-->

Sinopsis Hospital Ship Episode 26

- Oktober 23, 2017
>

Sinopsis Hospital Ship Episode 26

Sumber Gambar: MBC


Eun Jae menduga pasien mengalami pneumotoraks (pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura). Hyun menyarankan untuksegera melakukan torasentesis (menyuntikkan jarum ke dada sebagai pengobatan).

Mereka melakukannya tapi pasien masih tetap lumpuh. Eun Jae bertanya seberapa dalam lautnya dan berapa lama menyelamnya. Kapten perahu menjawab 20 meter-an dan menyelam selama 30 menit-an.


Hyun: Menurut pengamatanku, mungkin dia mengalami disbarisme (disebabkan oleh berkurangnya tekanan mendadak), bukan embolisme udara (gelembung udara menyumbat pembuluh vena atau arteri).

Eun Jae: Mari pindahkan dia untuk terapi oksigen hiperbarik.


Jadi pasien dibawa ke RS Geoje Jeil dan dimasukkan ke ruang terapi oksigen hiperbarik. Keren.. di pulau aja ada terapi oksigen hiperbarik.


Ahjumma Geun Hee mendapat telfon dari putranya yang menyuruhnya untuk menjual rumah ibunya dan menyuruh ibunya untuk tinggal di sanatorium karena sebentar lagi juga meninggal.

"Tega sekali kau. kau mendoakan nenekmu mati? Dokter di rumah sakit kapal yang orang asing pun memberinya enema. kau belum pernah menggenggam tangannya selama 20 tahun. Beraninya kau meminta ibu menjual rumah ini!" Kesal Ahjumma Geun Hee lalu menutup telfon.


Ahjumma Geun Hee keluar untuk menghirup udara segar dan Ahjumma temannya itu menghampiri, mengajaknya untuk menjenguk teman mereka, Choon Soon, di rumah sakit.

"Tidak. Aku sedang tidak ingin melakukannya."

"Geun Ja-ya."

"Namaku Geun Hee!"

"Kubilang Choon Soon kecelakaan. Dia lumpuh. Mungkin dia tidak akan bisa berjalan lagi."

"Apa bedanya jika aku ikut? Aku bukan pembawa keajaiban. Aku tidak bisa membuatnya berjalan lagi!"

"Wanita jahat. Choon Soon bersikap begitu karena suatu alasan. Kau bukan teman kami lagi! Aku tidak mau melihatmu lagi!"


Ahjumma itu pergi dengan kesal dan Ahjumma Geun Hee memegangi kepalanya yang rasanya muter-muter. Dan akhirnya Ahjumma ke rumah sakit sendirian.


Eun Jae bertugas mengontrol diluar sementara Hyun yang masuk menangani pasien langung.


Lalu Hyun keluar setelah selesai tuganya, Eun Jae bertanya bagaimana keadaan pasien, Hyun menjawab kalau pasiennya sudah stabil.

"Tinggal masalah kelumpuhannya." Kata Eun Jae.

"Pasien biasanya lumpuh dari bawah tulang belakangnya. Tapi dia tidak bisa menggerakkan lengannya. Ada banyak nitrogen dalam aliran darahnya."

"Menurutmu dia bisa berjalan lagi?"

"Kita harus menunggu."


Ahjumma itu akhirnya bisa kembali jalan, ia sehat kembali. Temannya yang menunggunya sangat senang sekaligus haru.


Eun Jae dan Hyun pun bisa pilang. Mereka membahas dua Ahjumma tadi, suasananya sangat dramatis tadi.

"Syukurkah dia bisa berjalan lagi." Kata Eun Jae.

"Karena inilah kita menjadi dokter, bukan?"

Eun Jae mengangguk dan tersenyum.


Saat mereka sampai di depan pintu keluar, Jae Geol tiba-tiba masuk dan menyelamati mereka. Jae Geol lalu melemparkan sekaleng bir untuk Hyun.

Selanjutnya Jae Geol mengajak Eun Jae berangkat. Eun Jae bingung, kemana?

"Wah.. Mengecewakan sekali. kau bilang akan mentraktir makan malam. Lupa?"

"Aku..."

"Masih berlaku atau tidak?"


Tapi Eun Jae malah melihat Hyun. Jae Geol lalu menawari Hyun untuk ikut juga, Hyun belum makan kan?

"Ditraktir Dokter Song. Dia juga akan bercerita." Lanjut Jae Geol, lalu minta ijin Eun Jae untuk mengajak Hyun.

"Tidak. Sebaiknya kita berdua saja." Jawab Eun Jae.

Hyun tak apa karena ia juga punya janji. Jae Geol tahu Hyun gak bawa mobil, ia menawari untuk mengantarnya kemanapun tapi Hyun menolaknya.


Hyun jalan duluan. Sementara Eun Jae dan Jae Geol menuju mobil Jae Geol. Jae Geol akan membukakan pintu mobil untuk Eun Jae tapi Eun Jae mendahuluinya dan membukanya sendiri.


Namun selama mobil jalan, Eun Jae terus melihat Hyun yang mereka lewati dan Jae Geol melihat itu.


Jae Geol tadi berlata akan membawa Eun Jae ke tempat yang indah tapi ternyata biasa-biasa saja.

"kau tidak mau makan di sini? kau menyukai tempat ini." Kata Jae Geol, Eun Jae hanya diam saja. Jae Geol tersenyum lalu bertanya apa ia boleh memesan yang mahal?


Hyun membantu Young Eun memasukkan barang-barangnya ke taksi, ia akan berobat ke Rumah Sakit Sewoon. Saudara ayahnya sudah mengatur administrasinya.

"Baiklah. Siapa yang akan menjemputmu di bandara?"

"Jeong Rim. Nanti kuhubungi setelah menempati kamar."


Ibu melihat artikel yang membahas mengenai Young Eun yang saat ini ada di Geoje. Ibu langsung menghubungi Hyun.

"Kenapa Young Eun di sana? "Rumah Sakit Kapal, Geoje. Gambar penuh humanisme?" Kau pikir ini cocok dengannya?"

"Ibu."

"Apa yang sebenarnya dia lakukan? Untuk apa ibu bertanya? Jawabannya sudah jelas. Dia masih menempel kepadamu? Lalu kau menerimanya kembali seperti orang bodoh?"


Hyun membantah ibu, bukan begitu. Ibu membentak, menyuruh Hyun menyuruh Young Eun kembali ke Seoul, tapi Hyun diam saja. 

"Kenapa tidak menjawab? kau ragu? Karena itulah ibu menyebutmu bodoh. Jika tidak bisa, biar ibu saja. Akan ibu pastikan dia menjauh darimu selamanya."

"Jangan."

"Kenapa jangan? kau sudah tunduk terhadapnya?"

"Dia sakit."

"Benarkah? Kenapa dia? Dia sekarat atau apa?"

"Dia mengidap leukemia."

"Apa? Mengidap apa?"

"Jadi..."

"Bukankah itu bohong?"

"Ibu~"

"Justru itu kau harus melepaskannya. Dia menyakiti hatimu berkali-kali. Kau juga bersedia merawatnya?"

"Pura-puralah tidak tahu. Sudah, ya."


Ibu jadi lemas, ia ingat saat berpapasan dengan Young Eun di rumah sakit dulu, saat itu Young Eun ragu menjawabnya.

"Karena itukah dia tampak sangat bingung saat itu?" Gumam ibu.


Tapi di Seoul Young Eun malah clubbing.


Kebetulan adik Hyuk juga ada di club yang sama dan ia melihat Young Eun.


Adik Hyun langsung mengatakannya pada Ibu kalau ia melihat Young Eun di club.


Hyun menelfon, Ji Eun akan mengatakan soal Young Eun tapi Ibu buru-buru merebut ponsel Ji Eun.

"Aigo.. Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. Adikmu juga di sana, tapi dia mengeluh karena tunangannya di sana." Kata Ibu lalu menyudahi bicara.


Sebelum memberikan ponselnya kembali pada Ji Eun, Ibu mewanti-wanti, jangan sampai Ji Eun mengatakan soal Young EUn pada Hyun. Paham?

"Baiklah. Kembalikan ponselku."


Hyun mengundang Ji EUn ke Geoje agar mereka bisa menjenguk ayah bersama,ajak tunangan Ji Eun juga. 

"Kakak gila?"

"Ji Eun-ah."

"Sampai kapan Kakak akan memedulikan Ayah?"

"Ini demi kau, bukan Ayah. Kakak ingin kau bahagia. Menurutmu sampai kapan kebohongan ini bertahan? kau menikahinya karena cinta. Maka kau harus berterus terang kepadanya. Setelah itu, barulah dia bisa membalasmu. Ji Eun-ah."

"Akan kupikirkan."


Jae Geol mengajak Eun Jae bicara langsung ke intinya saja. Eun Jae meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk Jae Geol dan mentraktir Jae Geol makan malam. Berarti ada yang ingin Eun Jae sampaikan. Benar, bukan?

"Benar."

"Apa? Lamaran?"

"Dari mana kau tahu?"

Jae Geol langsung terdiam, ia mengerti sekarang bagaimana rasanya, ia tahu hanya lelucon, tapi jantungnya tetap berdebar-debar. Belakangan bagian dadanya terasa aneh.


Eun Jae mengakui, ia sangat menyukai Rumah Sakit Geoje Jeil. Ia ingin memilikinya. Yang lebih kuinginkan dari rumah sakit adalah ibu Jae Geol. Jika bisa, ia ingin ibu Jae Geol menjadi ibunya, tapi... Tapi tidak dengan Jae Geol.

"Untuk menikah, seseorang harus mencintai pasangannya. Tapi aku.. tidak berniat mencintaimu. Aku min--."

"Jangan minta maaf. Terlalu dini untuk meminta maaf. kau tidak berniat mencintaiku atau memang tidak peduli dengan cinta? Yang mana?"


Eun Jae harus minum dulu sebelum menjawab bahkan dua gelas, "Keduanya. Aku tidak peduli dengan cinta. Tapi walau berubah pun, aku tidak akan menyukaimu."

"Bagaimana kau bisa begitu yakin? Ucapanmu seperti dokter bedah dengan protokol sempurna. Bagaimana kau bisa yakin.. tidak akan mencintaiku? Katakan! Apa alasannya? Ayo katakan!"


Tapi Eun Jae hanya diam saja. Jae geol tahu Eun Jae tidak tahu apa alasannya? Mau ia beritahu?

"Karena kau mencintai orang lain. kau tahu orangnya. Karena itu, kau yakin tidak akan mencintaiku. Siapa? Kwak Hyun?"

"Bukan. Bukan dia."

"Jangan berpaling. Tatap aku. Tataplah aku dan katakan. Benar bukan dia?"

"Bukan."

"Lalu dia siapa? Apa arti dia bagimu?"

"Kolega dan teman."


Jae Geol jelas tak percaya, lalu kenapa Eun Jae tidak mengadu bahwa Young Eun tidak sakit? Adukanlah jika Hyun itu temannya, Kenapa?

"Tentu kau tidak akan mau temanmu dikelabui. Atau jika hidupnya hancur karena seorang wanita jahat. Tapi tetap saja, kau tidak berniat memberitahunya." Lanjut Jae Geol.

"Itu..."

"Karena.. kau tidak mau dia malu? Bukan! kau tidak mau tampak seperti cemburu. kau tidak ingin pria yang kau sukai berpikiran buruk tentangmu. Ekspresimu seperti itu dan kau bilang dia kolega? Kurasa.. perbuatanmu kepadanya lebih buruk dari perbuatanmu kepadaku."


Eun Jae tak bisa menjawab apa-apa setelah Jae Geol bilang begitu. Jae Geol pun langsung pergi dari sana.


Jae Geol menyesali apa yang ia katakan tadi saat di parkiran. Kenapa ia berkata begitu? IA tidak mengerti. Kenapa mengatakan itu? aH..


Sementara itu, Eun Jae melamun di halte. Ia berpikir sambil jalan bolak balik, lalu duduk lagi.


Eun Jae pulang ke RS kapal, disana ia melihat Hyun masih diruangannya. Hyun sibuk menelfoni pasiennya satu per satu, mengecek kondisi mereka.


Eun Jae semakin galau.


Hyun juga menelfon Ahjumma Geun Hee, bertanya apa Ahjumma masih demam.

"Tidak. Setelah minum obat, aku merasa lebih baik. Aku masih.. sakit flu."

"Ibu Anda sudah memakai enemanya? Ah.. Begitu rupanya. Jika ada masalah, jangan ragu menghubungiku... Tidak, silakan hubungi kapan pun."


Pekerjaan di RS kapal sudah selesai, tapi Hyun tampak sibuk. Ah Rim heran, ngapain Hyun itu? Hyun berkata kalau ia akan mengunjungi Bu Mo, dia harus memakai enema. Hyun khawatir dia terkena luka baring.

"Putrinya bersamanya. Jika tidak ada orang lain, kau bisa mengurusnya, tapi..." Kata Ah Rim.

"Sulit mengurus luka baring. Selain itu, dia tidak mengangkat ponsel sejak kemarin."

"kau lupa membawa kain kasa. Akan kuambilkan. Aku ikut."

"Sungguh?"

"Sikapmu seperti Dokter Schweitzer. Jadi, aku harus bersikap seperti Nightingale. Biar kuambilkan."


Ahjumma Geun Hee kelihatan aneh, ia bahkan tidak mengenali Hyun. Hyun terkejut, sungguh Ahjumma Gein Hee tidak mengenalnya? Bahkan Ahjumma Geun Hee buang air di celana.


Lalu Ahjumma teman Ahjumma Geun Hee datang dan terkejut melihat Ahjumma Geun Hee buang air di celana.

"Apa yang terjadi? Geun Ja-ya kau..."

"Ahjumma, siapa kau? Bagaimana kau.. bisa tahu namaku?"

"Aigoo, kau mengidap Alzheimer? Ibumu sakit. Apa yang terjadi?"


Kemudian Ahjumma Geun Ja pingsan. Hyun langsung meggendongnya ke RS Kapal.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search