-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 5 Part 2

- Februari 20, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN



Direktur Wang dan Sekretaris Hwang menggosipkan Ma Rin, tanpa mereka sadari So Joon ada di balakang mereka. Direktur Wang menganggap So Joon sungguh sesuatu karena memilih Bap Soon. Mereka terus menyebut Bap Soon.


Saat mereka berbalik setelah masuk lift mereka melihat So Joon. So Joon bertanya, kenapa bergosip selantang itu sampai semua orang bisa dengar, tidak profesional sekali.

"Kami tidak menggosipkan soal Anda." Bantah Direktur Wang.

"Aku dengar semuanya." Jawab So Joon.

Direktur Wang malah menyalahkan Sekretaris Hwang. So Joon menyuruh Direktur Wang berhenti dan menyurunya keluar duluan.



So Joon membawa Sekretaris Hwang ke atap. Ia ingin minta sesuatu pada Sek. Hwang. Sek. Hwang gugup mengingat posisi mereka ada di atap.

"Mulai sekarang, semua karyawan kita jangan pernah ada yang menyebut kata "Bap (Nasi)"."

"Baik, baik."

"Jangan menyebut nasi, katakan "Ayo makan", saja. Daripada berkata "Kutraktir nasi", katakan "Kutraktir makan". Ada banyak kata ganti!"

"Jadi, Anda ingin kami semua berhenti menyebut kata itu?"

So Joon membenarkan. Karyawan bahkan boleh memaki atas peraturan perusahaan tapi jangan berani menyebut kata tersebut!

"Presdir sudah memutuskan, bisa apa mereka? Ikuti permainanku. Beritahu yang lain, bisa? Tidak mungkin aku membuat pengumuman resmi soal itu, kan? Aku tidak bisa mengatakannya sendiri."


Sek. Hwang mengerti, nanti harga diri So Joon bisa jatuh karenanya. So Joon memberi saran, jangan pakai alasan, mainkan emosi saja. Ia rasa, ini hal yang bisa kau lakukan demi kemanusiaan. Sek. Hwang mengerti dan akan melaksanakan tugas So Joon.


Ibu Ma Rin membawa banyak makanan untuk mengisi kulkas Ma Rin. Ibu menyuruh Ma Rin untuk menjaga sikap di depan So Joon.

Ma Rin melarang ibunya terlalu sering menemui So Joon karena akan menjadi beban. Ibu heran, puteri yang lain mencoba mendekatnya ibunya dengan suaminya tapi Ma Rin malah kebalikannya.

"Mereka bahkan membuat suami mereka mencium tiang kayu demi ibu mereka." Lanjut ibu.

"Itu berlebihan. Dimana ada tiang kayu? Aku tidak pernah lihat."

"Aku pernah melihat seseorang melakukannya."

"Kita berdua selalu berbeda pendapat."

"Kau ingin pamer, kan?"


Ibu bertanya, apa Ma Rin sudah tahu hari peringatan kematian orang tua So Joon. Ma Rin menjawab kalau SO Joon tidak suka membicarakan soal mereka. Tapi ia yakin nanti juga So Joon akan mengatakannya sendiri.

"Aigo... Kau suka pamer, tapi tidak dewasa. Kau menantu mereka, wajib bagimu untuk mengetahuinya. Kalau kau terus diam begitu, kau memang tidak punya pikiran. Punya keluarga besar bisa menyakitkan. Namun tidak punya sama sekali pun terasa kesepian."

"Aku tahu, kok. Sulit mengoreknya karena dia mungkin akan terluka."

Ibu terus membuka tutup kulkas untuk mencari makanan tapi disana tidak ada yang bisa dimakan. Ma Rin menawari Ramyeon dan ibunya setuju.

Ma Rin membuka laci dan menemukan 2 bungkus Ramyeon. Ia merasa bungkusnya aneh dan tidak pernah melihatnya. Itu adalah Ramyeon dari masa depan.


Ma Rin memaksanya kemudian menikmatinya bersama ibu. Keduanya terpesona dengan rasa Ramyeon itu yang benar-benar wow.


Ma Rin menulis sesuatu di internet, "Aku pengantin baru yang masih awam soal rumah tangga. Halo, para anggota. Aku makan siang, dan sekarang aku sedang minum kopi. Pada senior semua, sudah pernah coba Ohri Ramyeonn?"

Ma Rin memotret Ramyeon masa depan tersebut lalu mengunggahnya. Ia menyarankan semua untuk mencoba Ohri Ramyeon,

"Belakangan ini, sebuah persaingan bisa dimenangkan dengan sedikit keributan. Ah, bahkan ramyeon haruslah yang kualitas terbaik. Dunia ini tidak mudah. Ramyeon ini yang membuatku menyadarinya. Beruntung sekali ada yang memihakku di dunia mengerikan ini. Cemilan hari ini adalah Oh Ri Ramyeon, bersama dengan suamiku tercinta."






Sek. Hwang mengasukan larangan So Joon untuk mengatakan "Bap" oada Young Jin. Young Jin tidakpercaya, lelucon apaan itu!

Sek. Hwang meras itu masalah besar karena banyak sekali kata yang harus menggunakan "Bap". Young Jin kesal dengan Sek. Hwang yang cerewet itu, ia memukul kaki Sek. Hwang dengan majalah agar Sek. Hwang berhenti.


Direktur Wang datang dan Sek. Hwang diusir keluar oleh Young Jin. Young Jin membahas soal Direktur Wang yang kena masalah dengan So Joon, sebenranya Ada apa sih dengan perusahaan mereka ini?

"Masalahku sepele saja, tapi kau yang dapat masalah besar, Yong Jin."

"Apa maksudmu?"

"Presdir sepakat bekerja sama dengan Distrik Sobeol beberapa waktu lalu.. Kenapa kau malah meributkan aku?"

"Apa? Sobeol? Apa maksudnya?"

"Kau bilang presentasinya..."

"Tunggu, Sobeol! Apa maksudmu?"


Young Jin langsung mendatangi So Joon. Ia bertanya langsung, kenapa So Joon terus saja menolak proyeknya. So Joon menjawab simpel karena ia rasa proyek Young Jin tidak akan menghasilkan keuntungan, sudah jelas akan merugi. Itulah hasil risetnya.

"Bagaimana dengan fakta wilayah itu hampir semua dijamin LE?" Tanya Young Jin.

"Hampir, tapi belum."

"Akan banyak apartemen dibangun di area Sobeol. Bagaimana cara Anda menganalisanya?"

"Bisa kau menjamin risetmu? Memang kau bisa melihat masa depan?"

"Presdir, Presdir. Saya tahu betapa berbakatnya Anda. Saya mengakui Anda memiliki pandangan tajam. Tetap saja, Anda juga tidak bisa melihat masa depan, kan?"


Ki Doong menenangkan Young Jin tapi ia malah kena bentak. Young Jin minta maaf pada So Joon barulah kembali membentak Ki Doong kalau ini bukan urusan Ki Doong.

"Kenapa teriak-teriak, sih?" Ujar Ki Doong.

"Benar-benar!" Kesal Young Jin.

"Nanti, kau pasti berterima kasih padaku. Kau, juga para investor." Kata So Joon.


Tiba-tiba Doo Sik datang mencari So Joon. So Joon mengatakan pada yang lain kalau Doo Sik adalah tamu penting. Doo Dik akan memperkenalkan diri pada yang lain tapi So Joon buru-buru menariknya pergi.


Doo Sik pamitan dengan So Joon, ia akan ke luar negeri dengan pantai yang indah karena sudah saatnya ia istirahat.

"Wow, menyedihkan sekali kau meninggalkan aku sendiri. Kau pergi atas kehendak sendiri. Pasti senang sekali, ya? Aku bahkan tidak tahu yang akan terjadi padaku."


Doo Sik menyuruh So Joon cepat pergi saja ke masa depan dan cari tahu sendiri. So Joon tidak bisa karena kehidupannya tiba-tiba berubah drastis, ia tidak bisa pergi ke masa depan, mengobservasi, atau lainnya. "Memang aku tipe yang cocok sesibuk itu?"

Doo Sik membalas, "Lalu, memang aku kelihatan seperti itu juga? Entahlah. Aku hanya ingin liburan."

"Kau bisa jalan bersamaku. Aku akan pergi bersamamu, Ahjussi. Kita bisa makan bersama di musim dingin. Pasti menyenangkan."

Doo Sik tidak mau karena ia ingin melihat wanita berbikini. So Joon kesal, lalu bagaimana kalau tiba-tiba ia dalam kondisi darurat?

"Ahjussi juga tahu kau satu-satunya yang bisa membantuku. Loyalitas dan nurani jadi hilang seiring usia yang menua, ya?"

"Masa bodoh, ah! Kenapa kau jadi membebani dan bergantung padaku, sih? Jangan lengket padaku. Aku akan tanning (berjemur) sampai kulitku hitam dari depan sampai belakang. Aku akan sangat seksi."

Doo Sik meninggalkan So Joon begitu saja. So Joon masih memaksa, katanya kalau Doo Sik lebih hitam lagi malah kelihatan jelek.


So Joon kembali ke kantor dan Ma Rin menelfon. Ma Rin heran, barusan pergi kenapa sudah sampai kantor. So Joon hari ini juga bersikap aneh, tiba-tiba saja muncul lalu pergi begitu saja.

"Aku?" Tanya So Joon.

"Kau bersikap seperti orang berbeda. Aku penasaran apakah ada yang terjadi?"

So Joon tersenyum tidak mengerti, lalu ia teringat 3 bulan lalu pernah perdi ke masa depan dan mendapati ia sudah menikah dengan Ma Rin.

"Jadi, aku habis pulang, ya?"

"Ya, kau pulang saat aku sedang mandi."

"Baiklah, yah. Nanti kutelepon lagi."

"Tunggu, Deobbang. Boleh aku tanya sesuatu padamu?"


Ma Rin membicarakan soal Ohri Ramyeon yang ada di lemari dapur. Ia ingin tahu dimana So Joon membelinya. So Joon balik bertanya, memangnya kenapa.

Ma Rin mempostingnya di "Mom Cafe (nama situs komunitas)" karena rasanya sungguh lezat, ia bahkan memotretnya. Tapi, orang-orang berkomentar tidak ada ramyeon seperti itu.

" "Mom Cafe"? Kau bahkan belum jadi seorang Ibu. Kenapa melakukannya?"

"Sudahlah, aku caritahu online saja."

"Tunggu. Tidak, tidak, tidak. Benda itu! Salah seorang temanku adalah peneliti di perusahaan ramyeon. Kau tdiak akan bisa menemukannya di internet. Dia memberikan padaku untuk dicoba. Belum dijual juga. Kau harus menghapus postinganmu sekarang. Bisa timbul banyak masalah.  Takdir perusahaan itu taruhannya."

Ma Rin terkejut, jadi ia membocorkan rahasia perusahaan? jadi mata-mata? So Joon tersenyum dan menyuruh Ma Rin cepat menghapusnya saja. Ma Rin bisa salah begitu karena kemasannya seperti sudah dijual di pasaran.

Ma Rin lalu menghapusnya tapi sudah dilihat 1,200 kali, apakah tidak masalah? So Joon sudah sangat lelah dengan itu. Iamenutup telfon Ma Rin dan bilang akan menelfon lagi nanti.


Ma Rin akan mencuci baju So Joon dan ia menemukan tas belanjaan. Itu adalah baju baru yang dibeli So Joon darimasa depan.

"Dia memilih pakaiannya sendiri dengan sangat baik. Perasaan aneh apa yang kumiliki ini?" Gumam Ma Rin.


Tuan Shin menyarankan Ma Rin saja. Se Young tidak setuju,menurutnya Ma Rin tidak memenuhi kualifikasi. Bukan haknya ikut campur sih, tapi lebih baik mencari seseorang yang berbakat saja.

"Tetap saja, Presdir merekomendasikan dia." Bantah Manager Cheon.

Tuan Shin memaksa, kan ada fotografer di keluarga mereka, jadi kenapa harus memakai orang lain. Dan Manager Cheon juga setuju-setuju saja. Manager Cheon membenarkan.

"Bagaimana bisa Song Ma Rin jadi keluarga kita?" Bantah Se Young lalu mengajak membahas proyek lain.

Kilas Balik...


Se Young heran soal Happiness yang tidak seorangpun ambil bagian di dalamnya sejak orang tua So Joon meninggal. So Joon ingin mewujudkan NGO yang membangun perumahan. So Joon juga sudah membicarakannya pada Tuan Shin dan beliau akan mempertimbangkannya.

"Apa tidak lebih baik pensiun saja dan tidak melakukan apa pun? Aku rasa beliau akan melakukannya. Bagaimanapun, beliau ingin melakukannya dulu." Lanjut So Joon.

"Kurasa benar. Kau ingin mewujudkan impian orang tuamu, kan?"

So Joon meminta Se Young mengurus konstruksinya dan Tuan Shin mengelolanya, dan ia penyedia dana. Se Young mengerti maksud So Joon. Tapi ia tidak bisa melakukan NGO, ia sama sekali tidak tertarik.


So Joon merayu Se Young dengan memegang tangannya. Ia tahu Se Young sangat berbakat dan tidak ada yang bisa ia andalkan selain Se Young. So Joon lalu mengajaknya bersulang dan jika Se Young mau maka artinya setuju.

"Hei, bagaimana bisa kau berusaha mengubah pikiranku dengan bir?"

"Ayolah, Se Young."

"Oke, bersulang."

"Kau yang terbaik."

Kilas balik selesai...


Se Young melarang Ayahnya untuk memasukkan sembarang orang dalam proyek ini. Ia tidak mau mendengar protes. Iasegera mengalihkan pembicaraan untuk proyek selanjutnya.


Ma Rin menyuruh So Joon mengisi dokumen pendaftaran pernikahan. Ia mengingatkan kalau So Joon tidak bisa mundur lagi sekali menandatangani itu. Hanya jika Hakim memutuskan, baru mereka bisa berpisah.


So Joon kelihatan ragu, Ma Rin mendekatinya. Jika tidak siap lain waktu saja, Banyak juga kok pasangan yang melakukannya setelah setahun pernikahan. Ma Rin merebut dokumen itu tapi So Joon kembali memintanya.

"Siapa yang bilang aku mau begitu?" Bantah So Joon.

"Kelihatannya kau ragu."

"Berhentilah membaca buku aneh itu. Pikir dulu sebelum memposting sesuatu di dunia maya."

"Aku tahu."

"Kalau kau mendapati sesuatu yang baru dan asing di sini, jangan asal mempostingnya. Aku punya banyak teman yang bekerja sebagai peneliti."

"Kalau begitu, sepatu yang kupakai juga? Itu bahan penelitian?"


So Joon mengiyakan tapi Ma Rin malah merasa aneh. Kalau memang So Joon banyak teman, kenapa tidak ada satupun yang datang ke pernikahan, So Joon juga tidak pernah mengenalkannya pada mereka.

"Temanku datang, kok. Hanya saja kau tidak bertemu mereka." Bantah So Joon.

"Mungkin Gun Sook benar. Aku tidak mengenalmu dengan baik."

"Kita hanya perlu mendaftarkan pernikahan lalu punya anak. Kita hanya perlu hidup dengan baik."

Ma Rin terkejut, anak? "Oeee...oee..." Bayi seperti itu? So Joon membenarkan dan mereka harus cepat membuatnya. 


Ma Rin kesal. So Joon heran, Bukankah Ma Rin bergabung di "Mom Cafe" karena ingin punya anak. Jadi Kenapa pura-pura tidak ingin sekarang?

"Jangan main-main soal seperti itu."

"Aku serius, kok! Kenapa? Kau tidak ingin punya "Kkot Soon" kecil? Dia pasti cantik."

"Kau pikir kita berhak punya anak?"

"Tentu saja. Aku muda, kaya, dan genetikku bagus."

"Aku tidak ingin sembarang punya anak seperti Ayah dan Ibuku. Aku tidak mau, sampai yakin kita bisa menjadi orang tua yang baik."

"Kenapa, sih? Kau tidak percaya padaku?"

"Baru saja aku berpikir, "Mungkin aku tidak mengenalmu dengan baik". Aku bilang begitu. Menyuapi dan menidurkan mereka tidak lantas menjadikanmu orang tua yang baik. Ya, kita akan meninggal sebelum anak-anak kita. Bagaimana kalau kita meninggal? Lalu... Bagaimana nasib mereka?

"Kau benar. Bagaimana kalau kita meninggal? Tidak bertanggung-jawab namanya. Aku tidak berpikir sejauh itu." So Joon menjawabnya dengan lemas. Ma Rin merasa bersalah karena So Joon jadi bersedih begitu, ia hanya tidak ingin sembarangan punya anak.


So Joon memandang lagi dokumen pendaftaran pernikahan. Ia kemudian mengisinya dengan mantap. Ia teringat Ma Rin saat kecelakaan itu, dimana Ma Rin melarangnya pergi karena Ma Rin takut.


So Joon lalu memandangi Ma Rin yang tertidur dengan haru.


So Joon ke rumah Doo Sik. Ia mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Doo Sik melangkah menuju rumahnya tapi saat melihat So Joon ia malah sembunyi.

So Joon berpikir, apa Doo Sik sudah memulai liburannya ya?

Pesan masuk dari Ma Rin, "Deobbang, apa kau bisa minta Ohri Ramyeon lagi pada temanmu? Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Akan kumakan diam-diam."

"Tidak, susah dapatnya."
Balas So Joon.


-- Januari, 2018: Masa Depan --

So Joon ke supermarket dan belanja banyak Ohri Ramyeon. Ia sempat khawatir akan terjadi sesuatu jika membeli terlalu banyak tapi cepat-cepat menepis pikiran itu karena jika ia memikirkannya nanti bisa kejadian beneran.


Tuan Shin berpapasan dengan Manager Cheon. Ia bertanya, apa Manager Cheon sudah menemukan fotografer. Manager Cheon belum menemukannya karena jadwalnya terlalu dekat jadi tidak seorangpun bisa meluangkan waktu.

"Kalau begitu, biar aku yang cari. Kau urus saja pekerjaanmu yang lain." Jawab Tuan Shin dan Manager Cheon sangat berterimakasih karenanya.


Tuan Shin mengajak Ma Rin bertemu. Sebelumnya ia minta maaf karena sudah mencuri waktu berharga Ma Rin. Ma Rin mengatakan tidak apa-apa. Tuan Shil lalu mengatakan tujuannya,

"Aku ingin memberimu kesempatan melakukan sesuatu yang baik. Aku akan senang kalau kau bilang "Iya". Kami akan menggelar upacara pembukaan rumah ke-30 kami. Bisa kau datang dan memotret?"

"Ah, donasi dengan bakatku?"

"Ya, kami ingin fotografi khusus untuk momen ini."

"Fotografi khusus? Kalau begitu, tidakkah seharusnya seseorang yang lebih ahli?"

"Oh, aku sudah ditolak."

"Oh, bukan begitu. Saya hanya tidak yakin bakat saya cukup baik untuk melakukannya. Kenapa tidak saya kirimi portofolio saja dulu? Anda bisa memutuskan saya layak atau tidak, baru menghubungi saya."

"Artinya, kau ingin melakukannya?"

"Saya akan senang sekali melakukannya. Saya juga ingin mulai bekerja. Tapi, ini kegiatan amal. Saya tidak akan menerima bayaran, kan?"

"Apa?"

"Bukan apa-apa. Saya tidak mengharapkan apa pun, kok. Saya hanya merasa gugup saja. Bukan apa-apa. Saya tidak keberatan kapan pun Anda memerlukan saya."

Tuan Shin senang sekali mendengarnya. Sang putera mereka merintis "Happiness" dan menantu mereka melakukan kegiatan amal di dalamnya. Orang tua So Joon pasti senang melihatnya. Ma Rin terkejut mendengar So Joon yang merintis "Happiness".


So Joon datang ke rumah Ki Doong setelah membeli ramyeon dan ia melihat Doo Sik celingukan didepan pintu. Doo Sik terkejut melihat So Joon.

"Kau... Ahjussi itu, kan? Aku dari tahun 2016. Wow! Kenapa kau berubah drastis sekali? Kau melewati masa sulit?"

Doo Sik tidak ingin bicara dengan So Joo dan melangkah pergi. So Joon menahannya, ia bercerita kalau dimasanya ia ke rumah Doo Sik tapi tidak ada seorangpun di sana. Ia tidak bisa bertemu Doo Sil lagi makanya ia datang ke masa depan.

"Bagaimana dengan kehidupanku sampai hari ini? Kita bisa membicarakan itu nanti, tapi kenapa dandananmu jadi begini? Ayo kita masuk dan bicara. "

Doo Sik tidak mau tapi So Joon memaksanya karena banyak sekali hal yang ingin ia tanyakan pada Doo Sik.


Mereka masuk ke dalam dan So Joon terkejut bukan main mendapati rumah Ki Doong kosong bahkan sudah berdebu. Ia hera,masa ia sudah pindah? Apa terjadi sesuatu padanya?

Doo Sik juga tidak tahu. So Joon bergegas mencari jurnalnya di langit-langit tapi tidak ada.


So Joon mendesak Doo Sik untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Doo Sik tidak tahu karenaia tidak berkomunikasi sama sekali dengan So Joon. Sudah lama juga sejak terakhir kali mereka bertemu.


"Tapi kenapa? Apa maksudmu? Kenapa kita tidak saling berhubungan lagi?"

"Karena kau menghilang! Kau menghilang, So Joon."

"Apa maksudmu? Kenapa aku menghilang? Bagaimana dengan Ma Rin? Dimana Song Ma Rin?"

"Jangan tanya apa pun padaku. Aku datang untuk menyesali telah memihakmu. Melihat wajahmu seperti ini... membuatku merasa buruk."

Doo Sik akan pergi tapi So Joon melarangnya, ia meminta Doo Sik menjelaskan agar ia bisa mengerti! Apakah ia sudah melakukan kesalahan? Lelucon ini sungguh tidak lucu!


So Joon kembali ke masanya dengan wajah penuh pertanyaan.


Ma Rin berjalan menuju stasiun sambil memikirkan kata-kata Tuan Shin tadi.


Tuan Shin menjelaskan bahwa orang tuan So Joon sebelum meninggal mengelola komunitas amal bernama "Happiness". Mereka kemudian meninggal dalam insiden di Stasiun Namyeong.

"Insiden di Namyeong Station?"

"So Joon tidak menceritakannya padamu?"

"Tidak... oh, saya sudah diberitahu, kok. Silakan lanjutkan."

Tuan Shin pun melanjutkan. setahun setelah kecelakaan itu, So Joon mengatakan padaku ingin "Happiness" terus berlangsung. Jadi, ia mengambil alih pengelolaannya. "Happiness" yang ada sekarang dirintis oleh So Joon. So Joon lah donatur terbesar. Tapi, So Joon tidak mengijinkan mereka mengungkapnya. Sebab, So Joon akan teringat akan orang tuanya.

"Meski begitu, dia... Bagaimana bisa dia tidak mengatakannya pada orang yang dia nikahi? Dia tidak memberitahumu soal ini?"Heran Tuan Shin.


Ma Rin berhenti di tiang para korban ledakan stasiun Namyeong.

"Ternyata mereka disini, Orang tua So Joon." Gumamnya.


So Joon yang juga naik subway melihat Ma Rin. Tapi ia hanya diam tidak menyapanya.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search