-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 5 Part 1

- Februari 19, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN




"Pertama kalinya aku bertemu Ma Rin di masa depan. Dia ditakdirkan meninggal di waktu dan tempat yang sama denganku. Apa dia punya semacam petunjuk soal kematianku? Jadi, aku kembali ke masa kini dan menemui dia. Dia hampir mengalami kecelakaan mobil beberapa hari lalu. Jika terjadi, dia mungkin harus menghabiskan sisa hidupnya dengan kondisi lumpuh.

Aku merasa kasihan padanya, sebab itu menyelamatkan dia. Aku mengubah nasib Song Ma Rin. Tapi, setelah itu... Nasibku pun ikut berubah. Jadi, aku... Segalanya kembali normal. Sekali lagi, dalam takdirku, tidak ada pernikahan. Masa depanku kembali normal.

Namun... diriku di masa depan berkata sesuatu. Aku di masa depan tidak menikahi dia. Apakah aku di masa depan menyesali hal itu?

Seperti itulah, aku menikahi seseorang yang sebenarnya tidak ditakdirkan untukku. Ma Rin-ah Bagaimana takdir kita selanjutnya?"




Ma Rin memperhatikan rumah So Joon yang sudah dipenuhi dengan foto pernikahan mereka. Ia juga memasak untuk sarapan suami tercinta.


Makanan suda siap tapi So Joon masih di kamar mandi. Ma Rin pun membuka pintunya, ia penasaran apa yang sedang So Joon lakukan.

"Apa-apaan?!" Uajar So Joon.

"Omonaaa... mengejutkan."

"Berhenti pura-pura terkejut, tutup pintunya!"

Ma Rin mengerti, ia masuk ke dalam dan menutup pintunya. So Joon terkejut, kenapa Ma Rin malah masuk?

"Oh, jadi maksudmu menyuruhku keluar." Dan Ma Rin keluar.


So Joon menyusul setelhanya dengan menggunakan jubah mandi, memalukan sekali pagi-pagi begini. Ma Rin mengira maksud So Joon adalah agar ia masuk lalu menutup pintunya. Ma Rin lalu menyuruh So Joon mandi lagi, ia hanya mengira tadi itu "sinyal".

"Sinyal? Apa kau yang mengirimiku "sinyal" sekarang?" Tanya So Joon.

"Apa maksudmu?"

"Ah, um... Aku akan gunakan kamar mandi lantai atas, kau pakailah yang ini."


Ma Rin menemani So Joon makan. So Joon mencoba sayurannya dulu, ia terkejut dengan rasanya sampai tidak bisa mengunyah. Tapi Ma Rin malah melihat kebalikannya, ia mengira So Joon emosional gara-gara makanannya sangat lezat.

"Menurutku, rasanya parah." Aku So Joon.


Ma Rin mencoba memakannya dan menurutnya baik-baik saja kok. So Joon melarangnya makan karena nanti bisa sakit.

"Tidak mungkin seburuk itu. Aku pergi belanja pagi-pagi. Kurasa, kau hanya tidak suka saja. Jangan dimakan. Ini sampah." Ma Rin kecewa.


So Joon merasa bersalah, bukan itu maksudnya. Ma Rin tidak menyangka So Joon sangat pilih-pilih makanan. Kalau memang tidak enak, hanya katakan saja. Kenapa So Joon malah memperlakukan makanan seperti sampah?

"Kau yang mengatakan "sampah"." So Joon meluruskan.

"Ini pagi pertama kita setelah bulan madu selesai. Pagi spesial, tapi aku justru mengacaukannya. Kau bahkan menghela nafas panjang."

"Apakah terjadi hal buruk yang tidak kuketahui?"

"Ekspektasiku mungkin terlalu tinggi."

"Oh, ini bisa jadi masalah. Gadis naif memang rumit."


So Joon lalu pura-pura hanya sedang bercanda. Makanannya sangat lezat kok dan ia makan dengan lahap. Ma Rin tidak percaya. So Joon tidak peduli, ia membujuk Ma Rin agar berhenti memasak dengan kalimat yang tidak menyakiti.

"Tapi kau tahu, aku tidak menikahimu agar memasak untukku. Kau tidak perlu melakukannya. Kalau kau membuat sarapan, berarti kau juga harus menyiapkan makan siang, selanjutnya, makan malam. Kau tahu masalahnya? Setiap kali bangun tidur, kau harus selalu menyiapkan makanan. Hidupmu sia-sia kalau hanya dihabiskan membuat makanan. Aku tidak ingin menjadikanmu Bap Soon lagi."

Ma Rin tersenyum, "Aku terlalu sensitif, ya?"

So Joon menyarankan untuk makan roti saja atau lainnya. Mereka juga bisa mempekerjakan PRT (pembantu rumah tangga). "Ah, inilah kemewahan itu." "Bagaimana kehidupan bisa semudah ini?" Itulah yang Ma Rin butuhkan. Mulai sekarang, hiduplah selayaknya "Kkot Sun (Bunga)", oke?

"Oh, tidak. Memasak itu menyenangkan untukku. Itu keahlian dan hobiku juga."

So Joon syok mendengarnya tapi ia tetap bersandiwara kalau makanan Ma Rin itu enak bahkan minta tambah nasi. Saat Ma Rin akan mengambilkan nasinya, So Joon nyaris memuntahkan apa yang dikunyahnya.


Sebelum pergi ke kantor, So Joon menyerahkan kartu kreditnya untuk Ma Rin agar Ma Rin bisa menjalani kehidupan yang mewah. Ma Rin menolaknya, ia merasa sangat aneh. So Joon terlalu berlebihan sebagai suami.

"Gunakan saja." Ujar So Joon.

"Hitunglah dulu pengeluaran bulanan, kemudian berikan uangnya padaku."

"Terima saja."

"Nanti, kita pelan-pelan saja. Aku merasa belum siap untuk hal itu. Kau juga, kau juga, kau juga, kau juga."

So Joon hanya tersenyum.


Ma Rin mengantar So Joon keluar karena ia sangat ingin melakukan hal itu pada suaminya. So Joon menanggapi itu adalah keinginan yang aneh.


Ma Rin bahkan melambai pada SO Joon saat akan naik mobil. Juga memberikan tanda hati pada So Joon sambil menyuruhnya untuk cepat pulang. So Joon hendak membalasnya tapi terlalu canggung, akhirnya ia menyuruh Ma Rin untuk masuk saja.


So Joon ke rumah Ki Doong yang ternyata sedang makan ramen. Ia ingin minta tapi Ki Doong melarangnya, ini kan hari pertama So Joon bekerja sebagai pengantin baru, masa tidak sarapan? Tidak benar bagi pria yang sudah menikah mencuri ramyeon dari pria lajang!

"Bukannya aku tidak dibuatkan sarapan. Tapi sarapannya sungguh tidak layak makan. Beri sedikit saja." Bujuk So Joon tapiKi Doong tetap saja tidak mau membaginya.


So Joon melihat bungkus ramen yang dimasak Ki Doong, ia kesal, apa Ki Doong tahu apa itu. Ki Doong mengingatkan, So Joon sendiri yang bilang miliknya adalah milik Ki Doong juga. Tapi ramyeon itu lezat sekali.

"Aku membawanya dari dunia lain, tahu! Kau seharusnya menunggu setahun lagi untuk menikmatinya."

"Pantas. Terasa tidak nyata. Apa ini akan hits tahun 2017?"

"Di masa depan, produk ini akan jadi sejarah dalam industri ramyeon."

"Wow."

"Kau harus merasa bangga bisa memakannya sekarang."

So Joon lelah, ia mai bolos kerja saja hari ini dan meminta Ki Doong menggantikannya. Ki Dong heran, Bukankah seseorang mestinya lebih bertanggung-jawab dan memiliki beban setelah menikah. So Joon menjawab tidak semuanya, kalau perusahaan bangkrut, ia hanya perlu pasang lotere saja.

"Ma Rin perlu tahu kau punya dua rumah."


"Kau mungkin tidak tahu. Seseorang tidak mungkin berubah dalam semalam hanya karena mereka menikah. Butuh waktu menyendiri..."

"Katakan saja kesimpulannya. Bagaimana rasanya menikah?"

"Aneh. Coba sendiri kalau kau penasaran."

"Kau gila, ya? Aku tidak mau dipanggil Ahjussi tahu!"

"Maksudmu aku pantas dipanggil begitu?"


So Joon punya cara, ia harusnya memasukkan Ma Rin ke akademi memasak. Ia tidak bisa memakan masakan Ma Rin seumur hidup. So Joon mencari di internet tempat akademi masak.

"Kkot Sun, yang tidak memiliki selera." Gumamnya.


Saat sarapan, Young Jin menceramahi Guk Soon. Dari sudut pandang Young Jin, dibanding So Joon menikah dengan puteri dari keluarga berpengaruh, lebih baik dengan gadis tanpa apa-apa. Jauh lebih baik dia bersama Bap Soon yang tidak memiliki kelebihan apa-apa. Gun Sook meletakkan sendoknya, itu kan menurut Young Jin yang hanya memikirkan diri sendiri.

Young Jin menyuruh Gun Sook tetap berteman dengan Bap Soon. Ia menyarankan mereka untuk jalan bersama saja dan Gun Sook korek informasi dari Bap Soon soal So Joon.

"Apa? Caritahu apa?" Tanya Gun Sook.

"Keluarganya? Koneksinya? Karyawan yang loyal padanya? Sejujurnya, aku penasaran soal itu. Dia begitu misterius. Sangat misterius."


"Apa? Caritahu apa?" Tanya Gun Sook.

"Keluarganya? Koneksinya? Karyawan yang loyal padanya? Sejujurnya, aku penasaran soal itu. Dia begitu misterius. Sangat misterius."

Gun Sook tidak mengerti, kenapa Young Jin perlu tahu soal itu. Young Jin kesal, kalau suami sedang bicara, tidak bisakah Gun Sook tidak menyelanya?

"Tidak bisakah kau memanfaatkan kesempatan ini untuk jadi isteri yang berguna?" Lanjut Young Jin.

"Kau anggap aku ini apa? Aku ini Lee Gun Sook. Kau mengharapkan si hebat Lee Gun Sook menjadi isteri penjilat? Kau ingin aku mendekati Bap Soon dan mengemis padanya?"

"Lupakan. Aku mengerti."


Young Jin mengakhiri sarapannya. Gun Sook mengikuti Young Jin yang berjalan menuju pintu, ia Belakangan ini sudah cukup menahan amarahnya. Jadi, jangan menyuruhnya mendekati Bap Soon atau menjadi isteri yang berguna. Jangan mengungkitnya lagi!

"Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak dapat menyenangkan Anda, Nyonya. Aku benar-benar minta maaf dan akan kublokir kartunya."

Gun Sook panik. Young Jin menjelaskan, kalau Gun Sook menganggap kata-katanya sebagai lelucon, maka uangnya pun jadi lelucon. Jadi, jangan memakainya.

"Memang aku menganggapmu bercanda? Kenapa pelit sekali, sih?"

"Pelit? Barusan kau bilang pelit? Hei, hidup memang harus pelit. Kau tidak tahu? Tapi, aku sudah berusaha memanjakanmu. Tanpa kau tahu aku terus diperlakukan seperti sampah! Aku memenuhi apa pun maumu! Apa, ya? Peralatan dapur dari Jerman. Lampu yang bukan seleraku sama sekali, dan banyak lagi! Lalu, kau masih iri pada orang lain? Sudah gila, ya? Aku akan memblokir kartunya hari ini."

"Hei!"

"Hei, Lee Gun Sook. Jangan teriak-teriak sepagi ini, mengerti!? Kita awali pagi dengan tenang! Pagi yang tenang!!! Oke?"

Gun Sook terkejut karena Young Jin sampai membentaknya.


Untuk menenangkan pikirannya, Gun Sook mendengarkan musik sambil berdiam diri.


Seorang wanita memanggilnya Nona. Setelah panggilan dua kalu ia baru menoleh untuk memastikan apa yang dipanggil petugas memang dirinya. Wanita mengiyakan, ia memanggil karena ponsel Ma Rin ketinggalan.


Ada telfon dari So Ri. Ia mengatakan dengan tersenyum kalau ia ada di kantor pemerintah untuk mendaftarkan pernikahan. So Ri mengajak bertemu sekarang. Ma Rin bisa dan ia akan segera ke sana.

Ma Rin sebelum pergi mengatakan pada wanita kalau ia sudah menikah, makanya tadi tidak menyahut saat dipanggil Nona. Wanita itu tidak menganggapi Ma Rin tatpi tatapannya aneh.


Ternyata mereka akan bertemu Gun Sok. Ma Rin pikir mereka sudah sepakat menyingkirkan Gun Sook dari kehidupan mereka. So Ri mengatakan kalau Gun Sok atang ke akademinya dan meminta tolong agar bisa bertemu dengan Ma Rin.

"Hatiku ini lemah sekali." Tutup So Ri.

"Wanita tidak tahu malu itu!" Kesal Ma Rin.

Gun Sook yang sudah jalan duluan menyahut, ia kan sudah minta maaf. Ma Rin pendemdam sekali sih. Gun Sook mengajak mereka masuk ke salah satu toko karena menurutnya bajunya bagus-bagus.


Ma Rin berbalik bukannya mengikuti Gun Sook masuk. So Ri memintanya untuk menahan diri, Gun Sook saat ini sedang mencoba untuk berdamai.

"Jangan coba membuatku berhati lemah sepertimu."

"Aku harus bagaimana lagi?"

Ma Rin pun luluh dan mengikuti Gun Sook masuk.


Itu adalah toko baju pria, Gun Sook memilihkan untuk suaminya. Saat itu ia teringat perintah Young Jin untuk mencaritahu soal So Joon lewat Ma Rin, ia pun mendekati Ma Rin.

Ma Rin tidak selera melihat semua pakaian pria itu. Gun Sook bertanya, apa Ma Rin tidak memilih. Ma Rin merasa kelewat batas kalau memilihkan pakaian untuk So Joon.

"Kau sungguh tidak mengerti apa-apa. Itu bukan melewati batas, tapi peduli padanya. "Kau kelihatan jauh lebih baik setelah menikah". Bukankah kau ingin mendengar hal itu dari orang-orang? Kau tidak tahu cara jadi isteri yang berguna."

"Isteri yang berguna?"

"Ya, isteri yang berguna. Kau perlu melakukannya dengan sebuah ambisi juga."


So Ri melerai mereka. Ia mengajak mereka pindah tempat saja. Di lantai satu banyak pakaian untuk mereka.

"Kau tidak akan mengerti seberapa menyenangkannya pernikahan sampai mengalaminya sendiri." Kata Gun Sook untuk So Ri.


Gun Sook lalu memilihkan satu baju yang sepertinya cocok untuk So Joon. Ia menanyakan berapa ukuran So Joon tapi Ma Rin tidak tahu. Ia hanya tahu tubuh So Joon itu ideal yang membuat pria lain merasa minder.

"Bagaimana bisa kau tidak tahu ukuran baju suamimu?"

"Tidak menyenangkan kalau tahu segalanya. Aku bisa kok tanya padanya."

Ma Rin menelfon tapi ponsel So Joon tidak bisa dihubungi.


So Joon sedang jalan-jalan ke masa depan. Ia belanja baju, ia harus mengenakan koleksi terbaru.

Gun Sook menyinsir Ma Rin yang sampai saat ini bahkan tidak terlalu tahu satu sama lain.


Mereka pindah ke toko sepatu dan lagi-lagi Ma Rin tidak tahu ukuran sepatu So Joon. Ma Rin kesal, ia menyuruh Gun Sook untuk membeli saja apa yang ia perlukan.

"Kalian tidak saling tahu apa-apa? Kalian tidak dekat?"

"Memang hanya dianggap dekat kalau saling tahu ukuran masing-masing? Hubungan kami bukan sebatas kontak fisik sepertimu."

Setelah membeli baju. So Joon mengumpulkan koran dari masa depan.

Penjelasan Ma Rin, "Kurasa, aku tahu orang seperti apa dirinya. Sekalipun dia tidak mengatakan apa-apa, aku bisa mengerti maksudnya. Seolah kami adalah satu. Bukankah itu yang terpenting?"


Menurut Gun Sook, Ma Rin tetap harus tahu hal-hal dasar. Misalnya latar belakang So Joon, bagaimana So Joon dibesarkan. Belakangan ini, ada banyak sekali orang yang aneh.

"Kami tidak saling menyimpan rahasia, kok. Kami memang baru menikah, tapi aku sangat percaya padanya, itu sebabnya aku ingin bersama dia selamanya."

"Kau sering bertemu rekan kerja atau teman-teman suamimu?"

"Harus, ya? Kami kan punya kehidupan pribadi masing-masing."

Gun Sook hanya diam saja membuat Ma Rin bertanya, kenapa memangnya. Gun Sook menjelaskan kalau ia juga menikah dalam waktu singkat dengan Young Jin tapi tidak seburuk pernikahan Ma Rin. Kehidupan pribadi itu tidak ada, semuanya haruslah tetap dibagi!

"Bagaimanapun juga, kehidupanmu tidak normal. Benar, kan? Iya, kan?"

So Ri setuju, memang agak sedikit aneh. Ma Rin kesal dan berjalan duluan.


Ma Rin menelfon So Joon lagi tatpi tetap tidak bisa. Ia lalu melihat pasangan yang belanja bersama dan membahas soal teman, sisa makanan di rumah dan lain-lain. Ia iri dan mengikuti mereka.


Ma Rin menelfon So Joon lagi tatpi tetap tidak bisa. Ia lalu melihat pasangan yang belanja bersama dan membahas soal teman, sisa makanan di rumah dan lain-lain. Ia iri dan mengikuti mereka.


Gun Sook menceritakan pada Young Jin kalau Ma Rin tidak tahu apa-apa soal So Joon. Young Ji tidak percaya, masa ada istri yang tidak tahu apa-apa soal suaminya. Ia yakin Ma Rin tahu tapi pura-pura tidak tahu.

"Kau merasa dia bisa berpura-pura begitu? Dia suka omong besar, kok!"

"Lee Gun Sook, kau pikir semua orang sama sepertimu? Tidak semua dari mereka senaif itu."

"Aku ini naif? Tapi, kau tidak memblokir kartuku, kan?"

"Kita lihat nanti. Kau harus buktikan bisa berguna. Tetaplah berhubungan baik dengan Bap Soon. Jangan bikin masalah. Kenapa sih kau dan Bap Soon seperti Anjing dan Kucing?"


Ma Rin sulit menjelaskannya, Gun Sook melakukan kesalahan padanya, ia membalas dengan agak kejam. Kemudian Gun Sook kembali menjahatinya. Seperti itu terus sampai sekarang.

"Kau tahu daerah asalku, kan?"

"Tidak. Tetap saja, kau sudah berusaha memperbaikinya. Bagaimanapun, dia temanmu."

Tapi, bertemu Gun Sook hari ini membuatnya kasihan, So Joon hanya Deobbang baginya, tapi Presdir bagi orang lain. Ma Rin bertanya-tanya apakah ia kurang dalam segala hal?


Ma Rin meminta So Joon jujur, apa So Joon akan menyukainya jika ia mirip seperti Gun Sook yang ambisius dan banyak tingkah?

"Aku Presdir yang hanya main-main sepanjang hari dan menghabiskan uang. Apa yang aku butuhkan? Jangan seperti dia! Menjengkelkan!"

"Kau main-main sepanjang hari dan menghabiskan uang? Kau tidak bekerja keras dan berhemat? Dalam segala hal?"

"Ki Doong yang mengerjakan semuanya. Aku hanya main-main. Dalam segala hal."

"Tidak mungkin. Pertarungan kekuasaan, konspirasi, pengkhianatan, ambisi, segala sesuatu semacam itu. Tidak sama sekali?"

"Tidak satupun."

Ma Rin masih terdiam. So Joon bertanya, apa lagi. Ma Rin tahu, So Joon hanya bergurau, sebenarnya So Joon bekerja keras, kan?

"Tentu, terima kasih sudah menyadarinya." So Joon menuapi Ma Rin.

Ma Rin minta satu lagi, ia ingin suatu hari So Joon memperkenalkannya pada teman-teman So Joon. Ia tidak masalah kok. Waktu itu Ki Doong dan Se Young. Hanya mereka berdua yang pernah ia temui. Ia ingin lebih. So Joon mengiyakan saja.

So Joon menyuruh Ma Rin makan yang banyak karena Ma Rin harus tahu cara mengolah daging babi dengan benar.


Pelayan yang membawa bara api tersandung dan baranya hampir mengenai Ma Rin. So Joon terkejut, ia berdiridan marah-marah pada pelayan itu karena istrinya hampir celaka. Ma Rin terpesona dengan rekasi So joon itu.


So Joon lalu duduk di sebelah Ma Rin. Hampir saja jantungnya mau copot tadi. Ma Rin mengatakan ia baik-baik saja hanya sedikit terkejut tadi. So Joon memeluknya, ia benar-benar mencemaskan Ma Rin.


Ma Rin yang membayar makan malam kali ini menggunakan kartu kreditnya. So Joon melarang tapi Ma Rin memaksa. Akhirnya So Joon membiarkannya saja.


So Joon merasa aneh, Semestinya tadi pakai kartunya saja. Bukankah Ma Rin terlalu memisahkan milik masing-masing?

Ma Rin akan mulai bekerja lagi. Jika ia mulai menganggap milik So Joon adalah miliknya, ia takut akan hilang kendali. Jadi sampai ia kembali bekerja, milik masing-masing saja, oke?

"Aku keren, kan?"

"Kurasa bukan keren. Kau hanya keras kepala."

"Kau sangat terkejut di restoran tadi. Kau juga sangat marah."

"Marah? Apa maksudmu marah?"

"Kau meninggikan suaramu, kau marah. Seolah pelindungku saja."

"Aku hanya reflek saja."

"Bukan instingmu yang ingin melindungiku? Aku rasa, pasti darah mendidik seorang pria sedang mengalir di dalam sana."

Ma Rin mencium aroma So Joon, katanya aroma seorang pria. So Joon menegur, Ma Rin selalu saja menyimpulkan sesuka hati, "Song Ma Rin-ku."


Ma Rin menepuk bahu So Joon, ia tahu So Joon menyukainya. Ma Rin melihat kedai buah dan menawari So Joon untuk beli disana. So Joon menjawab kalau mereka punya di rumah.

Ma Rin merasa itu luar biasa. Ia mengajak beli buah, dan So Joon bilang mereka punya di rumah.

"Kita terasa seperti benar-benar menikah, 'kan? Aromamu seperti seorang suami."

"Aromaku seperti daging. Kau mau buah apa?"

"Jambu? Jambu."

 \
So Joon mengupas apel dirumah. Ma Rin memberi tantangan, kalau kupasannya terputus di tengah, So Joon harus mengabulkan keinginannya. So Joon tersenyum, memang apa keinginan Ma Rin?

"Namaku di ponselmu... Aku tidak mau kalau Song Ma Rin. Simpan dengan nama "Kkot Sun"."

So Joon menjadi semangat, ia akan mengupas apelnya tanpa terputus. So Joon memprotes Ma Rin yang kekanakan. Ma Rin menjawab kalau ia tidak bisa (kenakan) meskipun ingin begitu.

"Suami..."

"Kau mengatakannya enteng sekali."


Ma Rin mengakui kalau ayah dan ibunya menikah karena Ibu mengandung dirinya. So Joon sudah menduganya karena Ma Rin lahir saat usia ibu 20 tahun.

Ma Rin merasa bersalah, dua orang yang masih terlalu muda menikah karena dirinya. Ayahnya kabur saat ia kelas 2 SD. Jadi, ia bahkan tidak ingat wajahnya. Tapi bagaimanapun juga mereka tetaplah Ayah dan Ibu buat Ma Rin.

"Apa maksudmu?" Tanya So Joon.

"Huh? Apa maksudnya?"

"Dalam ingatanku... mereka pria dan wanita yang saling mencintai. Suami dan isteri yang berbahagia. Namun, sebenarnya tidak. Mereka hidup bersama hanya karena aku. Aku menyadarinya meski aku masih sangat muda saat itu. Saat mereka bertengkar, aku bertanya-tanya apakah itu karena aku. Saat Ibuku menangis sendirian, apakah juga karena aku? Ketika makan bersama dalam situasi yang kaku, apakah karena aku juga? Apakah semuanya karena aku?"

"Kurasa, kau hanya berpikir terlalu jauh saat itu. Mereka pasti memiliki dan membesarkanmu karena cinta."


Ma Rin bertanya, memang bagi So Joon dirinya itu wanita. So Joon tentu saja menjawab iya. Ma Rin meminta So Joon berjanji bahwa So Joon akan tetap menganggapnya sebagai wanita selamanya.

"Oke." So Joon tersenyum simpul.


"Kau tahu seberapa keras usahaku agar kita bisa hidup bersama dengan rukun? Sebelum kita menikah, aku bahkan ikut kelas pra-pernikahan."

So Joon tidak percaya. Ma Rin tidak berbohong, ia mengambil buku dari kelas itu dan membacanya dibagian yang meninggalkan kesan mendalam buatnya.

"Jangan meributkan yang pasanganmu lakukan, namun tunjukkan perasaanmu. Daripada mengatakan, "Kenapa pulang telat?" Katakan, "Aku mencemaskanmu. Karena kau tidak memberitahu akan pulang terlambat"."

So Joon tertawa, apaan itu, tidak menarik sekali, tidak bagus. Ma Rin akan membacakannya lagi. Belum apa-apa So Joon sudah ketawa ngakak.

"Sebelum mengomentari, pahami dulu pasanganmu. Ini satu dari empat hal yang harus kau ingat dalam berkomunikasi. Pasanganmu..."


So Joon tiba-tiba mencium Ma Rin dan mengajaknya masuk ke dalam. Ma Rin malu karena So Joon tiba-tiba sekali, ia kan sedang membaca. So Joon mengambil buku Ma Rin, sejak kapan Ma Rin mempelajari kehidupan dari buku?


Ma Rin meminta So Joon untuk merayunya. So Joon mengedipkan mata sebelah lalu masuk ke dalam.


"Orang bilang, pernikahan itu bikin gila. bilang, pernikahan adalah jalan menuju pemakaman. Kenapa mereka mengatakan hal mengerikan seperti itu? Kenapa tidak seorangpun yang mengatakan menyenangkan? Mereka ingin kesenangan itu untuk diri sendiri. Deobbang."

"Ya?"

"Aku bahagia."

"Aku juga."

"Ma Rin-ah"

"Ya?"

"Lenganku mati rasa."


Ma Rin lalu menggantikan tangan So Joon. Ia menggunakan tangannya sebagai bantal kepala So Joon. So Joon merasa sangat nyaman.

"Akan kulakukan selamanya." Jajnji Ma Rin.

"Sungguh?"

"Bantalan tangan."

"Saat dilihat dari dekat begini, kau adalah wanita paling cantik di dunia ini."

"Bagaimana kalau dari jauh?"

"Seperti Bap Soon."


Doo Sik membaca artikel mengenai Young Jin dengan judul, Metode Besar dalam Investasi Real Estate Menguntungkan. Ia kelihatan berpikir.





>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search