-->

Sinopsis Revolutionary Love Episode 16 Part 2-FINAL

- Desember 06, 2017
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan kunjungi "www.diana-recap.com"

Sinopsis Revolutionary Love Episode 16 Part 2-FINAL

Sumber Gambar: tvN


Saat Joon akan pulang, Nyonya Byun menyapanya. Joon terkejut, darimana Nyonya Byun tahu ia ada disana? Nyonya Byun bilang ia diberitahu Hyuk.

"Kau sudah selesai bekerja?"

"Ya."

"Baiklah. Ayo. Aku ingin pergi ke suatu tempat bersamamu. Cepat."


Nyonya Byun mengajak Joon makan bersama. Nyonya Byun bilang kalau Hyuk selalu saja membicarakan Joon, jadi ia ingin kesana bersama Joon.

"Mungkin tempat ini tidak sesuai dengan selera Anda. Tidak apa-apa?"

"Apakah rasanya seburuk itu?"

"Karena sudah di sini, cobalah. Ini kaya kolagen, jadi, bagus untuk kulit."

"Sungguh?"

"Ini, cobalah."


Nyonya Byun mencobanya dan ia sangat senang. Joon menyarankan untuk minum soju juga dan Nyonya menerimanya, sempurna!

Joon mengucapkan terimakasih, ia tahu Nyonya Byun pasti tidak nyaman bertemu dengannya, tapi masih ramah kepadanya.

"Tentu saja, aku sudah memikirkannya. Tapi, Joon-ah, kau tidak perlu merasa bersalah. Kedua pihak membuat kesalahan. Biarkan saja para orang tua yang merasa bersalah. Aku tidak mengerti soal menyelesaikan kesalahan masa lalu. Bagaimanapun, Pak Byun Gang Soo harus bercermin. Dia membuat banyak kesalahan. Jika anak-anak kami bisa mendapatkan hidup yang lebih baik dengan melakukan itu, dia harus menahannya. Itu hadiah terbaik yang bisa diberikan orang tua kepada anak-anak mereka. Aku akan kesal jika kau terus menjaga jarak dengan Hyuk karena ini. Mengerti?"

"Baik."


Nyonya Byun lalu bertanya, apa Joon tidak berniat pindah dari rumah itu? Joon terkejut, bagaimana Nyonya bisa tahu? Ia memang berniat pindah.

"Sungguh? Ke mana? Ke mana?"

"Akan kuberi tahu setelah aku memutuskannya."

"Kau harus memberitahuku."

"Baik."


Joon datang ke perusahaan dan melihat Hyuk ketiduran di kursinya.


Joon mendekati Hyuk dan memanggil-manggilnya. Hyuk terbangun dan melihat Joon di depannya.

"Joon, kau sudah datang?"

"Ya. Pekerjaanmu masih banyak."

"Ya. Aku masih ingin tidur lima menit lagi."

Hyuk lalu menyandarkan kepalanya pada Joon. Joon meletakkan tangannya di pundak Hyuk.


Direktur Seol mengajak Je Hoon bertemu, meminta Je Hoon kembali ke posisinya. Je Hoon menjawab kalau ia belum memutuskannya, ia belum menemukan alasan untuk kembali ke Grup Gangsoo.

"Kau ingin melakukan sesuatu di Gangsoo. Kau bisa melakukannya. Tidak ada yang lebih cocok untuk pekerjaan itu selain kau. Aku sudah membujukmu, jangan mengecewakanku dengan pindah ke perusahaan lain."

Je Hoon pun diam.


Saat tiba di depan gerbang rumahnya, ia melihat ke atas, ke rumah Joon. Ia ingat kalau ia memutuskan tinggal disana karena Joon.


Je Hoon juga ingat kebersamaannya dengan Joon, terlebih saat ia mengungkapkan perasaannya pada Joon.


Joon sepertinya akan melakukan perjalanan. Saat ini ia sedang membeli tiket pesawat online sambil menelfon Yeon Hee.

"Kau akan transit di mana?" Tanya Yeon Hee.

"Setelah kubaca, yang paling singkat di London. Jadi, aku akan transit di sana."

"Joon-ah, kau sungguh akan pergi."

"Ya. Yeon Hee, tunggu sebentar. Ini momen bersejarah. Aku akan melakukannya. Tunggu."

Joon pun akhirnya memesan tiket dan ia berteriak gembira. Yeon Hee juga ikut senang dan menyelamati Joon.


Joon memajang tiketnya.


Sementara itu, Hyuk malah sibuk menulis. Je Hoon heran, sedang apa Hyuk itu? Ia lalu mendekat dan membaca apa yang Hyuk tulis.

"Pesta perayaan hari jadi ke-180?" Tanya Je Hoon.

"Ya. Sudah 180 hari aku bertemu dengan Joon. Aku tidak mau menunggu sampai hari ke-200. Aku akan mengadakan pesta sebelum itu."


Je Hoon menerawai Hyuk yang berlebihan disaat baru bertemu selama 180 hari. Je Hoon pun membandingkannya dengan dirinya yang sudah mengenal Joon selama delapan tahun, sekitar 3.000 hari.

"Seberapa lama saling mengenal tidaklah penting, Kawan." Kata Hyuk.

"Itu penting. Itu berarti kalian sudah sangat saling mengenal."

"Sungguh? Kau mengetahui sebanyak itu soal Joon?"

"Kue keju? Astaga. Joon membenci kue keju."

"Lalu kue apa yang dia suka?"

"Aku tidak mau memberitahumu."

"Yaa! Kwon Je Hoon!"


Je Hoon bertanya, apa Hyuk tahu warna apa yang Joon sukai? Hyuk menjawab Biru. Je Hoon menambahi, Biru Prusia.

"Apa-apaan ini? Kau penguntit, ya?" Tuduh Hyuk.

"Kau tidak tahu sudah selama apa aku bersama Joon."

Batin Hyuk: Apakah dia belum bisa melupakan Joon?

Jawab Je Hoon: Kenapa aku harus menyerah? Apakah ada alasan aku harus menyerah?

Hyuk: Apa?

Je Hoon: Pertemananku denganmu tidak ada hubungannya dengan Joon.


Hyuk langsung berdiri memberitahu kalau teman itu tidak bisa begitu. Teman tidak boleh memperebutkan satu wanita.

Je Hoon: Karena kita teman, bisakah kau merelakan Joon untukku?

Hyuk: Tentu saja tidak.

Je Hoon: Aku juga. kau tidak boleh lengah.


Lalu Joon masuk mengajak Je Hoon segera pergi. Hyuk bertanya, ini kanhari minggu, memangnya Joon mau kemana?

Joon: Aku ingin bertemu dengan Pak Kwon.

Hyuk: Apa? Dengan Je Hoon? Hei, Kwon Je Hoon. kau tidak bilang soal ini.

Je Hoon: Sudah kubilang. Kau tidak boleh lengah. Ayo, Joon-ah.

Joon: Baiklah.


Hyuk terduduk lemas.


Je Hoon ternyata mengajak Joon ke calon rumah barunya. Joon memuji Je Hoon yang sudah sukses kali ini. 

"Bagaimana menurutmu? Baguskah?"

"Ya, ini sangat bagus. Lokasinya bagus, dan mereka menggunakan material berkualitas. Strukturnya juga bagus."

"Mengajakmu kemari adalah ide bagus."

"Tentu saja. Aku sudah bekerja di konstruksi selama bertahun-tahun. Kau sungguh akan pindah kemari?"

"Ya. Kini aku tidak punya alasan untuk tinggal di sana. Kau tidak akan tinggal di sana. Untuk apa aku di sana? Kau sungguh tidak tahu, atau hanya berpura-pura? Aku tinggal di sana karena kau. Bangunan itu tua, dan sulit untuk parkir di sana. Aku tidak akan mau tinggal di sana, jika tidak ada kau."

"Je Hoon, aku.."


Je Hoon berkata kalau Joon tidak perlu mengatakannya. Ia tidak mengatakan itu untuk mendengar jawaban Joon. Ia pikir jika tidak mengatakan hal yang sudah ia pendam selama delapan tahun, ia akan menyesalinya seumur hidupnya. Jadi, Joon tidak perlu menjawab.


Hyuk tidak bisa tenang karena Je Hoon dan Joon pergi berdua diam-diam. Ia memutuskan untuk menelfon Je Hoon.

"Halo, Je Hoon. Kau sedang apa?"

"Jangan memikirkanku. Lakukan saja pekerjaanmu."

"Je Hoon, kapan kau akan mulai bekerja?"

"Apa aku harus bekerja? Aku bisa bersama dengan Joon lebih lama karena tidak bekerja."

Je Hoon memutus telfon sepihak. Hyuk bertanya-tanya, kenapa hanya ia seorang yang bekerja, huh?


Joon bertanya, apa tadi Hyuk. Je Hoon membenarkan, lalu bertanya, apa Joon yakin akan pergi? Joon membenarkan, bahkan kemarin ia sudah membeli tiket kemarin.

"Kau akan pergi berapa lama?"

"Kurasa.. Aku akan di sana selama setahun."

"Bagaimana bisa kau bepergian selama setahun? Apa yang akan kau lakukan?"

"Aku ingin melihat dan merasakan dunia yang belum pernah kulihat. Aku akan makan semua makanan di dunia. Aku pasti putri ayahku. Aku tertarik dengan masakan."

"Biayanya pasti mahal."

"Kau tidak mengenalku? Aku gadis pekerja paruh waktu. Aku akan bekerja keras di sana dan menghabiskan uangku untuk menyantap makanan."

"Baiklah. Itu memang terdengar seperti kau."


Selanjutnya, Je Hoon menanyakan apa yang akan Joon lakukan setelah itu. Joon berpikir, lalu menjawab akan memutuskan nanti, ia tidak tahu yang akan terjadi dalam hidupnya. Dari pengalamannya, menentukan masa depan adalah sia-sia.

"Ah.. Kau juga harus memberi tahu Hyuk."

"Ya. Tapi aku tidak tahu caranya. Aku belum memutuskan kapan akan kembali. Hyuk mempunyai kehidupan sendiri."

Je Hoon mengangguk setuju.


Hyuk menunggu di luar kedinginan, ia cemas banget karena Je Hoon dan Joon belum juga pulang.

Kemudian datanglah Yeon Hee dan Cheol Min yang mesra banget.

Yeon Hee: Hyuk-ssi, sedang apa kau di udara dingin begini?

Hyuk: Aku hanya berdiri di sini untuk menghirup udara segar.

Cheol Min: Kau tampak kesepian.

Hyuk: Tidak, aku sama sekali tidak kesepian.

Yeon Hee: Joon belum pulang?

Cheol Min: Oh.. Aku tidak melihat mobil Je Hoon saat kemari.

Yeon Hee: Mereka tidak di rumah?

Kayaknya pasangan ini sengaja memanas-manasi Hyuk.


Je Hoon pulang juga dan Hyuk mendiamkannya. Je Hoon menyuruh Hyuk mengatakan sesuatu jika memang ada yang ingin dikatakan.

"Aku tidak ingin mengira-ngira. Aku ingin tahu apa yang kau lakukan bersama Joon, tapi aku tidak mau menanyakannya. Aku memercayai Joon."

"Bagaimana denganku?"

"Kau.. Kini aku tidak bisa memercayaimu, tapi aku memercayai Joon."

"Baiklah. Silakan saja. Omong-omong, aku akan mulai bekerja besok."

"Sungguh? Di mana?"


Je Hoon kembali ke Perusahaan Grup Gangsoo.

"Kau tidak bisa mengalahkan dunia hanya dengan kebencian dan amarah. Aku ingin melakukan sesuatu yang membuatku hidup. Maka.. ini hari pertama aku bekerja dengan sungguh-sungguh."


Je Hoon mendapatkan kejutan dari Tim Perencanaan, bahkan mereka memberinya bunga.

Je Hoon: Apa ini?

Ki Sub: Ini hari pertama kau bekerja, Pak Kwon. Kami tidak bisa diam saja. Kami ingin memberimu selamat.

Dan semuanya bergantian memberi selamat pada Je Hoon.


Direktur Seol juga memberi selamat pada Je Hoon.


Joon mempersiapkan barang-barangnya untuk pergi liburan.

" Jika tidak lakukan yang seharusnya, kau akan tertinggal. ika tertinggal dalam kompetisi, kau akan gagal". Itu yang dikatakan semua orang kepadaku. Tapi aku tidak melakukan yang seharusnya, jadi, aku bisa melakukan semua yang kuinginkan. Kini aku akan menjadi diriku yang lebih besar di dunia yang lebih besar. Aku akan membuat jalanku sendiri."


Je Hoon datang belakangan saat makan malam bersama. Joon bertanya, bagaimana rasanya setelah kembali bekerja?

"Sama saja." Jawab Je Hoon.

"Kenapa kau datang sendiri? Bagaimana dengan Hyuk?" Tanya Cheol Min.

"Kau tidak memberitahunya?" tanya Joon.

"Aku sudah memberi tahu dia."

Kilas Balik..


Hyuk bertanya, kemana Je Hoon akan bekerja? Je Hoon menjawab Grup Gangsoo. Hyuk sangat senang, Grup Gangsoo memang cocok untuk Je Hoon.

"Joon akan pergi."

"Apa.. maksudmu?"

"Joon akan pergi. Dia sudah membeli tiket."

Kilas Balik selesai..


Joon sangat sedih karena Hyuk tidak datang. Cheol Min menduga sepertinya Hyuk sangat kesal.


Joon menunggu Hyuk di depan, tapi Hyuk dingin banget padanya. Joon minta maaf karena tidak memberitahu Hyuk.

"Kau sama sekali tidak merasa bersalah kepadaku?"

"Tentu saja. Aku terlalu merasa bersalah untuk memberitahumu."

"Jadi, besok?"

"Ya."

"Baiklah, semoga perjalananmu aman."


Hyuk langsung masuk dan Joon kecewa dengan rekasi Hyuk itu, bahkan Hyuk tidak menyahut saat ia bilang akan merindukan Hyuk.


Nyonya Byun dan Ibu mengnatar Joon ke Bandara.

Ibu: Sudah periksa barang bawaanmu?

Joon: Tentu saja.

Ibu: Jaga dirimu, dan hati-hati.

Joon: Jaga kesehatan Ibu. Aku akan sering menelepon Ibu.

Nyonya: Aku juga. Sering-seringlah meneleponku.

Joon: Baik. Jaga diri Anda.

Nyonya: Aku merasa sangat sedih. Aku sudah mulai merindukanmu.

Ibu: Kau tidak akan merindukan dia sebanyak aku. Aku merasakannya setiap melihatmu, tapi kau melebih-lebihkannya.

Nyonya: Astaga. Dia memutarbalikkan ketulusanku lagi. Aku bilang begitu, karena aku sungguh akan merindukannya.

Joon: Sudahlah. Melihat kalian seperti ini membuatku tidak nyaman. Omong-omong, kuharap kalian tetap sehat. Jangan bertengkar. Aku harus pergi sekarang. Sudah waktunya naik pesawat.

Nyonya memeluk Joon tapi Ibu menariknya. Ibu lalu memeluk Joon dan Joon benar-benar pergi.


Nyonya berkata, ia tahu restoran kulit yang sangat enak. Ia meminta Ibu menghubunginya jika ingin minum. Karena mereka akan merindukan Joon, jadi, Nyonya mengajak Ibu minum bersama.

"Kenapa aku harus minum bersamamu?"

Nyonya Byun kecewa. Tapi kemudian ibu meminta nomor Nyonya Byun atau semacamnya. Nyonya tersenyum.


Joon pamitan pada Je Hoon melalui telfon. Mereka saling berpesan untuk menjaga diri baik-baik.

"Kau sudah berpamitan dengan Hyuk?" Tanya Je Hoon.

"Belum. Dia tidak menjawab teleponku. Kurasa dia benar-benar kesal."

"Cobalah terus. Kau harus berpamitan sebelum berangkat."

"Ya, memang. Pokoknya, jaga dirimu, Kwon Je Hoon. Kuharap semua yang kau lakukan berjalan lancar."

"Kedengarannya seperti tidak akan bertemu lagi? Asal kau tahu, aku akan menemuimu jika merindukanmu."

"Baik, temui aku. Annyeong~"


Joon terus menghubungi Hyuk tapi tidak dijawab.


Bahkan sampai ia masuk ke pesawat, ia masih menghubungi Hyuk.


Anehnya ponsel orang disebelahnya berdering tiap ia menelfon Hyuk. Joon pun menoleh dan tiba-tiba koran yang menutupi muka orang itu diturunkan. Joon terkejut hingga membuka mulutnya lebar-lebar melihat wajah orang itu yang ternyata adalah Hyuk.

"Hyuk-ah..."

"Oh? Joon-ah. Aku tidak tahu kau juga naik pesawat ini. Astaga, kebetulan sekali."

"Sedang apa kau di sini?"

"Aku? Aku akan berjalan-jalan. Untuk melihat aurora. Aku akan mencoba semua makanan di dunia."

"Hyuk."

"Tapi aku tidak pernah menyangka akan duduk di sebelahmu, di pesawat yang sama denganmu."

"Apa.."

"Senyum apa itu? Aku bersumpah tidak mengintip tiket penerbanganmu. Aku tidak pernah mencoba mengambil kursi di sebelahmu sama sekali."


Joon ketawa senang.

"Lihat? kau dan aku sudah ditakdirkan. Kita sungguh tidak bisa terpisahkan."

Narasi Hyuk: Saat kau memanggil namaku, aku bisa menjadi diriku sendiri. Ke mana pun kau pergi, aku akan berada di sana. Itu akan menjadi makna hidupku.

Hyuk langsung mencium Joon.


Sementara itu, Je Hoon melihat pesawat mereka dari kantor.

== T A M A T  ==
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search