-->

Sinopsis Introverted Boss Episode 8 Part 2

- Februari 17, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Introverted Boss Episode 8 Part 2


Hwan Gi dan Sun Bong sama-sama diam. Di dalam kepala mereka hanya ada pikiran apa yang harus mereka obrolkan, harus bicara sal apa? Sampai akhirnya Sun Bong mempunyai pikiran kalau semua pria punya kesukaan yang sama.

Sun Bong menunjukkan caranya mendayung, ia jafo mendayung, kan? Ia ini seperti Jenderal Yi Soon Shin. Hwan Gi mengakuinya tapi sepertinya Sun Bong mendayung ke arah yang salah.


Hwan Gi ingin mencoba mendayung dan mereka harus bertukar tempat. Sun Bong berdiri tapi malah membuat perahunya oleng dan mereka tercebut ke laut. Sun Bong sangat histeris.

Hwan Gi tenang, ia berdiri dan ternyata cetek. Ia menarik pelampung Sun Bong tapi Sun Bong malah mbergelayut padanya dan mereka bergelut di dalam air. Akhirnya Hwan Gi mengangkat Sun Bong.

"Tolong!" Teriak Sun Bong.

"Sekarang sudah tidak apa-apa. Kau tidak apa-apa sekarang." Jawab Hwan Gi.


Mereka kembali naik ke perahu dan Sun Bong membelakangi Hwan Gi. Hwan Gi heran dengan reaksi Sun Bong, katanya pernah jadi anggota AL.

"Aku bertugas di PX (semacam pos jaga). Bagaimana denganmu? Ketika wajib militer, kau kan harus hidup bersama dengan orang lain. Apakah dengan jabatan ayahmu kau bisa membebaskan diri dari militer?"

Hwan Gi mengaku kalau ia bertugas di unit anti teroris. Sun Bong bertanya kembali, apa maksudnya bertugas sebagai pasukan khusus dan ia menebak pasti Hwan Gi bertugas di PX juga.

"Aku di Unit Anti Teror." Jawab Hwan Gi.

"Kau dulunya seorang penembak? Benarkah?" Goda Sun Bong.

Sun Bong melihat tatapan tajam Hwan Gi, ia langsung kembali menatap lurus ke depan. Hwan Gi mengajaknya untuk melihat ke arah yang sama.

"Aku merasa lebih baik begini." Gumam Sun Bong dengan tangan gemetar.

Hwan Gi menepuk lengan Sun Bong dengan dayung karena Sun Bong tidak menjawabnya. Sun Bong menjawabnya ala tentara, "Tamtama Um Sun Bong."

Hwan Gi mengomando untuk mendayung dari kanan tapi Sun Bong mulai dari Kiri sehingga Hwan Gi harus membentaknya, "Yang kanan duluan!"


Ro Woon menemukan Gyo Ri setelah mencari-cari dari tadi. Gyo Ri minta maaf karena tadi ia melampiaskannya pada Ro Woon. Ro Woon juga minta maaf, ia harusnya menyadari perasaan Gyo Ri sejak lama.

"Ah... Kenapa kau yang harus tahu duluan dibanding yang lain? Kumohon jangan katakan apa-apa pada Se Jong. Aku tidak mau dia tahu."

"Aku tidak akan mengatakan apapun. Kaulah yang harus mengatakannya sendiri. Jangan menyimpannya sendirian."


Tiba-tiba seekor monyet melewati mereka dan itu membuat Gyo Ri terkejut. Ro Woon menenangkannya,
Kalau tidak melihat matanya, Gyo Ri akan baik-baik saja. Gyo Ri makin sedih,


"Apakah aku.. bahkan tidak diizinkan melihat mata monyet?"

"Anu.."

"Waktu aku masih jadi sekretarispun. aku harus menghindari kontak mata dengan Bos-ku. Kalau melihat mata seekor monyet saja aku tidak boleh.. bagamana aku bisa menatap mata cucu Hwejangnim? Aku tidak bisa. Aku tidak bisa melihat matanya."

Ro Woon bingung karena Gyo Ri malah menangis. Dan Gyo Ri baru sadar kalau monyet yang berlari itu membawa sebuat tas. Ro Woon melihat tasnya yang tidak ada di tempat ia meletakkannya tadi. Tas Ro Woon dicuri monyet.

Ro Woon akan mengejarnya dan Gyo Ri mau ikut tapi Ro Woon melarangnya, ia menyuruh Gyo Ri memegang jaket Hwan Gi saja.

Gyo Ri semakin sedih. Ro Woon kehilangan tasnya karena dirinya. Ia memang selalu jadi masalah bagi semua orang. Gyo Ri menggunakan jaket Hwan Gi untuk menutupi mukanya.


Hwan Gi dan Sun Bong selesai. Hwan Gi menunduk pada Sun Bong karena tadi menyenangkan sekali. Sun Bong membalasnya sambil hirmat, ia juga sangat menikmatinya. Setelahnya Sun Bong langsung berlari kabur sampai sempat jatuh juga.


Hwan Gi teringat kameranya yang penuh dengan foto Ro Woon dan sekarang ada di tangan Ro Woon. Ia celingukan mencari-cari Ro Woon tapi malah Woo Il yang nongol.

"Ke mana saja kau?" Tanya Hwan Gi.

"Aku sedang istirahat sebentar. Omong-omong, kemana perginya Nona Chae?"

Hwan Gi tidak melihatnya ia berlari keliling mencari Ro Woon.


Woo Il mengikuti Hwan Gi hingga sampai di tempat Gyo Ri yang menangis. Hwan Gi mengenali jaketnya itu yang tadi di pegang Ro Woon. Gyo Ri tidak tahu kalau itu adalah milik Hwan Gi dan lupa bagaimana bisa itu ada padanya.

"Di mana Chae Ro Woon sekarang?" Tanya Hwan Gi.

"Seekor monyet mengambil tasnya. Jadi dia mengejarnya."

"Kapan?" Tanya Hwan Gi.

"Ke mana dia pergi?" Tanya Woo Il.

Gyo Ri menunjukkan arahnya dan mereka berdua langsung melesat ke sana.


Hwan Gi kesal karena Woo Il mengikutinya, mereka sama-sama saling mendahului. Woo Il mengelak, ia tidak mengikuti Hwan Gi, ia mau mencari Ro Woon.


Hwan Gi menghentikan Woo Il, kenapa juga Woo Ilmencaro Ro Woon. Woo Il berkata kalau Ro Woon tadi mencarinya karena ada masalah mendesak. Hwan Gi yang tahu masalahnya mengatakan kalau itu bukan hal penting.

Hwan Gi akan melanjutkan larinya tapi Woo Il menahan. Woo Il balik bertanya, kenapa Hwan Gi mecari Ro Woon, Wajah Hwan Gi bahkan kelihatan pucat.

"Aku tidak mencarinya. Kameraku.. da di dalam tas itu. Jadi kau bisa pergi ke arah yang lain. Pergilah."

Hwan Gi berlari masuk ke dalam hutan meninggalkan Woo Il. Tapi tiba-tiba Woo Il menyusul mengajak Hwan Gi untuk mencari bersama. Hwan Gi membentak, ia tidak butuh bantuan Woo Il.

"Matahari akan segera terbenam. Aku mencemaskannya."

"Tidak perlu mencemaskan apapun."

"Dia adalah karyawan kita."

"Dia adalah karyawanku."

"Aku yang mempekerjakan dia."

"Jangan kekanakan."

"Kalau dia tersesat dan terluka, kau sebaiknya tidak bertindak emosional."

"Kaulah yang sekarang sedang bertindak emosional."

"Kau mau main fisik kalau begitu?"

Woo Il maju dan menginjak kaki Hwan Gi. Hwan Gi mengernyit kesakitan. Woo Il bertanya, kenapa. Hwan Gi mengatakan kalau Woo Il menginjak kakinya. Hwan Gi melepaskan kakinya dan Woo Il minta maaf tapi Woo Il berkata kalau ia sengaja melakukannya.


Hwan Gi mencengkeram kerah Woo Il dan Woo Il juga melakukan hal yang sama pada Hwan Gi.

"Sudah berapa lama.. sejak terakhir kali kita bersikap lembut satu sama lain?" Kata Woo Il.

"Aku lihat tadi kau langsung bergegas waktu kau menerima telponnya Ro Woon. Kenapa kau tidak menjawab panggilanku?"

"Kau kedengarannya sedang cemburu padanya."

"Katakan padaku, kenapa kau tidak menjawabnya?"

"Karena sudah jelas pasti kau akan menyuruhku
pergi!"

"YAAAAAAA!"

"APAAAAA?"


Mereka berguling di tanah. Hwan Gi menanyakan alasan Woo Il datang ke sana. Woo Il ke sana untuk berpikir, ia juga butuh waktu sendiri untuk berpikir.


"Kau harusnya memberitahu dia. Kenapa kau tiak mengatakannya pada Yi Soo?" Bentak Hwan Gi.

"Aku yakin ayahmu sudah tahu. Tidak peduli ke manapun aku pergi, aku akan tetap di bawah telapak kakinya."

"Kenapa kau tidak menjawab telpon Yi Soo?"

"Kalau kau bicara dengannya, kau pasti sudah tahu masalahnya apa. Lalu apa kau tidak mencemaskanku sama sekali?"


Hwan Gi melepaskan Woo Il dan mereka duduk segaris. Saat Woo Il melihat Hwan Gi meninggalkan boarding pass di mejanya, ia mengira Hwan Gi pasti sudah paham kondisinya. Ia berterima kasih karena Hwan Gi ternyata berniat menenangkannya. Tapi saat ia tiba Hwan Gi mendadak bersikap sangat dingin padanya.

"Lupakan saja. Kembalilah sekarang." Suruh Hwan Gi.

"Kenapa kau terus memaksaku pulang?"

"Apa kau tahu bagaimana Yi Soo.."

"Kenapa dengan Yi Soo?"

"Yi Soo..."

Woo Il mengerti. Lupakan sajalah. Yi Soo adalah keluarga Hwan Gi, sedangkan ia bukan. Hwan Gi mengatakan bukan itu maksudnya.


"Kau sedang memberitahuku kalau aku akan tamat kalau aku berani menyakiti Yi Soo. Ayahmu juga akan membuangku. Aku akan ditendang dari perusahaan, dan kau tidak akan pernah melihatku lagi! Apa kau juga sedang berusaha mengancamku? Kau sama saja dengan ayahmu."

"Jangan menyalahkan orang lain dan jujur sajalah pada dirimu sendiri. Kaulah yang membuang orang lain karena matamu sudah dibutakan oleh sesuatu. Bukan kau yang dibuang."

Woo Il menarik baju Hwan Gi kesal. Mereka saling menatap tajam. Tiba-tiba terdengar suara Ro Woon minta tolong. Keudnya langsung berlari menuju asal suara.


Mereka sampai di jalan bercabang. Woo Il yakin suaranya berasal dari atah kakan tapi Hwan Gi sebaliknya. Woo Il lalu menyuruh Hwan Gi pergi ke arah yang diyakininya dan ia juga begitu.

Hwan Gi melihat tanda jalan. Yang sebelah kanan adalah jalan yang sulit. Jadi ia bertukar dengan Woo Il. Ia menyuruh Woo Il untuk melewati jalan yang mudah saja. Kayaknya Woo Il sadar kalau Hwan Gi masih memperdulikannya.


Ro Woon masih sehat-sehat saja cuma ia tidak bisa mengambil tas yang tersangkut di pohon. Ia tidak cukup tinggi untuk menggapainya.


Hwan Gi datang dengan nafas ngos-ngosan. Ro Woon terkejut melihat Hwan Gi. Hwan Gi menanyakan keadaan Ro Woon apa baik-baik saja. Ro Woon memastikan sirinya baik-baik saja, tapi malah Hwan Gi yang kelihatan tidak baik.


"Kalau kau tidak apa-apa, kenapa kau berteriak?" Tanya Hwan Gi.

"Aku tidak bisa mencapainya. Ponselku ada di dalam tas jadi aku tidak bisa menghubungi siapa-siapa. Memanjat akan sangat melelahkan."


Hwan Gi bernafas lega, ia  kira tadi ada sesuatu yang mendesak. Ro Woon menyela, kan memang mendesak. Kamera Hwan Gi ada di sana.

"Apa bos mencemaskanku?"

"Apa?"

Ro Woon melihat tangan hwan Gi berdarah. Hwan Gi menutupinya, ia memastikan kalau itu bukan apa-apa.ia baik-baik saja. Ro Woon melihat daun nyangkut di rambut Hwan Gi lalu mengambilnya. Ro Woon bertanya, apa Hwan Gi ke sana mencarinya?

"Kamera.. apa kau memeriksa kameranya?" Tanya Hwan Gi.

"Apa?"

"Kau melihat foto di dalamnya atau tidak?"

Ro Woon tertawa, Apa memangnya? Apa ada yang aneh di dalam sana? Makanya Hwan Gi lari tergesa-gesa ke sana?


Baiklah Ro Woon mengerti, ia berlutut dan meminta Hwan Gi untukk naik ke punggungnya karena mereka harus mengambil tas itu.

"Apa kau menyuruhku menginjak tubuhmu? Bangkitlah." Pinta Hwan Gi.

"Kalau begitu.. apa kau mau berlutut." Tanya Ro Woon sambil berdiri.


Hwan Gi jongkok. Ro Woon lalu minta ijin untuk naik ke punggung Hwan Gi. Bisakah aku naik ke punggungnya?

Ro Woon baru pertama kali melihat Hwan Gi baik hati begitu. Hwan Gi berkata kalau ini bukan pertama kalinya sambil mengingat saat ia menggendong Ro Woon pulang kemaren.

Ro Woon sudah naik ke punggung Hwan Gi tapi ia tetap kesulitan menggapai tasnya. Akhirnya ia meminta Hwan Gi menurunkannya lalu naik ke pundak Hwan Gi.


Hwan Gi berdiri dengan mengangkat Ro Woon di pundaknya, ia tidak tahu harus bagaimana. Ro Woon memintanya untuk memeganginya kuat-kuat walaupun Hwan Gi membencinya. Akhirnya Hwan Gi memegangi kaki Ro Woon dan Ro Woon berhasil meraih tasnya.


Hwan Gi salah langkah dan membuat kakinya terkilir. Mereka berdua pun jatuh. Mereka berdua sama-sama canggung. Hwan Gi membantu Ro Woon duduk tapi saat ia akan beridi ia malah jatuh lagi.

"Astaga. Apa kakimu terkilir? Sakit sekali, ya? Apa yang harus kita lakukan? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Ro Woon.


Woo Il datang memanggil Ro Woon. Ro Woon bertanya, kenapa Woo Il ada di sana. Woo Il lebih mengkhawatirkan Hwan Gi, apa yang terjadi. Hwan Gi bersikeras kalau dirinya baik-baik saja. Woo Il tidak percaya, kalau bukan apa-apa kenapa Hwan Gi duduk di tanah. Hwan Gi menjawab, ia hanya sedang istirahat. Ia kembali mencoba berdiri tapi jatuh lagi.

Ro Woon khawatir, apa Hwan Gi bisa jalan? Hwan Gi malu dan tetap bersikeras kalau ia baik-baik saja.


Akhirnya Woo Il menggendong Hwan Gi di punggungnya. Ro Woon berkomentar kalau mereka berdua tampak serasi. Hwan Gi lalu meminta Woo Il menurunkannya sekarang. Woo Il tidak mau, ia malah membentak Hwan Gi agar tidak bergerak terus karena membuat semuanya tambah susah. Ro Woon tersenyum melihatnya.

Woo Il kembali mengerjai Hwan Gi, ia sengaja jalan sempoyongan membuat Hwan Gi takut.

"Bersikaplah yang baik." Kata  Woo Il.


Ro Woon teringat larangan Hwan Gi untuk melihat kameranya, ia penasaran lalu melihat foto-foto Hwan Gi. Setelahnya Ro Woon memandangi Hwan Gi kagum.


Makan malam terakhir di Malaysia, mereka kembali duduk satu meja dan bersulang. Hwan Gi tidak semangat karena kakinya sakit. Ia sibuk mengompres kakinya yang diperban.


Ro Woon memperhatikan Hwan Gi. Se Jong menyadari Ro Woon yang bengong, ia pun memotret Ro Woon untuk diunggahnya ke akun SNS-nya.


Se Jong merasa Ro Woon imut dan menunjukkannya pada Gyo Ri. Gyo Ri terpaksa mengiyakan kata Se Jong kalau Ro Woon unik. Ro Woon tidak enak sama Gyo Ri, ia pun memaksa Se Jong untuk menghapus fotonya.


Se Jong lalu memperlihatkan pada semuanya dan mereka tidak bisa menahan ketawa. Hwan Gi celingukan ingin melihat juga tapi Se Jong terlanjur menarik ponselnya untuk diperlihatkannya pada Ro Woon.


Se Jong akan tetap mengunggah foto Ro Woon itu walaupun Ro Woon mengancam akan membunuhnya.

"Aku mencintaimu, Ro Woon. Aku sangat mencintaimu."

Ro Woon tambah tidak enak dengan Gyo Ri. Sun Bong yang juga tahu perasaan Gyo Ri ikutan diam.


Se Jong akhirnya memperlihatkan foto Ro Woon pada Hwan Gi. Ro Woon sangat antusias karena mungkin ia akan mendapat kesempatan melihat Hwan Gi tersenyum. Hwan Gi menahan tawanya.

"Bukankah ini lucu?" Tanya Yoo Hee.

"Lucu sekali, kan?" Tanya Se Jong.

"Dia hampir tertawa." Kata Yoo Hee.

"Dia akan tertawa." Kata Se Jong.


Ro Woon kecewa karena Hwan Gi sedikitpun dia tidak tertawa. Malah yang ketawa ngakak adalah Woo Il yang barusan datang. Ro Woon malu dan meminta Se Jong menjauhkannya dari Woo Il. Hwan Gi juga kesal dengan rekasi Ro Woon itu. Ia semakin keras mengompres kakinya.


Woo Il minta waktu mereka sebentar. Ia kemudian memanggil Direktur yang ingin mengucapkan terimakasih.

"Terima kasih karena sudah memberikan kenangan yang tak terlupakan untuk anak-anak."

Semua juga mengucapkan terimakasih karena liburan mereka menjadi menyenangkan.

"Omong-omong.. Anda sepertinya sangat menyukai Kang Daepyonnim." Ujar Se Jong, Yoo Hee juga setuju.

Direktur tidak bisa menjelaskannya, ia permisi.


Woo Il menahan tangan Direktur dan merangkulnya. ia juga mau mengucapkan terima kasih pada semuanya. Ini adalah proyek yang sangat berarti baginya secara pribadi.

"Panti Asuhan Awan Putih.. adalah rumah masa kecilku."

Yang lain tidak menyangka, mereka mengira Woo Il dibesarkan di luar negeri. Woo Il melanjutkan, ia berterima kasih karena sudah menemukan keluarganya yang hilang setelah sekian lama. Semua berkat Silent Monster. Semuanya bertepuk tangan.

"Kita sudah melakukan hal yang bagus." Ujar Se Jong.

"Sepertinya begitu." Jawab Sun Bong.

"Kami akan selalu berterima kasih." Kata Yoo Hee.


Ro Woon mendekati Hwan Gi yang menyendiri di pinggir kolam.

"Kau dulu bertugas di Satuan Anti Teror? Apa itu benar? Seseorang dengan pistol yang menembak dari suatu tempat tersembunyi? Dan lagi, itu juga cocok denganmu, sih. Hanya saja aku masih sulit percaya kalau kau dulu termasuk tentara pasukan khusus. Kau bohong, kan?"

"Itu adalah perintah ayahku. Dia ingin aku menjadi seorang pria sejati."


Ro Woon kira sudah tahu segala hal tentang Hwan Gi. Ternyata ia salah. Masih banyak yang harus ia cari tahu. Dan ia mengaku sudah melihat is kamera Hwan Gi.


Hwan Gi panik, itu adalah kesalahpahaman, katanya. Ia hanya.. tidak sengaja mengambil foto-foto itu.

"Jumlahnya tak banyak. Aku bahkan tidak sadar kau mengambil foto-foto itu. Mantan anggota satuan khusus memang beda, ya."

"Aku tidak punya maksud aneh. Sungguh."

"Aku tahu. Kau menyukaiku, kan? Aku bisa tahu seberapa besar rasa pedulimu padaku dari foto-foto itu."

Habis sudah... Hwan Gi menunduk malu.


Ro Woon melarang Hwan Gi merasa malu. Menurutnya tidak salah seorang bos perhatian pada bawahannya. Ro Woon melihat kameranya penuh dengan foto karyawan. Apalagi, Hwan Gi selalu mengambil moment yang tepat.

"Kupikir-pikir, aku tidak ada bedanya dengan ayahmu. Aku tidak tahu kau memperhatikan semua orang di belakang mereka. Itulah dirimu yang sebenarnya. Dan kau sudah cukup sempurna apa adanya. Aku selalu memintamu berubah. Aku minta maaf karena mengatakan itu."


Ro Woon mengeluarkan jaket Hwan Gi dan menyuruh Hwan Gi memakainya kembali. Gyo Ri sudah mencucikan jaket itu.


Ro Woon tidak akan mencoba mengubah Hwan Gi lagi. Ia yakin pasti ada cara yang tepat untuk berkomunikasi dengan Hwan Gi. Jadi mari cari caranya bersama.

"Kau berniat memposting tentang Perjalanan Panda untuk Rose Airline dan membuat banyak orang tersentuh dengan caramu sendiri. Jangan berubah, ya."


Ro Woon memakaikan hodie Hwan Gi, Ini adalah Eun Hwan Gi yang sempurna. Hwan Gi tersenyum simpul dan Ro Woon menyadarinya.

"Kau barusan saja tersenyum, kan? Aku barusan melihatmu tersenyum. Aku tahu kau tersenyum. Kau senyum."

"Aku tidak senyum."

"Kau senyum."

"Tidak, kok."

"Senyumlah sekali lagi."

"Aku tidak senyum."

"Kau senyum. Ayo tunjukkan sekali lagi."

"Aku sungguh tidak senyum."

"Ayolah. Aku tahu kau tersenyum. Sekali lagi, ayolah. Tunjukkan senyumanmu sekali lagi. Bos. Bos, bisakah aku melihatnya sekali lagi? Sekali saja, ya? Sekali saja? Kenapa kau pemalu sekali? Tunjukkan sekali saja. Kumohon, Bos."


Woo Il muncul, ia mencari Ro Woon sejak tadi, ia mengajak Ro Woon bicara sebentar. Hwan Gi menyela, ia mengajak Woo Il bicara dengannya dahulu karena banyak yang harus mereka bicarakan.

"Sepertinya benar." Jawab Woo Il.

"Haruskah aku memberi kalian ruang?" Tanya Ro Woon.

Hwan Gi menyuruhnya tapi Woo Il melarangnya. Hwan Gi mengatakan kalau ini tidak ada hubungannya dengan Ro Woon jadi sebaiknya Ro Woon pergi saja.


"Apa yang ingin kubicarakan denganmu, ada hubungannya dengan dia, kok." Bantah Woo Il.

"Aku duluan." Kata Hwan Gi.

"Dengarkan aku dulu."

"Ada sesuatu yang tidak kau tahu."

"Dan menurutmu kau sudah tahu segalanya?"

Ro Woon yang menjadi tidak enak karena tadi semuanya baik-baik saja. Lalu ia menyarankan untuk minum bersama.


Hwan Gi menuang minuman ke banyak gelas, lalu ia melemparkan dompet Woo Il ke meja. Woo Il mengira sudah kehilangan dompetnya, eh ternyata Hwan Gi masih menyimpannya.

"Kau melihatnya?" Tanya Woo Il dalam hati.

"Ya." Jawab Hwan Gi dalam hati juga.

"Kau berterima kasih padaku, kan?" Ujar Hwan Gi.

Tapi Woo Il heran, kenapa Hwan Gi baru memberikannya sekarang. Tadinya Hwan Gi tidak mau memberikannya tapi ia berubah pikiran.


Mereka kemudian mulai berlomba minum bergelas-gelas. Ro Woon disana sebagai penonton.


Woo Il sudah mabuk berat. Ro Woon mengantarkannya ke hotel. Walaupun ia harus malu dengan kelakuan Woo Il.


Ro Woon kembali ke bar, ia mendapati Hwan Gi menunduk di meja. Ia khawatir, apa Hwan Gi menangis. Hwan Gi mengangkat kepalanya dan ternyata ia tertawa terbahak-bahak karena melihat foto jelek Ro Woon.

"Dia jelek sekali. Astaga. Oh, ya ampun."

Ro Woon mengambil ponsel hwan Gi dan menatap fotonya, ia mengakui kalau dirinya memang jelek di foto itu.


Ro Woon jugalah yang membawa Hwan Gi ke hotel. Tapi ia ikutan terbaring saat membaringkan Hwan Gi. Ia akan bangun tapi tangan Woo Il malah menimpanya.

Hwan Gi menatap Ro Woon lalu menyentuh wajahnya.





>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search