-->

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 12 Part 2 "Final"

- Februari 01, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari jtbc

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 12 Part 2 "Final"


Ji Hoon mengakui semua itu bahwa ia yang menyuruh So Woo meloncat jika begitu ingin mati. Ia lalu berlari keluar tanpa menengok kebelakang, bahkan ia tidak ingat bagaimana ia bisa keluar dari sekolah.

"Anda mendengar suara?"

"Saya tidak dengar apa pun."

"Anda tidak ingin melihat So Woo benar-benar melompat atau tidak?"

"Ya. Itu sebabnya, saya kembali memeriksanya keesokan hari. Saya melihat ke arah taman. Tapi... Malam sebelumnya salju turun dengan lebat, jadi saya tidak bisa melihat apa-apa. Tidak. Saya memang tidak bisa melihatnya tapi bisa merasakannya. Bahwa So Woo terbaring di balik semak."

"Lalu, kenapa Anda tidak memeriksanya langsung?"

"Saya ketakutan. Saya takut menerima kenyataan bahwa orang yang berharga untuk saya... meninggal."

"Lee So Woo... meloncat sendiri dari atap. Dia melompat atas keinginan sendiri. Dan Anda, terdakwa, tidak menyaksikan peristiwa itu."

"Ya."

"Di malam itu, di sana, apa hanya ada Anda berdua?"

"Ya."

"Lalu, kenapa Anda dengan suka rela menjadi terdakwa? Anda sudah tahu Lee So Woo bunuh diri."

"Karena saya tidak yakin 100% Lee So Woo bunuh diri."


Pak Han masuk ruang sidang lewat pintu belakang, ia menyaksikan Ji Hoon siperiksa. So Woo melihat iba pada Ji Hoon. Seo Yeon melanjutkan pemeriksaannya, bagaimana Ji Hoon bisa tidak yakin 100% So Eoo bunuh diri.

"Pertama, saya akan jelaskan alasan menginginkan olah perkara digelar. Ada tiga tujuan yang saya inginkan. Pertama, membuktikan Choi Woo Hyuk tidak bersalah. Saya merasa bertanggung-jawab. Dia dituduh karena saya tidak berani mengatakan dengan lantang kejadian sesungguhnya."

"Tujuan kedua? Saya ingin mengetahui yang terjadi pada So Woo juga."

"Maksudnya... Alasan dia memutuskan bunuh diri?"

Ji Hoon membenarkan, So Woo berjuang dalam depresinya, dan mendapat terapi untuk itu. Seringkali So Woo mengatakan tidak ingin melanjutkan hidup. Tapi bukan berarti SO Woo menyerah akan hidupnya.

Kilas balik...


Di kelas sebelah ada kasus perselingkuhan dan itu dibahas di akun jeong Pa. Ji Hoon tidak menyangka apa perselingkuhan pun jadi urusan Jeong Pa. So Woo hanya sedang membaca komentar masuk, siapa tahu ada yang membantu. Seseorang harus mengambil tindakan benar.

"Apa kau tahu... sebenarnya kau itu sangat optimis?" Tanya Ji Hoon.

So Woo kesal dan melempari Ji Hoon dengan snack tapi sambil ketawa.

Kilas balik selesai...


Kilas balik selesai...

Ji Hoon menjelaskan So Woo akan bersikukuh bahwa hal itu tidak benar jika memang tidak benar, itulah sosok So Woo yang sebenarnya. Dia berkata dengan mulutnya bahwa dia benci orang-orang dan lingkungan, tapi sebenarnya tidak. Dia memiliki ketertarikan kuat pada orang lain dan lingkungan, juga mencintainya. Kedengarannya ironis, tapi saat dia mengkritisi dunia, sebenarnya dia berharap ada solusi untuk memperbaikinya. Seperti itulah dia,.


Joon Young menyela, bukan So Woo ingin mati. Tapi, dia tidak ingin hidup seperti itu saja. Ji Hoon membenarkan, begitulah yang So Woo rasakan.

"Jadi Anda, Terdakwa, merasa terjadi sesuatu yang membuat dia menyerah?" Tanya Seo Yeon.

"Ya. Saat So Woo memposting dokumen itu."


So Woo memposting dan Ji Hoon membacanya,

"Sekolah membutuhkan iblis di dalamnya. Tapi, jika dibiarkan... seluruh isinya akan menjadi Iblis. Singkirkan saja Iblis itu dari sekitar."


Ji Hoon kira, So Woo hanya memposting kata bijak yang pernah dibacanya. Tapi, di luar dugaan, dia justru terlibat perkelahian. Kemudian dinyatakan oleh Komite sebagai pelaku, lalu tidak pernah masuk sekolah. Jadi, ia yakin telah terjadi sesuatu antara dia dengan sekolah. Setelah dia meninggal, ia semakin yakin. Jadi ia ingin mengungkapnya melalui olah perkara ini?

"Saya kira sudah melakukan yang terbaik, rupanya tidak."


Seo Yeon menyuruhnya mengatakan tujuan terakhirnya.

"Untuk mengonfirmasi apakah memang saya yang membuatnya memilih mati. Saya memikirkannya setelah dia meninggal. Jika saya memang yang bertanggung-jawab, saya merasa jantung saya meledak... tapi tidak tahu cara mengekspresikannya. Pertanyaan itu terasa mengerikan untuk saya jawab sendiri. Saya menyuruhnya mati karena tidak bisa mengontrol emosi saya pada saat itu. Saya melarikan diri darinya di detik-detik terakhir hidupnya. Maka itu, saya mencari jalan lain.

Melalui olah perkara ini, saya bisa mengetahui segalanya. Saya bisa menghentikan dia bunuh diri, tapi tidak melakukannya. Saya sudah menduga tindakannya, tapi tetap meninggalkan dia sendirian. Saya... membunuhnya dengan sikap seperti itu. Inilah... kesaksian saya."


Cerita Ji Hoon selesai sampai di sini. Ia akan menantikan putusannya. Joon Young sebagai pengacaranya menyampaikan keberatan.

"Ada sesuatu yang tidak dikatakan Terdakwa. Saya bertemu Terdakwa pada pagi hari mayat So Woo ditemukan. Terdakwa... Dia menangis. Dia menangis melihat ke tempat jasad So Woo berada. Ji Hoon... Dia murung. Terdakwa... tidak mengharapkan kematian So Woo. Dia tidak menginginkannya sama sekali. Bukankah itu benar? Entah dia sedang emosi maupun tidak, terdakwa tidak memiliki sedikitpun niat membunuh. Saya menolak semua tuduhan yang disangkakan padanya."

Ayah bangga melihat Joon Young.


Min Suk menanyakan, apa ada argumen lain dari Seo yeon. Seo Yeon menjawab tidak tapi ia memohon dihadirkan saksi lain. Pak Han Kyung Moon.


Ji Hoon memandang ayahnya berjalan menuju kursi saksi lalu memandang Seo Yeon. Seo Yeon mengatakan kalau Pak Han menelfonnya kemarin malam. Katanya, ingin menjadi saksi sekali lagi.


Sebelum memulai pemeriksaan, Seo Yeon minta maaf pada hadirin karena inidi luar rencana. Pak Han datang untuk menceritakan keseluruhan cerita di balik kematian Lee So Woo.

"Han Ji Hoon tidak bertanggung-jawab sama sekali atas kematiannya. Sayalah... yang bertanggung-jawab."

"Bukankah sebelumnya Anda bersaksi tidak terlibat akan kematian Lee So Woo?"

"Saya berbohong. Karena takut kebenaran akan terungkap."

"Jelaskan lebih detail. Kenapa Anda merasa bertanggung-jawab atas kematian Lee So Woo?"

"Mayoritas kesaksian dari persidangan sebelumnya benar. Ada daftar murid yang diperlakukan istimewa di SMU Jeong-guk. Disebut "Daftar VIP". Murid-murid itu diterima di SMA Jeong-guk, dengan membayar sejumlah besar uang, maupun melalui koneksi. Tidak hanya sampai di situ. Di semua sekolah di bawah naungan yayasan Jeong-guk, para murid itu juga diberikan riwayat palsu perihal reputasi baik juga penghargaan yang diraih. Mereka juga mendapatkan jawaban soal ujian, serta manipulasi nilai.

Tidak hanya sampai di situ, demi keuntungan murid VIP itu, mereka pun kebal terhadap hukuman pelanggaran tata tertib sekolah. Lalu, Lee So Woo pun menemukan daftar tersebut. Dia kemudian mengunggahnya di akun Jeong Pa."


"Jadi! Apa yang Anda lakukan?"

"Saya menemui dia dan memintanya menghapus foto itu,
juga hendak... memindahkan dia ke sekolah lain. Saya juga bertemu dengannya tepat setelah perkelahian di lab. Sains. Saya mengatakan bisa menghapus catatan buruk atas perkelahian itu, memindahkan dia ke sekolah bagus, dan dia juga tidak akan dihukum."

"Tapi Lee So Woo menolaknya?"

"Ya. Saya menyuruh Kepala Sekolah saat itu menjadikan dia pelaku perkelahian. Saya juga memerintahkan dia dikeluarkan dari sekolah."

"Apakah itu sebabnya Lee So Woo memilih berhenti masuk sekolah daripada menghadiri rapat Komite?"

"Ya."

"Apakah itu saat terakhir Anda bertemu Lee So Woo?"

"Kami bertemu sekali lagi, malam sebelum dia meninggal. Saya mengatakan sesuatu yang sangat kejam padanya. Itu akibat emosi saya, mengatakan hal buruk padanya. Saya berusaha memastikan dia tidak ikut campur lagi masalah sekolah. Saya ingin menyingkirkan dia sepenuhnya."


"Kenapa Anda begitu marah padanya?"

"Lee So Woo... Menolak perintah."

"Perintah apa?"

"Meski banyak yang tidak sepakat, sekolah tetaplah sebuah lingkungan yang harus dijaga. Dan lingkungan adalah tempat bagi mereka yang mau mencoba bergaul. Tapi, lingkungan pun tidak bertanggung-jawab atas seseorang, yang sudah menyerah sepertinya. Seperti itulah Lee So Woo. Dia tidak mau mencoba beradaptasi dengan lingkungan."

"Anda menyruuhnya patuh, bukannya beradaptasi." Sel Min Guk.

Pak Han membenarkannya, ia mengakuinya. Lee So Woo tidak bisa disalahkan. Tapi, dia mengusik wewenangnya. Dia berkeras dirinyalah yang benar, sedangkan semua orang salah. Setiap kali bertemu, seperti itulah dia. Dia tidak memahami arti bersyukur.

"Saksi. Saya akan bertanya untuk terakhir kali. Menurut Anda, kenapa Lee So Woo bunuh diri?"

"Karena sekolah dan yayasan berkeras menyembunyikan tindak korupsi mereka. Di atas itu semua, karena saya tidak mau mengaku bersalah. Saya merasa malu. Terima kasih."


Seo Yeon menyudahi pemeriksaannya. Pengacara tidak melakukan pemeriksaan silang. Terdakwa juga tidak ingin mengatakan sesuatu. Dengan itu, Min Suk memutuskan seluruh pemeriksaan dalam persidangan sudah selesai. Ji Hoon memandanga ayahnya bangga.


Ternyata permintaan Pak Han semalam adalah agar Detektif Ko menunggu dan ia dengan suka rela dibawa ke kantor polisi.


Kepala sekolah dan Petinggi yayasan juga di tanggkap.


Juri dan Hakim mengadakan rapat bersama.


Sidang kembali dilanjutkan untuk membacakan putusan Hakim dan Juri. Hakim membacakan putusan yang pertama, berdasarkan pengakuan Han Ji Hoon, maka Choi Woo Hyeok tidak akan menjadi bagian dari putusan ini.

Dan untuk putusan terkait Han Ji Hoon sebagai pelaku pembunuhan Lee So Woo, Hakim menyuruh Juri berdiri satu persatu membacakan putusan masing-masing.


Juri berdiri satu per satu mereka semua memutuskan Ji Hoon tidak bersalah. Ji Hoon terharu dan semua tersenyum.

\
Hakim berdiri membacakan putusan terakhir. "Terdakwa, Han  Ji Hoon, dinyatakan tidak bersalah." Semua orang lega mendengarnya. Tapi putusan tidak berakhir sampai disitu.

"SMA Jeong-guk telah melakukan praktik korupsi dengan memanfaatkan sistem pendidikan selama bertahun-tahun. Saat hal itu mulai tersingkap, Lee So Woo, usia 18 tahun, dikeluarkan dari sekolah. Lee So Woo, yang telah memberikan wadah bagi para siswa, berkomunikasi sebagai Jeong Pa di dunia maya, sekolah justru berbuat tidak adil padanya. Hal itu menyebabkan Lee So Woo menyerah akan hidupnya. SMA Jeong-guk bertanggung-jawab atas kematian Lee So Woo. Sekolah terbukti bersalah. Dengan demikian, persidangan... menyatakan SMA Jeong-guk dan Yayasan sebagai pihak yang bersalah."


Dan begitulah olah perkara ditutup. Anak-anak memperbincangkan hasilputusan itu. Mereka bertanya-tanya, apa yang akan terjadi dengan sekolah selanjutnya.


Seo Yeon melanjutkan hari-harinya seperti bisanya. Emm.. tidak ding, ia jadi lebih giat belajar. Bangun pagi yang pertama di ambilnya buku, bahkan saat sarapan pun sambil baca buku.

"Seo Yeon, Ibu sudah melarangmu makan sambil membaca."

"Aku harus mengingat semua materi yang ketinggalan. Ibu tidak kuatir? Nilaiku lumayan turun, nih!"

"Oh, itu bukan masalah! Lebih baik daripada melihatmu di ruang klub olah perkara, yang sempit seperti penjara itu. Setidaknya, sekarang kau di ruang kelas biasa bersama teman-temanmu. Oh, seseorang mengatakan pada Ibu kalau olah perkaramu jadi nilai tambah masuk ke universitas!"

"Tentu saja, aku mengungkap korupsi dan ketidakadilan di sekolah. Dan banyak guru yang dipecat karenanya. Jelas universitas menyukai hal semacam itu." Sindir Seo Yeon.

Ayah menambahi, "Ya, rasanya seolah berkata, "Aku ini pemimpin revolusi, lho!" "


Ye Na tiba-tiba keluar sambil menangis. Ibu kaget ada apa. Ternyata Ye Na bermimpi jadi murid tingkat akhir SMA. Ia bermimpi jadi seperti Seo Yeon, setiap hari belajar terus.

Ibu tertawa lalu memeluk ye Na. Ye Ji mengatakan kalau itu pesan dari tuhan agar Ye Na mempersiapkan diri. Sepuluh tahun itu kan sebentar!

Semuanya tertawa. Ibu memeluk Ye Ji juga mengatakan tidak apa-apa masih lama kok!


Joon Young berangkat bersama Seo Yeon. Ia memanfaatkannya untuk mengajak Seo Yeon nonton film.

"Ada film yang ingin kutonton dan... Apa kau mau... Judulnya, "Dragon Agency," aku sangat menyukainya. Dunia akan kiamat dan para Iblis berkeliaran, dunia sihir terbuka.. Jadi... kau mau menonton bersamaku?" Ujar Joon Young gugup.

"Kenapa bertele-tele begitu cuma untuk mengajak nge-date?"

Joon Young diam saja. Seo Yeon ternyata hanya bercanda. Ia akan mengajak anak-anak juga. Joon Young kecewa, tapi ia mengarakan kalau anak-anak pasti datang.

"Aku juga bercanda soal itu." Jawab Seo Yeon.

"Wow, Ko Seo-yeon!" Ujar Joon Young lega.


Min Suk melakukan orasi untuk pemilihan ketuakelas.

"Ada alasan aku yang harus menjadi Ketua Kelas. Pertama, aku selalu ada di posisi pertama sejak... Tepatnya, hampir di posisi pertama. Kedua, aku mengemban posisi berat sebagai Hakim dalam olah perkara, dan berhasil menyelesaikannya dengan baik. Tanpa kepemimpinanku..."

Guru Kim dan Seo Yeon hanya tersenyum.


Tapi Min Suk kalah dania diejek habis-habisan oleh Seung Hyun. Min Suk kesal dan menyeret Seung Hyun untuk memberinya pelajaran.


Soo Hee melihat ponsel,katanya hasilnya di umumkan hari ini.


Mereka melihatnya bersama, pengumuman mengenai siswa yang dikeluarkan adalah siswa berstatus VIP dalam daftar.


Detektif Oh dan Reporter Park juga semakin akrab bahkan mereka janjian minum bersama. Detektif Oh kesal karena reporter Park telat.

"Belakangan ini aku terlalu populer, makanya sibuk sekali."

"Populer, omong kosong! Aku memeriksa rating siaranmu, turun drastis!"

"Oh, kenapa kau tertarik dengan rating siaranku? Tertarik padaku?"

"Reporter Park, mungkin lain kali kita akan bertemu sebagai pelaku dan korban dalam tindak kekerasan!"

"Maafkan aku."

"Kenapa kau minta bertemu denganku?"

"Memangnya perlu alasan tertentu untuk bertemu? Kemarin, aku sedang mengedit rekaman untuk siaran yayasan Jeong-guk. Lalu, aku teringat akan olah perkara, secara alami teringat padamu. Aku ingin minum bersamamu."

"Yeah... Aku juga masih teringat soal olah perkara itu. Hasil rapat direksi diumumkan hari ini?"

"Ya. Semua murid VIP akan dikeluarkan. Semua tindakan tidak adil, termasuk soal pengurangan poin ditarik. Mereka melakukan perbaikan keseluruhan."

"Kerja keras para murid tidak sia-sia."

"Benar sekali. Tapi apa itu, ada perkelahian di sekolah yang sedang kau investigasi, putera dari pebisnis kaya raya..."

"Oh, jadi itu sebabnya kau meneleponku. Aku tidak mau mengatakan apa pun."

"Ayolah! Kenapa? Mengharapkan hal lain?"

"Tidak, kok!"


Ayah mempertemukan Ibu dan Joon Young. Joon Young memberi salam tapi Ibu masih memalingkan muka, tapi setidaknya ibu tidak kesal lagi pada Joon Young.


Mereka sekeluarga lalu menemui psikiater. Psikiater tersebut menjelaskan, gejolak emosi yang demikian dapat melukai si anak. Ia menyarankan agar ibu mencoba mengekspresikan diri tanpa melukai si anak.

"Coba katakan, "Menurutku seperti ini," "Inilah yang kurasakan..." Anda juga harus mendengarkan respon Joon Young."

Ibu diam mendengarkan dan Joon Young merasa haru melihat ibunya.


Yoo Jin berubah drastis sekarang ia memakai kacamata dan kelihatan tidak mengurus diri, ia juga membawa banyak buku. Soo Hee saja mengatainya kalau Yoo Jin kelihatan makin jelek saja. kau jadi semakin kelihatan jelek saja!

"Orang lain mungkin akan mengira kau belajar ujian PNS!" Lanjut Soo Hee.

"Apa bedanya, aku belajar untuk masuk universitas bagus. Tidak ada cowok ganteng sama sekali di perpustakaan. Padahal pasti menyenangkan."

Soo Hee mengingatkan, Min Suk pasti akan langsung muncul kalau mendengarnya. Yoo Jin mengatakan kalau mereka sudah putus kemarin. Seo Yeon dan Soo Hee terkejut, lagi?

"Dia menjengkelkan! Meneleponku 30 menit sekali hanya bertanya berapa halaman yang sudah kubaca. Dia terus saja bilang kami harus masuk universitas yang bagus agar dapat pekerjaan baik juga lalu menikah."

Min Suk menelfonnya lagi dan ia mengangkatnya menjauh dari teman-temannya. Soo Hee mengeluh pada Seo yeon, bagaimana Yoo Jin bisa putus tiga kali dalam 10 hari? Seo Yeon hanya tersenyum.

"Oh, kau datang nanti?" Tanya Soo Hee, Seo Yeon mengangguk.


Ji Hoon menyendiri di atao, ia membayangkan ada So Woo disampingnya.

"So Woo. Aku sudah memikirkannya. Jawaban dari pertanyaanmu? Kata-kata yang dapat menghentikanmu malam itu?"


"Aku memikirkannya setiap malam. Aku mencari jawabannya sekian lama. Dan... Sekarang aku bisa menjawabnya. Aku... masih tidak tahu alasan aku harus tetap hidup. Tidak seorangpun di dunia ini yang tahu. Seseorang tetap hidup bukan karena dia tahu alasan untuk itu."


Woo Hyuk bekerja paruh waktu sebagai penjaga mini market.

"So Woo ~yaa Hidup dipenuhi berbagai keterbatasan yang tidak dapat dihindari. Hal-hal yang tidak terduga terjadi, kesedihan tiba-tiba dapat menjadi kebahagiaan. Seperti itulah kehidupan."

Joo Ri mengunjungi Cho Rong, ia kelihatan sangat bersalah tapi Cho Rong menerimanya dengan tangan terbuka, Cho Rong memeluknya erat. Joo Ri meminta maaf pada Cho Rong.

"Kadang kau kesulitan, namun kemudian kau berbahagia. Terkadang, kau berharap sendirian di pulau terpencil, namun kemudian ingin berada di tengah keramaian. Itulah ketidaksempurnaan."

"Kau salah. Kau mendapatkan jawaban yang salah, kemudian pergi dari dunia ini. Kau mematikan musik terbaik di bagian intro-nya."

"Kau berjalan melewati bunga yang indah di hari hujan. Kau hanya percaya hidupmu dikelilingi oleh kegelapan, kamar tidurmu yang bahkan tidak kau nyalakan lampu utamanya."


Pak Han menerima surat dari Ji Hoon dan ia terharu membacanya.

"Semuanya bisa berubah. Segalanya bisa menjadi lebih baik. Itulah kesalahanmu. Aku sungguh ingin mengatakan ini padamu..."


Ji Hoon ke ruang kerja ayahnya. Disana ia melihat ayahnya memajang gambarnya saat ia masih kecil disamping foto mereka berdua.

"Saat ini... Musim semi tiba. Aku kehilangan ibuku saat musim salju. Aku juga kehilangan ayah saat itu. Kehilanganmu pula di musim yang sama."


"Tapi, musim semi tetap hadir dalam hidupku. Salju sudah mencair dan bunga-bunga mulai bermekaran. Hari yang cerah, juga angin yang sejuk."


"Jadi, aku memutuskan tidak akan menyerah. Di dunia ini, aku tidak akan menyerah."

So Woo tersenyum.


-= TAMAT =-


>

5 komentar

avatar

Makasih banyak kak buat semua sinopsis solomon's perjurynya~
*deepbow
Serius deh aku blm bisa move on dr drama ini.Akting para pemainnya lumayan bagus walopun kebanyakan mereka masih rookie dan tentunya alur cerita yg ga cuma penuh teka teki tp juga ttg hidup.
Aku ikutan sedih banget pas Ji Hoon nyeritain ttg masa laluny di persidangan,itu berasa kayak ngebuka luka lama..
Aaaahh...pokokny two thumbs up deh buat drama ini...

avatar

Suka bgt sma drama inii

avatar

Ada yang tau judul lagu di endingnya?

avatar

Setuju sekali...
Makaaih udah mampir..😊😊

avatar

lagu endingnya judulnya apa ya? berkali-kali didengar tapi tetep nggak nemu judulnya


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search