanku? Kau bahkan tidak dapat uang. Kenapa semangat sekali? Mestinya hasilkan uang dari minatmu itu."

"Kau pikir aku mengarang? Baiklah. Percaya saja yang kau inginkan."

"Kau sudah menemukan kelemahanku, istirahatlah mulai sekarang. Atau temui aku lagi kalau ada sesuatu yang lebih menarik."

"Apa lagi yang lebih menarik dari ini? Seorang pria, bukan wanita. Pria!"

"Benar-benar, hentikan omong kosongmu! Dan, jangan ikut campur urusan keluargaku! Permainan kotor!"

Ma Rin pergi dengan kesal. Gun Sook berteriak untuk memastikan Ma Rin membaca pesannya lalu pergi mencari alamat Ki Doong.


Ma Rin penasaran dengan kata-kata Gun Sook, ia pun mencari rumah Ki Doong sambil menyamar. Ia sebanrnya tidak habis pikir dengan apa yang dilakukannya itu.


So Joon memang ada di rumah Ki Doong dan sedang malas-malasan sambil makan snack di atas ranjang dan terseser di mana-mana.

"Kau bahkan tidak bisa pulang, sekarang pun berada di rumah temanmu. Astaga. Kotor sekali! Buang di sampah sana!"

So Joon meminta Ki Doong menariknya bangun tapi Ki Doong malah jatuh di atasnya, jadinya mereka romantis. Apalagi malah tatap-tatapan pula. Sampai akhirnya So Joon berkata kalau Ki Doong berat, baru Ki Doong menyingkir.


Pesan masuk di ponsel So Joon dari Ma Rin. Ma Rin menanyakan dimana So Joon. So Joon berbohong sedang ada di kantor dan akan pulang telat. Ma Rin percaya, tentu saja So Joon di kantor bukan di rumah Ki Doong.

"Maafkan aku." Balas Ma Rin dan ia balik arah.

"Untuk apa?"

"Aku barusan melakukan sesuatu yang tidak seharusnya."

"Tidak masalah. Pekerjaanku hari ini banyak sekali. Tetap saja, aku kepala keluarga! Fighting!"



Ki Doong lah yang pertama melihat Ma Rin saat mereka melewati Ma Rin.

"Bukankah itu Ma Rin?" Tanya Ki Dong.

Ma Rin langsung memanggil So Joon sayang dan merangkul lengannya. So Joon juga menyambutnya walaupun kelihatan terkejutnya, ia bertanya ngapain Ma Rin kesana.

"Aku hanya lewat saja." Jawab Ma Rin.

Ma Rin kemudian menyapa Ki Doong. Ki Doong membalasnya dan mereka semua terdiam. Ma Rin memecah keheningan, ia pura-pura terkejut melihat So Joon disana. Dunia memang kecil, yah!

"Aku tidak merasa ini kebetulan." Ujar Ki Doong sambil ketawa.

"Apa?" Tanya Ma Rin kesal.

"Apa? Uh..."

"Apa maksudmu?"

"Uh, tidak, bukan begitu. Kita kebetulan saja bertemu. Aku pergi dulu." Ki Doong pun kembali ke rumahnya.


"Kau menguntitku, ya? Kenapa?" Tanya So Joon.

"Kau bilang sedang di kantor? Kau pasti bekerja di rumah Ki Doong."

"Oh, itu..."

"Kau mengencani Ki Doong?"

"Apa?"

"Seseorang mengatakan padaku kalau kalian tinggal bersama. Kau menyukai pria? Kau menikahiku untuk menyembunyikan fakta itu?"

So Joon ketawa, itu hal paling aneh yang pernah ia dengar seumur hidup. So Joon mengajak Ma Rin pulang, tidak enak bicara di jalan. Ma Rin menepis tangan So Joon, ia ingin bicara di sana, ia tidak bisa menahannya meski hanya semenit.

Ma Rin serius menanyakan siapa Ahjussi yang So Joon temui di depan rumah itu. So Joon tidak mengerti, Ahjussi apa. Ma Rin mendesah menahan emosi, ia memperjelas pertanyaannya, Ahjussi yang So Joon temui di depan rumah semalam, So Joon bahkan mengejarnya saat dia berusaha lari seperti adegan film.


"Kau melihatnya?" So Joon nyengir.

"Siapa itu?"

So Joon menjawab kalau itu hanya kenalannya saja jadi Ma Rin jangan marah. Ma Rin kembali mendesah sambil memegangi kepalanya dan membelakangi So Joon. So Joon khawatir, apa Ma Rin sakit. Ma Rin menjawab kepalanya sakit sekali, ia mengajak So Joon untuk menyelesaikan masalah mereka sekarang. Ma Rin kembali menatap So Joon lagi,


"Kau Presdir yang membangun sendiri perusahaan investasi real estate. Kau malaikat tanpa nama yang rajin donasi tanpa publikasi. Hobimu tidak bekerja dan pergi ke warnet. Ini saja sudah aneh, aku tidak bisa memahaminya. Ini tidak masuk akal. Seorang Presdir perusahaan tidak bekerja dan malah ke warnet.

Kau selalu berbohong dan menemui Ahjussi asing malam hari. Lalu sepatu aneh yang kau kenakan. Ada juga vacum cleaner yang sepintar Anjing peliharaan. Hal yang paling menggangguku adalah artikel soal Pilpres itu. Bahkan kampanye saja belum dimulai. Bagaimana bisa koran tahun depan ada di rumah kita? Kenapa kau berkeras aku salah lihat? Kecuali kau mata-mata Korea Utara, aku tidak bisa memahaminya."

"Aku menjalankan wajib militer di Korea Selatan, kok."

"Lalu, kau punya kepribadian ganda? Itu sebabnya kadang kau seperti mata-mata, Presdir, malaikat, apa lagi?"

Akhirnya So Joon mengaku kalau dirinya adalah penjelajah waktu. Ma Rin tidak percaya dan menganggapnya bercanda bahkan disituasi serius seperti ini.


Ma Rin menangis keras setelah mengulangi kata "Penjelajah waktu" beberapa kali. So Joon tidak mengerti, apakah ia sebagai penjelajah waktu perlu ditangisi begitu.

"Kau sangat kekanakan, benar-benar! Kau keterlaluan. Kau bilang padaku... penjelajah waktu!? Kau penjelajah waktu, brengs*k? Kau sangat keterlaluan. Bagaimana bisa kau lakukan ini?"

So Joon mencoba menyentuh Ma Rin untuk menenangkan tapi Ma Rin menepis tangannya. So Joon bingung harus bagaimana lagi.


Sampai di rumah So Joon mengajak Ma Rin bicara serius. Ma Rin menolaknya dengan lambaian tangan. So Joon tidak tahu harus bagaimana, mau gila rasanya.


Tuan Shin dan Se Young berangkat menuju Rumah Cinta dan sepanjang perjalanan Tuan Shin terus tersenyum. Se Young menyadari kalau ayahnya sedang dalam suasana hati baik.

"Rumah Cinta. Bukan hanya satu atau dua. Kita sudah membangun 30!" Jelas Tuan Shin.

Lalu Tuan Shin bertanya apa Ki Dong akan datang soalnya ia sudah menyuruhnya datang kalau luang. Se Young kesal, kenapa Ki Doong perlu datang. Tuan Shin hanya ingin Ki Doong mampir saja.

"Ayah, kenapa melakukannya? Ah... Huft."

Se Young teringat saat ia mabuk kemarin dan ia tanpa sengaja mengatakan semua isi hatinya pada Ki Doong yang diangggapnya So Joon.


Ki Doong ternyata sampai lebih dulu dibanding Se Young. Ki Dong merasa perlu datang karena ia adalah orang pertama yang menerima salah satu rumah itu.

"Hari ini kau kelihatan berbeda."

"Apa?"

"Ini rumah terbaik yang dari yang pernah kau bangun. Bahkan rumah keluargaku di Daejeon tidak sebanding dengan ini."

"Sungguh? Terima kasih."


Ma Rin juga datang, tapi ia berhenti di belakang mereka. Ia mengingat apa yang dilakukannya dengan mereka kemarin.

"Wanita yang mabuk dan berkelahi dengannya. Pria yang punya skandal dengan suaminya. Astaga, canggung sekali."


Ma Rin berusaha menyapa mereka seperti biasa. Ki Doong mengatakan kalau Ma Rin kelihatan berbeda hari ini. Se Young bergumam kalau Ki Doong juga mengatakan hal yang sama kepadanya, menjengkelkan.

"Apa?" Tanya Ma Rin.

"Aku tidak bicara padamu." Jawab Se Young.

Kemudian mereka terdiam. Ma Rin berkata untuk mencaikrkan suasana, ia membahas mengenai yang lain yang belum datang. Se Young membalas satu kalimat pendek dan mereka kembali diam.

"Kenapa rasanya aneh sekali? HHHH... Kita datang lebih awal. Terlalu cepat. Terlalu rajin adalah kesalahan? Iya, 'kan?" Ujar Ki Doong mecoba melucu tapi mereka berdua malah meninggalkan Ki Doong.


So Joon di rumah kesepian, ia hanya ditemani oleh acara TV.


Tuan Shin menyampaikan pidato pembukaan,

"Dua pemain lagi tersisa. Tempat yang indah. Tempat yang hangat dan nyaman untuk ditinggali. Namun, belakangan ini orang-orang tidak berpikir demikian
akan rumah mereka. Mereka hanya menganggapnya aset belaka. "Dimana kau tinggal?" Maksud mereka sebenarnya adalah, "Seberapa bagus lingkunganmu?" Ini sudah biasa. Ketika mereka diberi pertanyaan begitu, akhirnya terdiam saja. Hanya bisa tersenyum. Kita hanya bisa tersenyum. Kurasa, uang begitu penting di dunia ini. Waktu berharga yang kita habiskan bersama keluarga setiap hari, juga kenangan indah... kita bangun di rumah. Bukankah kedua hal itu yang semestinya kita utamakan?


Di Rumah Cinta ke-30 ini, selamat pada para lansia yang akan tinggal di sini. Hidup bahagia di sini sampai akhir hayat, sebagaimana pasangan baru menikah. Bergenggaman erat dan hidup bahagia bersama."

Ma Rin menjalankan tugasnya dengan baik.


Kemudian dilanjutkan dengan pemberian bingkisan pada kakek dan nenek yang dimaksud, lalu foto bersama.


Se Young memprotes Ki Doong, apa harus ya Ki Doong membuatnya sekentara itu. Ki Doong titak tahu, apanya memang yang ia buat kentara. Se Young membntak, Ki Doong pasti tahu apa yang ia maksud, Ki Doong jadi sangat aneh.

"Aku santai saja kok sekarang."

"Hei, Kang Ki Doong."

"Hei. Entah kau suka So Joon atau tidak, apa untungnya buatku untuk menampakkannya? Kau yang merasa malu dan tidak sanggup menatapku. Memang rasa malu itu berkurang dengan menyalahkan orang lain? Tapi, apa So Joon tahu kau menyukai dia?"

Se Young kesal, ia memukuli Ki Doong agar berhenti bicara. Ki Doong meminta Se Young mendengarkannya baik-baik kecuali Se Young mau ia mengatakannya pada So Joon. Se Young tambah kesal, sekarang ia menendang Ki Doong.


"Hei! Kau senang, ya? Kau mungkin bersenang-senang akan hal itu. Tapi aku..."

"Kau sakit?"

"Benar. Sakit! Kalau begitu, jangan main-main! Oke?"

"Aku mau main-main! Kuteruskan sampai kau berhenti. Sampai hari dimana kau akan tertawa saja saat mengingatnya. Aku akan terus mengganggumu sampai hari itu tiba."

"Memang aku minta bantuanmu? Aku merasa sangat terganggu olehmu. Tidak nyaman dan menjengkelkan rasanya kau coba menghiburku begitu. Pura-pura sajalah tidak tahu apa pun.. Memang kau siapa punya hak bicara?"

"Kalau begitu, mestinya kau tidak tertangkap basah olehku! Aku tidak tahu seberapa serius situasimu, juga tidak ingin tahu! Tapi, memang apa yang akan kau lakukan meski perasaanmu padanya itu tulus? Berhentilah sok keren! Tertawakan saja dan akhiri perasaanmu. Apalagi yang bisa kau lakukan?"

"Kau menjengkelkan!"


Ki Doong kembali melucu, ia lebih menjengkelkan saat tersenyum, kan. Se Young kesal dan balik mmukul Ki Doong lagi. Sudah cukup, katanya.


Ma Rin akan memberikan kue beras pada Nenek dan Kakek Pemilik Rumah Cinta. Ia melihat keduanya sedang menikmati pemandangan sambil berangkulan. Ma Rin mengabadikannya melalui kamera ponselnya.


Tapi tiba-tiba So Joon muncul di depannya membuatnya terkejut. So Joon menyuruh Ma Rin terus mengambil gambar, soalnya Ma Rin bilang ingin punya banyak fotonya.

"Kenapa kau kemari?"

"Aku bosan sendirian di rumah." Jawab So Joon, tapi melihat reaksi Ma Rin, ia merubah jawabannya, "Tentu, aku kemari untuk menemuimu. Siapa lagi yang akan kutemui kalau bukan kau?"

"Kenapa kau harus muncul saat aku sedang kerja, sih? Tidak lihat, aku sedang bekerja?"

"Ini tidak sebanding dengan kau yang sampai datang ke rumah temanku untuk menangkap basah aku."

Ma Rin mengubah topik, ia menyuruh So Joon minggir karena ia harus memberikan kue beras pada Kakek dan nenek. So Joon tahu kalau Ma Rin tersentuh dan menyuruhnya jujur tapi Ma Rin mengelaknya.


So Joon mengikuti Ma Rin, ia merangkul Ma Rin di depan Kakek dan Nenek sambil berkata kalau Ma Rin adalah istrinya.


Ki Doong mendengar dari Manager Chae kalau So Joon datang. Se Young menanyakan alasan So Joon datang.

"Mereka kan pengantin baru. Meskipun tinggal bersama, kurasa mereka tidak ingin terpisah sedetikpun." Jawab Manager Chae sambil melihat ke arah So Joon dan Ma Rin yang berjalan mendekati mereka.

Ki Doong menegur So Joon, mestinya bilang kalau mau datang. So Joon menjawab hanya kebetulan saja. Manager Chae tahu, pasti gara-gara Ma Rin dan So Joon membenarkannya.

Se Young mengatakan kalau acaranya sudah selesai begitu pula pekerjaan Ma Rin, jadi ia menyuruh Ma Rin untuk pulang karena kelihatannya So Joon datang untuk menjemput. Ma Rin bilang belum selesai, kebetulan ada barang pindahan datang, ia mengajak So Joon ikut membantu. 


Ma Rin jalan duluan diikuti Manager Chae dan So Joon. Manager Chae bertanya apa pekerjaan So Joon. Ma Rin mendekat dan mengatakan kalau So Joon seorang Deobbang.

So Joon minta waktu untuk bicara berdua dengan Ma Rin,

"Kau ingin aku membantu melakukannya? Aku tidak suka pekerjaan fisik. Tidak cocok dengan karakterku."

"Kalau begitu, sana pergi ke warnet. Atau pergi menjelajah waktu."

So Joon menciut dan terpaksa ikut membantu.


Se Young berkata pada Ki Doong kalau So Joon benar-benar sudah dikontrol oleh isterinya. Ki Doong menjawab kalau Se Young kelihatan terlalu jelas sekarang.

"Soal apa?"

"Jelas sekali kalau kau cemburu. Ma Rin ada di sini. Cobalah untuk tidak menampakkannya."


So Joon sudah membantu angkat-angkat tapi Ma Rin malah menambah lagi satu kotak besar. So Joon kuwalahan tapi Ma Rin malah tersenyum senang. Ternyata bukan hanya So Joon doang yang membantu, Ki Doong juga.


So Joon kelelahan. Se Young akan memberinya air tapi Ki Doong melarangnya dengan paksa.


So Joon mendekati Ma Rin, ia akan membatu menyiapakan kue dan minuman tapi ada Ahjussi yang menariknya untuk mengangkat almari. Lagi-lagi Ma Rin tersenyum karena So Joon.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search