-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 4 Part 1

- Februari 13, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 4 Part 1


Ma Rin menunggu kereta dengan senyum bahagia setelah mengirim pesan untuk So Joon.


Sementara itu So Joon di masa depan menghilang menjadi asap. Ia bernarasi,

" "Jangan pergi" adalah kata-kata yang dia ucapkan padaku. Aku menghilang dan aku musnah. Aku tidak tahu apakah tempat ini adalah alam mimpi atau bukan. Apakah ini dunia yang kutinggali? Ataukah aku terjebak di suatu waktu? Aku tidak tahu. Anehnya, yang dia katakan padaku.. "Jangan pergi". Hanya itu yang bisa kuingat."



Ma Rin menunggu di stasiun Namyeong hingga jam 11 lebih tapi So Joon tidak muncul juga dan ponselnya juga tidak aktif.


So Joon ternyata terbaring di samping rel di lorong stasiun Namyeong.


Ma Rin lelah menunggu, ia sempat berpikir kalau terjadi apa-apa pada So Joon tapi ia memutuskan untuk pulang. Dan saat ia berjalan ada ambulan yang melewatinya.


Ma Rin naik bis. Ada siaran berita dari radio bahwa seorang pria yang tidak dikenal ditemukan pingsan di Stasiun bawah tanah Namyeong. Ma Rin tidak mengindahkan berita itu sampai ia mendapat telfon dari rumah sakit.


Ma Rin langsung berlari menuju rumah sakit. Saat itu So Joon sudah berjalan keluar. Ma Rin bertanya, apa yang terjadi dan apa So Joon baik-baik saja. Tapi So Joon hanya diam saja. Ma Rin yang masih panik mengulangi pertanyaannya lagi.

"Aku tanya, apa kau baik-baik saja? Apa yang dikatakan dokter? Apa mereka bilang kau boleh pulang?"


So Joon hanya menatap Ma Rin membuat Ma Rin bertanya lagi, kenapa So Joon menatapnya seperti itu. So Joon hanya sedang bertanya-tanya, ini mimpi atau bukan. Mungkin seharusnya ia terluka saja sekalian. Ma Rin tidak mengerti maksud So Joon.

"Sepertinya kau mencemaskanku. Tapi nyatanya aku tidak apa-apa. Bagaimana, ya mengatakannya? Rasanya seperti aku baru saja melakukan sebuah kesalahan."

"Apa rumah sakit ini barusan mengerjaiku di telpon? Kau baik-baik saja, jadi kenapa mereka harus menelpon seolah ada sesuatu yang bahaya?"


Ma Rin mengembalikan kamera itu pada So Joon. Ia berterimakasih tapi ia merasa ini tidak benar. Dan karena So Joon baik-baiksaja, ia akan pergi.

So Joon menahannya, Bukannya Ma Rin ke sana karena  mencemaskannya, Ma Rin juga sangat pucat, pasti tadi sangat kaget. Ma Rin sudah memastikan kalau tidak ada yang terjadi dan So Joon baik-baik saja jadi ia akan pergi.

"Kau minta bertemu di Stasiun Namyeong, kan? Aku baru saja baca pesanmu." Cegah So Joon lagi.

"Harusnya kau baca itu sejak tadi."

"Kau bilang kau ingat aku siapa. Kita berdua selamat dari kematian. Apa sikapmu ini tidak terlalu dingin padaku?"


Ma Rin membenarkan, ia ingat semuanya. So Joon adalah pria dari kereta yang ia temui 7 tahun lalu. Ia terkejut sekaligus merasa senang karena akhirnya bertemu dengan So Joon. Jadi, ia menunggu So Joon sepanjang hari.

"Apa kau tahu apa yang kupikirkan selagi aku menunggumu? Pria yang selamat bersamaku.. aku selalu penasaran apakah dia hidup dengan baik sekarang. Tapi, kau sekarang menjalani semuanya dengan baik dan kupikir itu bagus. Aku merasa sangat berterima kasih. Sepertinya kita memang ditakdirkan bertemu karena kita sama-sama masih hidup.

Lalu mendadak aku mendapat telepon kalau kau ada di UGD. Menurut perawat.. kau terluka di dalam lorong rel dan aku langsung berpikir, "Kereta lagi?" Jantungku rasanya mau copot. Apa, sih candaan yang sedang diberikan oleh takdir padaku? Aku pikir kau terluka sangat parah. Aku senang karena sekarang kenyataannya kau sangat sehat dan hidup dengan baik."

"Kalau begitu, kita harus hidup bersama." Jawab So Joon.

"Tentu saja, kita harus hidup seperti ini selama 1000 tahun. Apa maksudmu?"

"Kau benar mau hidup bersama denganku?"

"Aku bahkan tetap akan hidup walaupun kau tidak menyuruhku."

"Kau sudah janji. Kita akan hidup bersama."

Ma Rin tidak mengerti maksud So Joon, sedang bercanda dengannya ya? So Joon hanya tersenyum. Kemudian Ki Dong dan Se Young memanggil.


Ma Rin akan pergi. So Joon menyuruhnya untuk pulang naik taksi tapi Ma Rin menolaknya. So Joon mengingatkan kala tas Ma Rin ada di dalam mobilnya. Oh iya.. Ma Rin baru ingat.


So Joon lalu memberikan dompetnya pada Ma Rin karena ma Rin butuh uang untuk pulang. Ma Rin menolaknya, ia masih bisa bayar dengan kartu di ponselnya. So Joon memaksa dan Ma Rin terpaksa menerimanya.
Ma Rin tidak mau menggunakan uang So Joon, ia memilih untuk naik bis saja.


So Joon tidak jadi makan dengan teman-temannya, ia mau pulang dan minta pinjam kartu kredit Ki Dong. Ki Dong memberikannya tapi Se Young merebutnya, So Joon tidak boleh pergi begitu saja.

"Kenapa kau bisa pingsan dalam terowongan?" Paksa Se Young.

So Joon merengek soal ia yang baru saja keluar dari rumah sakit. Se Young melihat So Joon baik-baik saja. So Joon pura-pura sakit. Se Young hanya penasaran saja. Ki DOng membantu So Joon mengambil kartu dari Se Young mengatakan kalau So Joon tadi sudah bilang sedang mabuk saja.

"Aku lahir di rumah sakit yang sama denganmu dan aku sudah tahu kau luar dalam. Tapi ada dua hal yang aku tidak tahu darimu. Apa yang kau lakukan saat kau sedang berdua dengan seorang gadis, dan saat kau sedang mabuk. Dan barusan aku melihat keduanya." Ujar Se Young.


"Aku sudah berkencan dengan banyak gadis, dan belakangan aku juga sering pingsan karena mabuk. Kau hanya belum sempat melihatnya."

"Aku tidak sebegitu tertariknya dengan hidupmu, kok. Tapi, ceritakan padaku tentang kejadian di terowongan. Aku penasaran sampai tidak bisa tidur memikirkannya."

Ki Dong mengajak Se Young masuk saja, ia yakin So Joon punya alasan sendiri. Se Young mengerti itu, tapi apa alasan hingga So Joon pergi ke terowonan kereta bawah tanah. Tapi Ki Dong tidak penasaran akan hal itu dan itu menambah kecurigaan Se Young.

Ki Dong mengatakan semua orang boleh masuk ke terowongan kereta bawah tanah setidaknya sekali seumur hidup. Se Young membalas kalau itu tidak masuk akal. Saat keduanya saling berdebat, So Joon berjalan pergi. Se Young menyadarinya dan memanggil-manggil So Joon tapi Ki Dong menariknya masuk ke dalam, ia bersikeras kalau masuk ke terowongan kereta bawah tanah itu hal wajar.


Se Young kesal hari ini karena mereka berdua punya banyak sekali rahasia. Ki Dong mengelaknya sambil ketawa. Se Young sebenarnya selama ini curiga tapi diam saja.

"Setelah kematian orangtuanya So Joon.. aku merasa sedikit aneh kenapa dia mendadak bisa kaya. Saham? Semua orang akan bilang itu aneh. Kau juga aneh karena hanya diam saja dan menganggap semua itu normal."

"Kau benar. Kau bisa saja berpikir begitu."

"Jangan  pura-pura mengerti begitu. So Joon mendadak jadi kaya. Kau keluar dari sekolah dan bekerja untuk So Joon."

"Hei, aku kan hanya menolongnya."

"Di mataku kau sedang menyerahkan seluruh hidupmu padanya. Bahkan saat Soo Joon masih remaja puber.. dia tidak akan peduli saat aku masuk ke kamarnya dan menyentuh barang-barangnya. Sekarang, dia bahkan tidak akan mengizinkanku mendekat ke rumahnya."

"Jangan tanya kenapa. Bahkan aku yang kau bilang sudah menyerahkan hidup untuk So Joon-pun.. aku sama sekali tidak mengurusi kehidupannya di luar kantor."

"Ada sesuatu yang aneh dengan So Joon dan kau tahu sesuatu soal itu."

"Tidak ada hal macam itu."

"Tidak ada?"

"Tidak ada."

"Baiklah."


Ma Rin membuka internet, tapi ia tidak bisa fokus dengan dompet So Joon. Ia penasaran dengan isi dompet So Joon tapi ia memutuskan untuk tidak membukanya.

Ma Rin lalu kepikiran kata-kata So Joon tadi yang mengajaknya hidup bersama. Ma Rin merasa kalau So Joon tadi kelihatan sangat yakin.

"Deokbang harus diberi peringatan. Dia itu pria berbahaya." Katanya pada diri sendiri.


So Joon mengirim pesan, "Aku akan mengembalikan tasmu. Bagaimana kalau pukul 1 siang besok? Mari sekalian makan siang."


Di rumah So Joon juga ingin membuka tas Ma Rin tapi ia urungkan karena ia akan dianggap kurang ajar. Pesan balasan Ma Rin masuk ke ponselnya,

"Omong-omong kau tidak membongkar tasku atau apa, kan? Kembalikan tasku besok dalam keadaan yang sama seperti sebelumnya. Aku akan mengembalikan dompetmu dalam kondisi yang baik juga."

Tapi pesan itu malah mendorong So Joon untuk membuka tas Ma Rin.


Ma Rin tidak bisa tidur saking penasarannya dengan isi dompet So Joon. Ia pun membukanya dan disana ada fotonya tepat di atas KTP So Joon.

"Pi-po pi-po (menirukan suara mobil polisi) Hati-hatilah pada Deokbang. Pi-po pi-po Hati-hatilah pada Deokbang." Pesannya pada diri sendiri.


So Joon mengambil CV Ma Rin. Ia membaca Ma Rin itu lulusan SMU Khusus Wanita, Chiksa. So Joon percaya diri, ia akan memastikan Ma Rin cukup makan.

So Joon teringat masa depan yang pernah ia datangi kemarin, mengenai julukan yang ia berikan untuk Ma Rin. Bukan Bap Soon (nasi) Kkot Soon (bunga). So Joon mempraktekkannya tapirasanya berat sekali, akhirnya ia tetap menggunakan Bap Soon.

"Bap Soon. Ya. Kau lolos."


Ma Rin datang ke sebuah gedung, ia menuju resepsionis untuk menanyakan reservasi restoran yang dipesan atas nama So Joon. Petugas pun mengantar Ma Rin.

Eh.. Ada Sekretaris hwang yang mengawasi.


Ternyata tempat makannya privat, satu ruangan hanya ada meja mereka berdua dan makanannya banyak banget. So Joon sedikit-sedikit melrik Ma Rin dan Ma Rin melarangnya karena menakutkan sekali. So Joon lalu tersenyum dan Ma Rin kembali melarangnya karena ia tidak suka.

So Joon malah menatap Ma Rin dengan senyum lebar. Ma Rin kesal. So Joon akhirnya buka mulut, ia meminta Ma Rin berhenti, ia tidak boleh boleh senyum, tidak boleh melirik. Jadi ia harus bagaimana? Haruskah enyah saja?

"Tidak.. Sorry."


So Joon membalasnya dengan senyum. Ma Rin menanyakan soal tasnya, apasudah siap. Lalu mereka saling memberikan barang masing-masing bersamaan.  So Joon menunjukkan foto Ma Rin yang disimpannya di dalam dompet sambil tersenyum.


Mereka melanjutkan makan lagi. Ma Rin mendesah, bagaimana caranya mereka menghabiskan itu semua. Ia bertanya, apa itu bisa dibungkus. So Joon berkomentar, pasti Ma Rin sangat jago menghemat keuangan rumah tangga. Tapi kalau Ma Rin hidup dengannya, Ma Rin tidak perlu berhemat. Karena mereka akan menghabiskan uang dengan penuh tanggung jawab.

"Apa barusan kau bilang tinggal bersama?" Tanya Ma Rin terkejut.

So Joon mengingatkan kalau Ma Rin sudah janji mau tinggal dengannya. Ma Rin meluruskan, jadi maksud So Joon tinggal bersama itu bukan sama-sama tetap hidup tapi akan makan dan tidur bersama. So Joon membenarkan. Ma Rin tidak menyangka, mereka bahkan belum berpegangan tangan, dan sekarang So Joon mengajaknya tinggal bersama.


"Mereka bilang babi selalu diberi makanan enak sebelum mereka disembelih. Apa kau memberiku semua makanan ini supaya kau bisa menangkap dan memakanku? Apa kau juga akan membayarku? Aku tahu kalau chaebol (pewaris perusahaan) biasanya sangat dimanjakan. Aku sudah banyak melihat hal itu di TV an film.."

"Tunggu. Aku bukan anak dari pemilik perusahaan yang kaya raya."

"Lalu apa kau cucunya?"

"Lupakan sajalah. Apa hanya itu yang ada dalam pikiranmu kalau seorang pria dan wanita tinggal serumah? Song Ma Rin, apakah pemikiranmu memang hanya sesimpel itu?


Ma Rin mengaku ia adalah tipe wanita yang bisa mengetahui 10 hal saat diajari 1 hal. Ia tahu betul apa yang sedang So Joon pikirkan. Karena masa lalu mereka, ia sudah berusaha bijak terhadap So Joon dan ini yang ia terima sebagai balasannya?

So Joon berhenti makan, Ma Rin juga. Ma Rin berkata ia benar-benar kecewa pada So Joon yang memperlakukannya sesenaknya.

"Seorang wanita yang ingin kunikahi." Jawab So Joon.

"Apa!"

"Bukan untuk berkencan dan untuk tinggal serumah. Tapi wanita yang ingin kuajak menikah."

Ma Rin menganga, menikah? lalu ia tertawa dan mengulanginya lagi, menikah? So Joon tahu ini bukan waktu yang pas.. tapi ia merasa akan sia-sia saja kalau ia menunggu lebih lama.

"Bagaimana menurutmu kalau kita menikah? Kita bisa tinggal serumah, saling mencintai dan hidup penuh dengan kasih sayang."

"Dasar gila. Kau harusnya tetap pada pendirianmu untuk mengajakku tinggal serumah."


Ma Rin meninggalkan ruangan. So Joon tidak mengerti dengan rekasi Ma Rin dan mengejarnya. Kalu pernikahan terlalu cepat buat Ma Rin, So Joon menawari untuk berkencan dahulu tapi dengan tujuan untuk menikah.


Ma Rin berbelok dan So Joon memegang tangannya. Ma Rin menepis tangan So Joon, ia melarang So Joon menarik dirinya. Ternyata So Joon hanya mau memberitahu kalau jalan keluar bukan disana, itu toilet.

"Aku memang mau ke kamar mandi. Aku mau cuci tangan." Jawab Ma Rin mengelak.


So Joon mengerti, ia merangkul Ma Rin dan mengajaknya bicara dulu tapi Ma Rin malah menjauh. Thu apa So Joon tentang dirinya? dan Ma Rin terus berjalan sambil menggerutu,

"Apa kau benar-benar mengenalku? Kau tidak tahu apa-apa soal pernikahan atau soal wanita? Kau tahu aku?"

"Aku hanya meminta wanita yang ingin kunikahi untuk menikah denganku. Apakah dilamar oleh seorang pria adalah sesuatu yang bisa membuatmu begitu marah?"

"Lamaran macam apa yang absurd, penuh ancaman dan menyebalkan seperti ini? Ini bukan lamaran namanya. Ini main-main namanya."

"Aku tahu kau pasti kaget. Wanita ini adalah wanita yang harus kunikahi. Aku harus menikah dengan wanita ini. Aku punya tujuan yang jelas. Aku punya perasaan."

"Jangan mencoba hal semacam itu padaku."


So Joon memegang Ma Rin lagi untuk menghentikannya tapi lagi-lagi Ma Rin menepisnya dan menyuruhnya menjauh. So Joon tersenyum, mengatakan kalau ia tidak akan macam-macam dengan Ma Rin, jadi Ma Rin tidak perlu berlebihan begitu.

"Deokbang! Kunyuk. Ini namanya pelecehan atas nama pernikahan. Kau bisa ada dalam masalah. Ini berbahaya. Ini berbahaya." Bantak Ma Rin.

Ma Rin melanjutkan jalannya tapi ia bingung, kok tidak ada ujungnya sih gedung itu. Ia menuduh So Joon membawanya ke dalam sarang pencuri. So Joon masih terus mengikuti Ma Rin, ia rasa mereka ini memang ditakdirkan bertemu dan bersama. Sebuah takdir, begitulah ia menyebutnya.

"Sebuah takdir atau karma yang buruk." Jawab Ma Rin.


Akhirnya So Joon mendahului Ma Rin dan menghentikannya. 7 tahun yang lalu.. mereka tidak akan ada di dunia ini, kalau hari itu mereka tidak bertemu di kereta. Ma Rin menyelamatkannya dan ia menyelamatkan Ma Rin. Apa menurut Ma Rin takdir mereka adalah sebuah karma yang buruk? Kalau menurutnya mereka sudah ditakdirkan satu sama lain.


So Joon kemudian menekan sebuah tombol dan pintu terbuka. Ternyata mereka sampai di depan pintu ruangan makan mereka tadi.

"Kau hanya sedang bermain-main denganku." Desah Ma Rin.

"Aku menahanmu seperti ini dan memintamu untuk makan denganku."


So Joon menyuruh Ma Rin masuk dan akhirnya Ma Rin setuju. Ma Rin bertanya, jadi So Joon serius dengannya. So Joon mengiyakan dengan mantap.


"Biarkan aku menanyakan sesuatu. Apa kau mencintaiku?"

"Aku merasa aku akan mati kalau tidak menikah denganmu. Jadi, tolong pikirkan semua dengan serius. Kkot Soon ~ aa.,"

Ma Rin kembali melongo. So Joon melanjutkan, "Bukan Bap Soon tapi Kkot Soon."


Ma Rin sampai kesulitan bernafas, ia memegangi dadanya.

"Ini.. rasana seperti batu besar yang menghimpit dadaku dan perlahan meleleh begitu saja. Apa ini efeknya?"

So Joon tersenyum lalu berubah khawatir, "Apa kau sakit? Kkot Soon. Apa kau baik-baik saja? Kkot Soon.."


Gun Sook sedang berbelanja. Sek. Hwang menelfon (di ponsel Gun Sook nomor Sek. Hwang diberinama "supir"), Gun Sook menjawab tapi mengatakan kalau ia agak sibuk sekarang. Sek. Hwang melapor kalau So Joon sedang bersama Ma Rin saat ini dan itu membuatnya tertegun.


Sek. Hwang bahkan menyampaikan dengan detail apa yang mereka berdua lakukan. 

"Mereka keluar bersama-sama. Ya. Mereka jelas tidak dalam hubungan yang normal. Presdir melingkarkan tangannya ke bahu Bap Soon dan mendekapnya dengan erat. Oh, Bap Soon berusaha untuk menjauh dari Presdir. Ya, dan sekarang Presdir mengejarnya. Ya, dia mengejarnya. Semua orang bisa melihat kalau ini adalah cinta. Cinta yang membara. Astaga. Ya, kerja bagus. Astaga."


Gun Sook sampai lemas saat keluar dari ruang pas. Ia jadi tidak selera belanja.


Ma Rin kepikiran terus saat So Joon memanggilnya "Kkot Soon ~ aa.."


So Joon dan Doo Sik bertemu di masa depan. Ia menceritakan soal dirinya dan Ma Rin. So Joon tersentuh dengan apa yang dikatakan Ma Rin setelah Ma Rin mengingat dirinya.

"Dia bilang dia merasa bersyukur aku tetap hidup sampai sekarang. Dia benar-benar merasa senang. Bagaimana aku bisa mengabaikan wanita seperti itu? Aku tahu jelas sekarang apa yang akan terjadi."

"Jadi, kau merasa bersalah kalau membiarkan dia meninggal?"

"Astaga, kau mendadak bicara dengan cara yang sedikit tak berperasaan."

"Jujur saja soal itu. Kau percaya waktu aku bilang kau harus punya anak? Kau merasa jantungmu berdegup kencang dan mendadak merasa menginginkan itu? Kau ingin menikah dan punya anak."

"Kau kekanak-kanakan sekali."


Doo Sik meminta So Joon mengaku saja, memangnya bisa ada rahasia diantara mereka berdua. So Joon menanyakan pendapat Doo Sik tentang nominal kepercayaannya pada Doo Sik dalam persen. Doo Sik menjawab sekitar 120 persenlah.

"Maksimal, dengan rasa optimis... sekitar 2 persen." Jawab So Joon.

"Apa yang membuatmu tidak memberikan 98 persennya lagi?"

"Sudah kubilang aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja."

"Ya, sudah sewajarnya kau merasakan panas di tubuhmu."

"Kita datang ke musim dingin karena kau ingin makan mi dingin di musim dingin. Kau membuatmu merasa panas."

"Mi dingin paling pas dimakan saat musim dingin. Ini rahasia yang hanya kita ketahui berdua. Apalagi yang bisa dilakukan oleh penjelajah waktu seperti kita? Tentu saja menemukan tempat makan terbaik dan melakukan perjalanan ke sana. Ini adalah bagian terbaiknya."

Doo Sik memperingatkan, kalau So Joon benar-benar menikah masa depan yang So Joon tahu akan benar-benar berbeda. Seseorang yang tidak ditakdirkan ada dalam hidup So Joon, mendadak hadir begitu saja. Set ulang. Itu seperti melakukan set ulang.

"Sepertinya begitu. Apa itu adalah masalah besar?" Tanya So Joon dengan tersenyum.


Sek. Hwang mengatakan pada Young Jin. Sebenrnya adalah sesuatu yang begitu sulit ingin ia katakan adalah... Gun Sook terlalu banyak menyuruhnya melakukan hal-hal yang sifatnya pribadi. Young Jin balik bertanya, bukankah itu memang tugas Sek. Hwang?

"Ya.. Saya mau saja melakukannya. Saya mau saja melakuka semua itu. Tapi itu memengaruhi pekerjaan Saya."

Young Jin menebak, apa Gun Sook merasa penasaran tentang Bap Soon dan Presdir Yoo? mau mengawasi hubungan mereka? Sek. Hwang mengaku kalau Gun Sook memintanya untuk merahasiakan semua itu dari Young Jin.

"Itu sudah sangat jelas. Dewasalah. Bahkan kalaupun Presdir Yoo itu idiot, memangnya dia mau berkencan dengan Bap Soon? Pikirkan saja itu."

"Tidak, mereka memang berkencan. Hubungan mereka tidak kelihatan biasa."

"Itu pasti hanya main-main saja, seperti yang dilakukan anak muda kebanyakan. Mereka semua begitu."

Young Jin lalu menyuruh Sek. Hwang duduk karena dengan berdiri di sana membuatnya gugup.


So Joon membawakan berita dari tahun 2019. Ia mendiskusikan itu dengan Ki Dong, kalau mereka akan melakukan sedikit perubahan soal Distrik Sobeol karena LE Grup masih belum memindahkan kantor pusat mereka yang terbelit masalah hukum.

Ki Dong merasa kagum setiap kali melihat berita dari masa depan. Tapi ia merasa penasaran sejak lama. Kenapa So Joon tidak membawa apa-apa di atas bulan Maret 2019? Apakah tidak sebaiknya mereka melihat lebih jauh ke masa depan?

"Oh, aku hanya merasa capek saja. Jauh sekali kalau mau ke sana." Jawab So Joon.


Young Jin tiba-tiba masuk. Ki Dong sibuk menyembunyikan berita-berita itu dari Young Jin. Young Jin bertanya, haruskah ia kembali. Keduanya kompak menjawab tidak perlu.

"Tentang makan malam manajemen hari ini.. Saya berencana mengadakannya di rumah Saya." Ujar Young Jin.

So Joon akan menolaknya tapi Ki Dong mendahuluinya dan  berjanji akan datang. Setelah Young Jin pergi, So Joon menatap tajam Ki Dong.


Gun Sook mengundang Ma Rin untuk bantu-bantu. Ma Rin heran, kenapa Gun Sook memintanya untuk melakukan hal itu. Gun Sook menjawab kalau sesama teman harus saling membatu.

"Orang akan berpikir kita ini sahabat dekat, kan?" Sindir Ma Rin.

Gun Sook lalu bertanya, apa Ma Rin sedang berkencan dengan seseorang. Ma Rin menjawab tidak, kenapa?

"Kau benar tidak sedang berkencan? Benarkah?"

"Kalau iya kenapa?"


Pesan masuk di ponsel Ma Rin, "Kkot Soon, kau di mana? Haruskah kita bertemu malam ini?"


Setelah membacanya, Ma Rin bertanya pada Gun Sook, apa Gun Sook suka pernikahan? Bagaimana cara Gun Sook memutuskan menikah dengan Yong Jin?

Gun Sook balik bertanya, apa ada seorang yang mengajak Ma Rin menikah. Ma Rin mengelaknya dan belpintu berbunyi.


Gun Sook pun keluar meyambut tamu-tamu. Ma Rin juga ikut keluar dan meluhat So Joon datang bersama mereka. Baik So Joon dan Ma Rin sama-sama terkejut tapi mereka tidak saling menyapa.

Ma Rin lalu masuk lagi, ia kesal karena Gun Sook tidak bilang kalau orang-orang akan datang sekarang. Gun Sook pura-pura lupa. Ma Rin akan pergi tapi Gun Sook malah menariknya kembali ke ruang tamu.

Gun Sook mengenalkan Ma Rin sebagai tamu yang banyak membantunya menyiapkan makanan. Ma Rin berharap semuanya menikmati makanannya dan ia permisi tapi So Joon tiba-tiba memintanya untuk bergabung. Young Jin juga setuju.


Ma Rin tetap undur diri tapi Gun Sook mengejarnya dan akhirnya Ma Rin ikut bergabung bersama mereka. Ma Rin mengatakan pada Gun Sook kalau makanannya enak dan ia makan dengan lahap.

"Seperti namamu, Bap Soon. Lihat saja kau sangat menikmati nasimu." Ujar Gun Sook.

Gun Sook kemudian memperkenalkan Ma Rin adalah "Beri aku nasi," Bap Soon pada yang lain bahkan Bap Soon sampai saat ini masih sering muncul di internet. So Joon menyembunyikan emosinya sedari tadi karena semuanya jadi merendahkan Ma Rin walupun dengan kata menyanjung.


Young Jin bertanya, apa Gun Sook tidak ada teman yang bisa dikenalkan dengan Ma Rin. Gun Sook menyarankan Sek. Hwang saja. Ia sudah merasa mereka cocok satu sama lain sejak lama. So Joon melotot menanti reaksi Ma Rin.

"Aku sebenarnya adalah pria yang lumayan populer." Jawab Sek. Hwang saat Gun Sook bertanya pendapatnya soal Ma Rin.


Ma Rin minta air pada Gun Sook tapi Gun Sook melah menyuruhnya ambil sendiri. Ma Rin pun pergi ke dapur. Semuanya bersulang tanpa Ma Rin. So Joon tidak meminum wine-nya hanya ikut bersulang saja.


Gun Sook menanyakan pendapat So Joon soal Ma Rin dan Sek. Hwang, bukankah mereka berdua cocok. So Joon hanya tersenyum dan menjawab ia tidak tahu.

"Kenapa? Aku tahu gosip online tentangnya itu tidak bagus, tapi dia tidak seburuk itu, kok. Dia banyak menderita karena omongan orang lain. Dia bahkan tidak bisa dapat kerja. Mungkin aku merasa terlalu serakah karena dia adalah temanku. Sejujurnya, Pak Hwang sedikit terlalu bagus untuknya."

Sek. Hwang setuju, semnatara So Joon kelihatan sekali sedang menahan emosinya. Tiba-tiba terdengar suara pecahan sesuatu di dapur.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search