-->

Sinopsis On The Way To The Airport Episode 16 Part 1

- November 13, 2016
>
Sumber Gambar dan Konten dari KBS2

Sinopsis On The Way To The Airport Episode 16 Part 1


Soo Ah kembali ke rumahnya, ia berbaring di ranjang Hyo Eun hingga senja.


Malam harinya ia jalan ke luar. Do Woo menelfon, sedang apa?

Soo Ah hanya berjalan saja. Bekerja setiap hari di Pulau Jeju menjadi kebiasaan. Do Woo menyuruhnya berjalan ke rumahnya di situlah ujungnya.

"Di sini tidak ada lorong atau pantai. Aku berjalan terus, tapi aku tidak bisa menemukan rumahmu."

Do Woo ternyata ada di dekat Soo Ah, tak lama kemudian Soo Ah melihatnya. Do Woo lalu memberi Soo AH tumpangan.



"Kapan tiba?"

Do Woo baru saja tiba. Ia tahu Soo Ah pasti sedih setelah Hyo Eun pergi.

"Ingatkah kau dengan pembicaraan pertama Ibunya Hyo Eun dan ayahnya Annie?"

Waktu itu Do Woo menebak pasti Soo Ah frustasi, kan. Soo Ah tidak keberatan dengan itu, tapi aku merasa bersalah.

Itu adalah kali pertamanya melihat Soo Ah, tapi ia ingat. Ia ingat gaya pakaian Soo Ah dan cara Soo Ah bergerak walaupun sebenarnya ia kurang pandai mengingat orang.

"kau melihatku? Dari mana? Bagaimana caranya? Aku hanya berdiri di salah satu jalan. kau pasti tidak bisa melihatku."


Do Woo hanya tersenyum.


Mereka sampai di ruangan favorit mereka. Soo Ah berkata kalau tempat itu memiliki nuansa ajaib. Begitu masuk, ia merasa lebih baik. Rumah yang ingin ia tinggali dan keluarga yang ingin kumiliki sama dengan nuansa ruangan itu saat ini.

"Kalau begitu, tempat ini seharusnya menjadi rumahmu."

Soo Ah membual tentang melewati semua ini seorang diri. Do Woo sudah melewatinya lebih dahulu, perceraian bukan sesuatu yang mudah.

"kau harus menyangkal sebagian dari hidupmu. Itu tidak mungkin mudah. kau mengalami situasi yang sulit saat ini, tetapi setelah berpisah, kau akan merasakan sesuatu yang tidak kau harapkan. Itu tidak akan mudah.

Bertemu dan berpisah... Itu terjadi setiap hari. Bertemu, menjalani hidup, dan berpisah... Selama melibatkan "hidup", semuanya menjadi lebih sulit.



Do Woo harus mencoba itu bersama Soo Ah. Lalu ia keluar dan kembali membawa dua alas dan dua selimut. Dan Do WOo keluar lagi, saat ia kembali, Soo Ah sudah menggelar satu selimut.

Tapi Soo Ah terlihat sangat gugup. Do Woo ternyata membawa bantal, ia meletakkan satu bantal di selimut yang sudah digelar dan satunya lagi di tas selimut yang masih terlipat.

"kau terlalu banyak berpikir." Ujar Do Woo.

Do Woo keluar lagi, ia berpikir, apa yang mereka butuhkan selanjutnya. Lalu ia mengambil dua kaleng minuman di kulkas.


Saat ia kembali kedua selimut kembali terlipat dan Soo Ah sedang telfonan dengan Hyo Eun. Soo Ah sangat bahagia dan Doo Woo juga ikut tersenyum karenanya.


Mereka berbicang sambil minum. Soo Ah datang ke Seoul dengan bayangan akan kembali ke Pulau Jeju bersama Hyo Eun. Ia tidak merencanakan hal lain. Ia tidak berani melakukannya. Setelah Hyo Eun pergi, semuanya terasa tidak nyata. Ia bingung.

"Tentang Pulau Jeju... Aku tidak tahu apakah... Apakah aku harus kembali ke sana. Aku punya terlalu banyak kenangan... bersama Hyo Eun di sana. Kurasa aku tidak akan kembali ke sana dalam waktu dekat."

"Sayang sekali. Aku berencana diam-diam tinggal di sana. Hanya kau dan aku."


Soo Ah menginap. Do Woo bangun terlebih dahulu dan ia memandangi Soo Ah yang masih tertidur. Soo Ah membuka matanya dan yang pertama dilihatnya adalah wajah Do Woo.

"Apa yang harus kita lakukan hari ini? Kita akan beristirahat dan beristirahat lagi. Di rumah." Ujar Do Woo dan Soo Ah mengangguk.


Do Woo keluar saat Seok menyapu. Seok bertanya, kapan Do Woo tiba, lalu Soo Ah keluar di belakang Do Woo.

"Sapalah dia. Dia sudah seperti keluargaku. Ini Min Seok Hyeong."

Soo Ah menyapa Seok. Seok bertanya, siapa Soo Ah. Do Woo dan Soo Ah berpandangan.

"Dia sudah seperti keluarga. Ini Choi Soo Ah." Jawab Do Woo.


Soo Ah dan Do Woo berjalan bersama, mereka saling tukar informasi mengenai diri mereka yang tidak diketahui masing-masing.

Dimulai di tahun 2000. Soo Ah masih berusia 20 tahun saat itu. Ia pergi ke Gangneung bersama teman-temannya. Ia sering menonton film. Biasanya ia menonton di Jongno. Apa Do Woo ingat Danseongsa?

"Tentu saja. Setelah film itu, aku menikmati makerel dan makgeolli."

"kau benar."


Tahun 2003, Gurun Dubai, Do Woo sering bepergian saat itu. Itu satu-satunya tempat yang belum pernah ia kunjungi.

"Benar. Kenapa kau tidak datang? Aku menunggumu."

Saat menunggu Soo Ah di Pulau Jeju, Do Woo memikirkan Annie. Rasanya seolah-olah Annie menunggu di luar pintu.

"Tampaknya Annie belajar menunggu karena kau. Kudengar dia selalu memintamu untuk mengantarkannya. Dia bisa pergi sendiri, tapi dia ingin kau ikut. Menurutku dia sengaja melakukan itu. Karena kau menunggu di luar, dia tidak merasa gugup. Meskipun kau berada di luar pintu, mungkin dia merasa aman. Begitulah perasaanku sekarang."



Do Woo menyinggung mengenai suami Soo Ah yang akan datang besok. Do Woo memiliki satu jalan keluar. Spo Ah bisa mengabaikan semuanya dan melarikan diri.

" 'Tidak menginginkan'. Hanya itu yang tersisa di antara Tiga Hal Tidak Boleh. kau harus mempertahankan itu."

Do Woo menjawab kalau mereka juga harus menyingkirkan itu. Lalu ponsel Soo Ah berdering, Hyo Eun dan dirinya berjanji akan melakukan bincang video hari ini.

"Telepon aku jika kau sudah selesai." Ujar Do Woo lalu keluar.


Soo Ah langsung tersenyum lebar saat melihat wajah Hyo Eun.


Do Woo duduk di depan komputernya dan Soo Ah merenung setelah bicara dengan Hyo Eun.


Soo Ah menghirup udara dalam-dalam sebelum pergi, ia mengirim pesan pada Do Woo.

"Doh Woo, maaf karena aku pergi tanpa berpamitan. Jika tinggal lima menit lagi, aku merasa benar-benar akan melarikan diri seperti perkataanmu. Masih sulit untuk mengetahui apa yang terbaik untukku. Tapi untuk saat ini, menurutku hidup tanpa rasa bersalah adalah langkah terbaik yang bisa kulakukan untuk diriku.

Aku akan memejamkan mataku dan melewati semua ini. Saat aku membuka mataku lagi, aku berharap bisa duduk di sampingmu dengan hati yang sangat tenang.”


Mi Jin melihat seseorang, ia lalu menulis sesuatu di ponselnya. Ternyata yang dilihat Mi Jin adalah Jin Suk.

Jin Suk melarang Mi Jin memberitahu Soo Ah kalau ia ada di Seoul, ia tidak mau menemui Soo Ah.

"Aku sudah mengirim pesan kepadanya untuk memberi tahu kau sudah tiba." Jawab Mi Jin.

Mi Jin meminta Jin Suk mendengarkan perkataan Soo Ah, jangan melarikan diri.

"Melarikan diri?"

"Sampai jumpa. kau harus menghadapi ini, Kapten Park."


Mi Jin menuju ruang staf, salah satu staf bertanya, mengenai Soo AH yang mendaftar sebagai pelatih, apa Soo Ah masih menginginkannya? Bolehkah ia menghapus namanya?

"Biarkan saja." Jawab Mi Jin.


Jin Suk sampai di rumahnya. Ia memarkir mobil. Melepas sabuk pengaman lalu menghembuskan nafas berat. ia teringat perkataan Soo Ah yang tak bisa pergi sebelum bicara dengannya.

Soo Ah menunggu kepulangan Jin Suk tapi begitu masuk rumah Jin Suk langsung masuk ke dalam kamar tanpa memandang Soo Ah.


Setelah itu, Jin Suk memberikan tiket pada Soo Ah. Itu tiket sekali jalan untuk mereka berdua. Ia menyuruh Soo Ah pergi duluan ke Bandara.

"...dan tinggallah di sana sebagai keluarga. Mudah, bukan?"

Soo Ah menjawab kalau ia ingin mengatakan sesuatu. Jin Suk menyela kalau Soo Ah sudah melakukannya (di telfon).

"Kita hanya perlu menghadapi ini. Kita akan berbicara lagi di Selandia Baru jika ada waktu. Aku sudah bersikap baik dan mengatur semuanya."

Soo Ah menyuruh Jin Suk marah atau setidaknya ajukan pertanyaan. Jin Suk meninggikan suaranya, tidakkah Soo Ah merasakan sesuatu saat pulang?

" ...'Aku bermimpi'. Bangunlah, Choi Soo Ah."


Soo Ah sesak mendengar kata Jung Suk itu, ia sampai harus menepuk-nepuk dadanya.

"Apa yang ingin kau katakan?"

Soo Ah akan mengatakannya. Jika tidak, ia akan hidup frustrasi seumur hidupnya. Hyo Eun tampaknya menyukai sekolahnya di Selandia Baru dan bilang ingin menetap di sana. Jin Suk sudah ditugaskan ke oakland, jadi, sudah seharusnya Jin Suk pergi ke sana. Tapi ia akan tinggal di sini.

"Apakah tinggal di suatu tempat penting bagimu?"

Itu penting bagi Soo Ah. Di mana dan dengan siapa.

"kau ingin hidup dengan siapa? Berhentilah bicara berputar-putar.

"Aku tidak akan melakukannya. Mari kita berpisah mulai sekarang. Lalu..."

" Seo Do Woo. Seo... Do... Woo?"

Soo Ah akan menceritakan semuanya tapi Jin Suk melarangnya. Sepertinya Soo Ah membuat pengakuan. Soo Ah tidak bisa meminta maaf kepadanya agar merasa lebih baik. Jika Soo AH merasa bersalah kepada keluarga, simpan kata-kata itu semaksimal mungkin.

"Maka aku tidak akan menyebutkannya." Ujar Soo Ah. Ia berdiri, ia menegaskan kalau ia tidak akan pergi ke Selandia Baru.

"Ini hanya masa-masa sulit. Hadapilah."

Bagi Soo Ah ini bukan masa-masa sulit. Hubungan mereka sudah hancur. Soo Ah lalu keluar rumah.


Ia mengegaskan pada dirinya sendiri kalau ia baik-baik saja. Tapi ia tetap gemetar.


Do Woo menemui Ji Eun, ia setuju untuk melakukan kerja sama lagi.

"Ada apa denganmu?" tanya Ji Eun heran.


Do Woo membantu Hyun Woo membuka bar-nya. Lalu ia melihat foto yang tergantung di dinding. Do Woo penasaran Siapa yang memotret itu?

"Ini diambil dari lantai atas. Fotografernya hanya memotret Seoul."

Do Woo kemudian berjalan dan terus berjalan setelah melihat foto itu. Hyun Woo tahu kalau Do Woo bakalan terus jalan sepanjang hari ini.


Jin Suk minum-minum di rumah, ia melihat hadiah pemberian Nyonya Go, ia kemudian membawanya turun melalui lift bersama dengan hadiah yang dibawakan Do Woo dahulu.


Soo Ah sampai di bar Hyun Woo. Hyun Woo bertanya, apa Soo Ah datang untuk menemui Do Woo. Tidak, Soo Ah hanya berjalan dan naik mobil lalu berakhir di sana.

"Seharusnya kalian berjalan bersama."

Soo Ah idak mengerti. Hyun Woo menunjuk gambar di dinding, ia mengatakan kalau Do Woo berjalan ke luar setelah menatap foto itu.

"Seharusnya dia berjalan di sekitar sini."


Soo Ah manatap foto itu, ia teringat pemandangan itu adalah pemandangan yang sama yang dilihatnya di kantor Do Woo di lantai atas.


Soo Ah tersenyum, ia naik tangga ke atas. Ia teringat saat pertama kali bertemu dengan Do Woo di tangga itu.


So Ah tidak masuk ke dalam, ia menghirup udara dan menatap ke bawah, ia melihat Do Woo berjalan dari sana, lalu ia menelfon Do Woo.

"Apa yang terjadi?"

Soo Ah menjawab, ia sudah mengatakan kepada Jin SUk apa yang ingin ia katakan. Ia melakukan itu, tapi ia tidak tahu bagaimana akhirnya.

"kau di mana? Aku akan pergi ke sana."

Soo Ah balik bertanya, menurut Do Woo ia ada di mana?

Do Woo melihat kesekeliling, lalu menjawab, Di suatu tempat dengan pemandangan yang jelas?

"Kenapa kau berpikir begitu?"

Karena Do Woo pikir Soo Ah mungkin merasa agak sesak. Soo Ah terkejut, Do Woo benar-benar melihatnya dari jarak sejauh itu.

"Aku berada di tempat yang dahulu kurindukan. Pemandangannya jelas. kau berulang kali berjalan masuk dan keluar dari sini."

"Itu Pulau Jeju."

"Di situlah aku. Setelah berada di sini, aku merasa segar."


Do Woo tersenyum lalu melanjutkan jalannya, seharusnya Soo Ah pergi ke sana bersamanya. Soo Ah menjawab kalau tempatnya berada saat ini mirip sekali dengan di Jeju. 
"Aku sudah tidak bisa melihatmu. Sepertinya sekarang aku tahu bagaimana kau melihatku sebelumnya. Saat ayahnya Annie dan ibunya Hyo Eun melakukan obrolan pertama di telepon, aku bertanya-tanya bagaimana dia bisa melihat ibunya Hyo Eun. Aku bisa melihat dengan jelas dari atas sini."

Do Woo mendongakkan kepalanya dan ia melihat Soo Ah. Ia tersenyum, memang dirinya dan Soo Ah tidak punya banyak tempat yang bisa kita tuju. Tempat terjauh yang mereka tuju adalah desa kecil di Pulau Jeju. Mereka berakhir di destinasi yang sama setelah berjalan jauh.

Do Woo akan naik.


Do Woo minta ijin menggunakan lantai dua pada Hyun Woo dan saat ia akan naik, Jin Suk datang.

Jin Suk bicara pada Hyun Woo kalau tujuannya datang adalah untuk bertemu Do Woo.

"Siapa kau?"

Jin Suk menjawab kalau Do Woo meninggalkan sesuatu di rumahnya, ia datang untuk mengembalikannya.

Do Woo tidak jadi naik ke atas, ia mengajak Jin Suk untuk bicara. Sebelum itu ia mengkode Hyun Woo untuk ke atas.


Hyun Woo paham situasinya dan langsung naik.

"Soo Ah, apakah kau ingat ruang kerja Do Woo? Sudah ada orang di sana, tapi kau bisa tinggal di sana jika kau memberikan namaku."

Soo Ah bertanya, Do Woo dimana?


Jin Suk berkata kalau biasanya ia tidak marah. Ia tidak merasa perlu marah. Semuanya berjalan dengan baik untuknya meskipun ia tidak membentak atau memukuli seseorang. Do Woo juga tidak suka marah.

"Berarti aku bisa bicara denganmu." Lanjut Jin Suk.

Jin Suk mendengarDo Woo banyak membantu istrinya. Mereka beberapa kali bertemu dengan melibatkan anak-anak mereka. Ketika Soo Ah tiba-tiba pergi ke Pulau Jeju, kebetulan Do WOo muncul kembali. Ia dengar kejadiannya seperti itu.

"Sulit bagiku untuk tidak curiga. Tetapi aku bersedia untuk mengabaikan semua itu. Kita punya keluarga. Aku tahu kau punya istri. Kembalilah kepadanya."

Do Woo bertanya, apa yang membuat Do Woo curiga. Jin Suk tahu apa yang dilakukan pria setelah mereka meninggalkan rumah. Tapi Do WOo melewati batas.

"Aku memintamu untuk melindungi keluargamu sendiri."


Do Woo jujur kalau orang yang paling ingin ia temui adalah Jin Suk. Ia ingin bicara dengan Jin Suk untuk melihat seperti apa sosok Jin Suk, apa yang menurut Jin Suk menjadi kacau, dan apa yang tidak bisa ia pahami. 

"Kau orang terakhir yang ingin kuajak duduk di hadapanku. Aku senang bisa memenuhi keinginanmu."

"Jika kita membereskan semuanya, kau pasti bisa melanjutkan hidupmu."

"Apakah istrimu tahu soal ini? APA DIA TAHU YANG KUKETAHUI? Tahukah kau betapa bencinya aku kepada pria yang menaikkan suara mereka di tempat umum?"

Para pelanggan lain pergi meninggalkan Jin Suk dan Do Woo berdua.

Do Woo menjawab kalau ia berpisah belum lama ini dari istrinya.

"kau sudah lama merencanakannya. Kalian berdua merencanakan ini? Untuk melakukannya bergantian? Apa? Aku yang berikutnya? Astaga, itu membuatku merinding. Tapi semuanya tidak akan berjalan sesuai rencanamu."

"Rencana? Tidak ada yang kami rencanakan. Bagaimana mungkin orang bisa bertemu dan berpisah dengan rencana?"

"Benar, bukan? Putri dan ibumu. Aku yakin itu tidak direncanakan. Itu tidak manusiawi. Maksudku, putrimu dan ibumu meninggal, dan kini kau bercerai. Itu sangat menyedihkan. Aku ingin membiarkanmu, tapi..."


Hyun Woo geram, ia meraih kerah baju Jin Suk dengan paksa.

"kau sudah gila. Hei, berani sekali kau melakukan ini di barku."


Jin Suk melepaskan tangan Hyun Woo dengan kesal. Lalu Soo Ah turun. Semua mata tertuju padanya.

"Sulit kupercaya aku berada di situasi ini." Gumam Jin Suk.

"Bicaralah denganku." Ajak Soo Ah.



>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search