-->

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 11 Part 2

- Januari 31, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari jtbc

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 11 Part 2


Ji Hoon menggantikan posisi Seo Yeon melakukan pemeriksaan pada Wakepsek. Ia mengungkit pernyataan Wakepsek pada sidang sebelumnya, menyatakan bahwa Komite Anti Kekerasa Sekolah dikumpulkan berdasarkan aturan sekolah. Wakepsek beralasan waktu itu masih berstatus staf sekolah, tentu tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.

"Kalau begitu, Anda sengaja berbohong?"

"Ya, kurang lebih begitu. Tapi... sekarang saya ingin mengoreksinya."

"Saat itu, Anda pun menyadari hal itu tidak benar."

"Ya. Tapi... itu karena ada perintah atasan. Bukan saya si pemberi perintah itu. Tidak punya kuasa juga untuk melakukannya."

"Saat itu Anda... penanggung-jawab Komite Anti Kekerasan Sekolah. Apa Anda ingin mengatakan bahwa hukuman yang dijatuhkan tanpa persetujuan Anda sebagai penanggung-jawab? Bukankah Anda juga ingin menyingkirkan So Woo dari sekolah, karena dia mengekspos korupsi di dalam sini?"

"Saat itu tidak ada pilihan!"

"Kekuatan besar seperti yayasan menggiring remaja 18 tahun pada kematian. Anda juga sadar hal itu tidak benar. Tapi, Anda menonton saja dan menyetujuinya. Sekarang Anda mencoba berkata, "Aku tidak bertanggung-jawab," dan "Aku tidak punya pilihan". Apakah Anda tidak merasa kata-kata itu sangat kejam?"



Wakepsek merasa Ji Hoon sudah keterlaluan, ia membentak Ji Hoon sambil berdiri, "Apa hakmu berkata seperti itu padaku? Kau adalah.."


Seo Yeon mencegah Wakepsek mengatakannya. Wakepsek pun kembali duduk. Ji Hoon juga tidak bisa menahan emosinya, ia meninggalkan ruang sidang tanpa kata-kata.


Semua berkumpul di ruang klub kecuali Ji Hoon. Bahasan mereka adalah soal Perlakuan khusus. Kalu itu benar adanya menurut mereka itu adalah permasalahan serius. Soo Hee menggebu usahanya begitu keras untuk masuk SMA Jeong-guk, eh mereka masuk hanya dengan uang. Dasar tidak punya nurani! Yoo Jin tidak menyahut karena ia ada dalam daftar VIP tersebut.

"Jika itu benar, kita harus temukan daftarnya dan membuat mereka dikeluarkan. Aku tidak sudi belajar di kelas yang sama dengan mereka." Ujar Min Suk. Yoo Jin makin murung mendengarnya.


Soo Hee menanyakan keberadaan Ji Hoon, ia pikir ada di sana. Seung Hyun mengatakan kalau Ji Hoon belakangan ini aneh sikapnya, tidak bertemu anggota tim pengacara, bahkan tidak membaca pesan sama sekali. Rasanya seolah... dia bersiap pergi.


Ji Hoon menyendiri, ia kembali teringat So Woo. Waktu itu datang ke rumah So Woo karena So Woo tidak masuk sekolah lagi hari itu. So Woo malah membelakanginya dan menyuruhnya pergi.

"Bukan aku yang tidak mau sekolah. Tapi sekolah... yang tidak menginginkan aku." Ujar So Woo.

Mengingatnya membuat Ji Hoon semakin sedih.


Ji Hoon berjalan, ia membeku tatkala melihat seseorang. Beliau adalah kakek telfon umum. Kakek itu terlihat kebingungan, lalu ia melihat Ji Hoon, awalnya sih mau tanya jalan, tapi...

Kakek itu mengenali Ji Hoon sebagai anak yang menelfon malam-malam itu sambil menengis. Menelfon So Woo. Ji Hoon lalu memberi salam pada kakek.


Detektif Oh menelfon Detektif Ko, ia mengatakan kalau ia meenonton olah perkara dan disana disebut doal perlakuan khusus. Detektif Ko bertanya siapa yang bersaksi, setelah mendapatkan jawabannya, ia akan segera menuju sekolah.


Sidang dilanjutkan, Min Suk mempersilahkan saksi ketiga Jaksa memasuki ruangan. Joon Young terkejut melihat Pak Han masuk, ia menoleh ke Ji Hoon. Ia tahu kalau Pak Han adalah ayah Ji Hoon. Ji Hoon akan mengajukan keberatan tapi Seo yeon mendahuluinya, ia meminta ijin untuk bicara berdua dengan Ji Hoon.


Seo Yeon mengaku kalau ia tahu Pak Han adalah ayah Ji Hoon. Beberapa hari lalu,i  bertemu dengan Pak Han. Pak Han menanyakan kenapa ia kukuh melanjutkan persidangan, dan kemana tujuannya. Dan, ia meminta Pak Han datang ke persidangan.

"Apa yang akan kau tanya padanya?" Tanya Ji Hoon.

"Kenapa? Ada sesuatu yang tidak boleh kutanyakan? Ada yang kau sembunyikan dari kami? Sesuatu yang lain?"


Ji Hoon diam saja. Seo Yeon mengatakan tujuannya, ia  ingin mengonfirmasi apakah memang ada perlakuan khusus di sekolah. Dan kebenaran mereka berusaha mendepak So Woo yang mengetahuinya. Dan jika Pak Han adalah dalang di balik semua ini.

Ji Hoon mohon, biar ia saja yang melakukan hal itu, ia yang akan melakukan pemeriksaan pada ayahnya. Seo Yeon tidak bisa, ia tidak percaya pada Ji Hoon.


Min Suk meminta Pak Han membaca sumpah terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan. Pak Han melakukannya sesuai perintah.


Seo Yeon mulai dengan menanyakan identitas pak Han, selanjutnya apa tugas Pak Han di Yayasan. Pak Han bertugas memastikan tidak ada tindak ilegal dalam yayasan.

"Kalau begitu... Anda punya kuasa dalam pengelolaan sekolah."

"Saya menerima laporan bulanan."

"Apa yang Anda lakukan saat mengetahui adanya masalah dalam laporan? Memberi perintah untuk menyelesaikan masalah?"

"Tidak pernah ada masalah yang sampai perlu saya turunkan perintah."

Pertanyaan selanjutnya adalah apa Pak Han mengenal So Woo. Pak Han tidak menyangkalnya, ia mengenal So Woo sebagai murid kelas 2-1 SMA Jeong-guk yang meninggal akhir Desember lalu. Ia baru diberitahu soal dia setelah meninggal.


Ji Hoon memalingkan muka mendengar jawaban ayahnya. Seo Yeon mengatakan, menurut saksi sebelumnya, Pak Han memaksa So Woo meninggalkan sekolah akibat unggahan di akun Jeong Pa, juga perihal Pak Han berusaha mengeluarkan dia melalui rapat Komite. Pak Han membantah pernyataan itu, Seo Yeon menanyakan alasannya.


"Wakil Kepala Sekolah sebenarnya diberhentikan akibat melanggar peraturan Komite. Sebab itu, dia memberi kesaksian melawan pihak sekolah."

"Guru lain, Lee Jung Woo, juga memberikan kesaksian serupa. Beliau berkata, Lee So Woo ditekan sekolah akibat akun Jeong Pa."

"Sama saja, itu karena kontrak kerjanya tidak diperpanjang sekolah."

"Anda juga tahu kalau Lee So Woo adalah Jeong Pa?"

"Ya."

"Tapi, So Woo kan tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa dia adalah Jeong Pa? Berarti, Anda mengakui melakukan penyelidikan rahasia untuk mengungkap identitasnya?"

"Itu hanya upaya dasar saja."

"Maksud Anda, Lee So Woo dan pihak sekolah tidak memiliki masalah apa pun? Lalu, kenapa sekolah perlu menyelidiki pemilik akun tersebut?"

"Jeong Pa adalah akun komunitas online. Akun tersebut, berpotensi menimbulkan masalah hukum
akibat menyebarkan rumor palsu juga secara kasar mengkritik beberapa murid. Yayasan tentu memiliki hak untuk mengawasi akun itu."


"Jika Anda memang menyelidikinya, pasti Anda juga melihat unggahan perihal perlakukan khusus sekolah di sana." Mendengar pernyataan Seo Yeon, Yoo Jin mulai cemas.

"Ini pertama kalinya saya mendengar hal itu. Bisa tunjukkan pada saya? Gambar yang diposting oleh So Woo... Bisa tunjukkan pada saya?"

Ji Hoon tersenyum mendengar pertanyaan ayahnya.

Seo Yeon mengatakan kalau gambarnya sudah dihapus, tapi Hakim pun juga melihatnya. Di sampulnya tertulis VIP. Pak Han membantah, bagaimana bisa tulisan "VIP" di sampul diartikan sebagai murid-murid yang mendapat perlakuan khusus?


Hakim menyala, ia yang akan memutuskan keaslian barang bukti bukan saksi. Pak Han menjelaskan, mudah memang membuat bingung. Tapi asumsi dan validasi adalah dua hal berbeda. Bahkan di persidangan sesungguhnya, Hakim tidak berhak memvalidasi bukti seorang diri. Jaksa berasumsi bahwa dokumen tersebut merupakan daftar murid dengan perlakuan khusus, juga adanya masalah antara Lee So Woo dan pihak sekolah. Jaksa menanyainya berdasarkan asumsi tersebut. Sekalipun persidangan digelar oleh para murid, bukankah bukti yang valid juga diperlukan?

"Saya juga ingin mengonfirmasinya sebelum memberi kesaksian lebih lanjut. Anda bisa memastikan daftar itu ada?"


Semuanya hanya bisa diam termasuk Seo Yeon. Saat itu Ji Hoon menyala, ia bisa memberikan bukti itu.Ia membuka folder rahasia Jeong Pa lalu menunjukkan dokumen itu di layar. 

"Ini adalah foto yang diunggah oleh akun Jeong Pa."

"Seperti yang saya katakan sebelumnya..." Sela Pak Han.

"Dan ini! Daftar nyata para murid dengan perlakuan khusus sekolah."

Seo Yeon dan Joon Young menatap Ji Hoon tak percaya sedangkan Ji Hoon menatap ayahnya. Anak-anak lalu memotret dokumen tersebut. Soo Hee melihat nama Yoo Jin ada dalam daftar, Ia lalu melihat Yoo Jin yang sudah menekuk muka.


Seo Yeon kembali ke tempat duduknya. Ji Hoon maju menggantikannya, Kata"VIP" memang ditujukan pada para murid ini. Keberadaan akan daftar tersebut nyata adanya. Ji Hoon meminta ayahnya menjawab soal kebenaran itu sebagai Ketua Yayasan Jeong-guk, juga sudah mengakui bahwa Anda mengawasi akun Jeong Pa.

"Tapi... apa benar ini pertama kali Anda melihat daftar ini? Saat Lee So Woo mengunggahnya... Anda tidak memberi perintah apa pun atas hal tersebut?"

"Itu hanya kertas dengan daftar nama, siapa pun bisa membuatnya. Tidak bisa menjadi bukti valid bahwa mereka adalah para murid dengan perlakuan khusus. Juga, saya tidak pernah memberi perintah apa pun. Saya tidak pernah memaksa seseorang pergi dari sekolah, atau menjebaknya melalui Komite."


Ji Hoon mengingatkan ayahnya bahwa tadi sudah bersumpah bahwa akan mengikuti nurani, tidak menyembunyikan apa pun dan hanya menyampaikan kebenaran. Ji Hoon bertanya sekali lagi, apa pernyataan ayahnya tadi benar. Pak Han tanpa ragu menjawab kalau itu benar. Ji Hoon kecewa mendengarnya.


Min Suk memberi waktu istirahat 30 menit setelah memastikan kalau pemeriksaan silang Ji Hoon sudah selesai.  Pak Han melangkah keluar, Ji Hoon memandangnya kecewa. Seo Yeon memperhatikan ekspresi Ji Hoon.


Detektih Oh merasa ada yang tidak beres, Ji Hoon memeriksa ayahnya sendiri, dan Pak Han yang terus menyangkal hingga akhir. Detektif Ko bertanya, apa Seo Yeon tahu kalau Ji Hoon yang merencanakan olah perkara ini?

"Dia sempat bertanya sih apa aku tahu identitas Jeong Pa. Tidak kuberitahu, karena aku tidak berhak."

"Bagus. Dia juga akan mengetahuinya nanti, sebaiknya langsung dari Ji Hoon. Sebaiknya kita tidak ikut campur."

Detektif Oh menyarankan untuk melakukan investigasi soal daftar perlakuan khusus. Detektif Ko mengingatkan kalau tidak ada laporan resmi pada polisi.

"Wakil Kepala Sekolah tadi... aku rasa dia tidak akan keberatan menjadi pelapor."

"Yayasan yang terencana sekali. Sulit menginvestigasi hal ini, terlebih hanya sedikit yang tahu perihal daftar itu. Jika Wakil Kepala Sekolah punya bukti kuat, mereka tidak akan mungkin memecatnya."


Seo Yeon bertemu dengan kakek itu. Kakek ingin melihat persidangan setelah Seo Yeon dan teman-teman datang ke tokonya membuatnya penasaran.

"Anda pasti kecewa. Kami tidak bisa mengungkap apa pun."

"Daripada itu... Pelajar... Kau ingat murid laki-laki yang kukatakan di telepon umum itu? Kenapa dia di sini?"


Seo Yeon membawa kakek ke ruang sidang dan kakek menunjuk Ji Hoon. Seo Yeon mengatakan kalau kakek mungkin salah. Kakek mengelaknya bahkan Ji Hoon tadi menyapanya dan berterimakasih sudah mencemaskannya.


Kakek mengingat kejadian malam itu. Ia menghampiri Ji Hoon karena Ji Hoon menangis tersedu setelah menelfon di telfon umum. Kakek mengkhawatirkan Ji Hoon.


Seo Yeon menatap Ji Hoon, ia mengingat semua tentang Ji Hoon mulai dari awal ia bertemu sampai hari ini dan Ji Hoon yang terkesan mendorongnya untuk tetap melanjutkan persidangan. Mungkin ia sudah menduga kalau Ji Hoon adalah Jeong Pa setelah So Woo.  Ji Hoon menyadari Seo Yeon melihatnya, ia langsung pergi dari sana,


Seo Yeon menuju ruang klub, ternyata disana semua sudah menunggunya. Min Suk menanyakan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya karena saksi terakhir Jaksa sudah memberikan kesaksian.

"Ya, kita akan dikeluarkan besok. Sebaiknya, kita hentikan sampai di sini." Jawab Seung Hyun.

"Sampai di sini saja? Apa kuminta Juri segera membuat kesimpulan?" Tanya Min SUk pada Seo Yeon.

eo Yeon melarangnya, ia sudah menemukan siswa itu, siswa laki-laki yang menelfon So Woo, ia akan mendudukkannya di kursi saksi. Ia ingin dengar segala sesuatu yang disembunyikan dari mereka selama ini.

"Aku harus tahu alasannya. Dialah saksi terakhir kita."

Seo Yeon menatap Ji Hoon setelahnya. Ji Hoon minta satu hari lagi. Semua jelas tak mengerti maksudnya kecuali Seo Yeon. Ji Hoon melanjutkan, agar ia bisa menyiapkan sesi persidangan selanjutnya.


Joon Young menatap Seo Yeon.


Joon Young, Min Suk dan Seung Hyun keluar sekolah bersama. Seung Hyun merasa sangat lelah dan kelihatannya jaksa juga. Tapi bagi Min Suk, Seung Hyun tetap kelihatan seperti biasanya.

"Benarkah? Ya, ada sesuatu, sih." Jawab Seung Hyun sambil mengelus kepalanya sendiri.

Min Suk tak menjawabnya lagi, ia pamit pada Joon Young mau pulang duluan. Seung Hyun mengejarnya karena mereka satu bis.


Ayah menjemput Joon Young lalu mengajaknya makan siang di luar. Joon Young mengucapkan terimaksih karena ayahnya mengambilkan makanan untuknya. Ayahnya meluruskan, tidak usah berterimakasih begitu kan dia adalah ayahnya.

"Joon Young, Kau tidak mau pulang ke rumah sekarang?

"Aku... Aku masih..."

Ayah mengatakan tidak apa-apa karena ibu sudah tidak di rumah. Ayah dan Ibu sepakat menghabiskan waktu secara terpisah dulu. Mereka ingin memikirkan haruskah melanjutkan hidup seperti ini dan ibu setuju juga.


Joon Young mulai terharu. Ayah melanjutkan, setelah kakak Joon Young meninggal seperti itu, berat juga untuk ayah melihat ibu sakit seperti itu. Tidak benar-benar hidup, hanya pura-pura. Ayah seharusnya tidak membuat Joon Young menghadapinya sendirian.

"Maafkan Ayah. Ayah tidak pernah tahu kau mengalami kesulitan dan kesusahan begitu. Maafkan aku. Tapi, Ayah.. ingin menghidupkan kembali keluarga kita. Ayah ingin kembali pada masa... segalanya baik-baik saja, seperti saat kakakmu masih ada. Bisakah kita mencobanya?"

"Appa..."

Ayah menggenggam tangan Joon Young.


Seo Yeon dirumahnya memikirkan kembali jawaban Ji Hoon saat ia bertanya apa Ji Hoon mengenal So Woo. Saat itu Ji Hoon menjawab ia tidak kenal So Woo. Dan kebohongan-kebohongan Ji Hoon lain.


Seo Yeon dirumahnya memikirkan kembali jawaban Ji Hoon saat ia bertanya apa Ji Hoon mengenal So Woo. Saat itu Ji Hoon menjawab ia tidak kenal So Woo. Dan kebohongan-kebohongan Ji Hoon lain.

Yoo Jin meminta Seo Yeon dan Soo Hee bertemu di luar. Yoo Jin mengaku kalau murid VIP itu memang ada. Ayahnya dan Kepala Sekolah adalah teman. Ayahnya membayar agar ia bisa masuk sekolah ini.

"Lee Yoo Jin, kenapa kau mengatakannya pada kami? ku sudah melihat daftarnya, memang ada namamu di sana. Tapi, aku hendak melupakannya. Kenapa kau malah membahasnya?" Protes Soo Hee.

"Soo Hee..."

"Lupakan saja. Ini tidak pernah terjadi. Kita anggap saja kau beruntung bisa lulus tes masuk, tapi kau tidak cukup pintar di keseharian. Aku tidak tahu apa-apa, begitupun kau."

"Bagaimana bisa pura-pura tidak tahu? Murid lain terluka karenanya. Seseorang pasti tidak diterima karena posisinya kuambil. Murid yang lebih layak untuk diterima. Aku menghempaskan seseorang dari posisinya, padahal aku tidak memenuhi kualifikasi. Aku kan bodoh! Aku juga tidak pernah berusaha belajar. Aku menjadi murid SMA Jeong-guk seperti kalian berkat uang orang tuaku! Aku merasa malu dan bersalah pada murid lain. Mana bisa kuabaikan begitu saja?"

"Dasar bodoh! Memang kau yang minta masuk kemari? Orang tuamu yang melakukannya! Mana bisa itu jadi salahmu? Kenapa kau harus merasa malu dan bersalah?"

Yoo Jin sudah memutuskan, ia akan memberi kesaksian besok. Ia akan mengakui kebenarannya. Ia akan mengakuinya dengan cara seperti itu. Ia akan ungkap semuanya. Tidak seorangpun bisa membantah jika ia yang mengaku. Hal itu harus diungkap, agar tidak ada lagi kasus murid VIP lain waktu. Itulah tanggung-jawab yang harus iajalankan.


Seo Yeon ke sekolah, ia melewati taman dimana mayat So Woo di temukan, lalu ia menuju ruang kelas. Iamembayangkan So Woo duduk di bangkunya.


Seo Yeon lalu menuju aula menemui Ji Hoon, ia minta maaf karena terlambat. Ia perlu waktu berpikir.

"Aku... bahkan lebih terlambat darimu." Jawab Ji Hoon.


Ye Na memanggil kakaknya yang akan berangkat, ia bertanya apa mulai besok Seo Yeon akan di rumah terus? Beruntung sejali! Ia juga mau dikeluarkan, ah!

"Baru akan dikeluarkan, belum selesai, tahu! Kalau kau iri, sana bikin masalah saja!" Jawab Ye Ji.

Seo Yeon mengadu pada ibu kalau adik-aiknya mau bikin masalah. Ibu lalu menyuruh adik-adiknya untuk sikat gigi.


-- Persidangan Terakhir --

Min Suk menjelaskan kalau mereka akan membuat kesimpulan setelah mendengar pernyataan saksi terakhir. Dan setelah juri menyimpulkan, tidak akan ada persidangan lanjutan.

Seo Yeon menyampaikan, orang yang ingin ia datangkan bukan saksi namun terdakwa baru dalam persidangan ini. Terdakwa yang terlibat langsung dalam insiden, dan selama ini bersembunyi. Tapi, hari ini akhirnya dia muncul. Sampai terdakwa selesai diperiksa, Seo Yeon harap hadirin hanya menyaksikan tanpa berkomentar.

"Pengacara, Han Ji Hoon. Tolong duduk di kursi terdakwa."

Semua orang terkejut tapi Ji Hoon menurut.


Seo Yeon akan bertanya langsung. Di malam kematian Lee So Woo dimana dan apa yang Ji Hoon lakukan?

"Bersama So Woo, di atap sekolah."

"Apa yang Anda lakukan di sana?"

"Sebagai pembunuh Lee So Woo."


>

4 komentar

avatar

Gak sengaja membunuh lee so woo. . makin penasaran. .

avatar

mbk ditunggu episode 12nya.. semangaaaattt. aku bolak balik blog ini tunggu update yg baru

avatar

Lagu yg diputer bagian akhir setelah so yeon ketemu temen-temennya itu judulnya apa ya? Bagus banget pengen donlot tapi gk tau judulnya

avatar

Lagu yg diputer bagian akhir setelah so yeon ketemu temen-temennya itu judulnya apa ya? Bagus banget pengen donlot tapi gk tau judulnya


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search