-->

Sinopsis Hospital Ship Episode 13

- September 22, 2017
>

Sumber Gambar: MBC


Hyun menyelamatkan San, jadi ia ikut terluka saat bis bergerak. Semua orang khawatir dan Eun Jae mengecek keadaan mereka dari kaca depan bis.

Eun Jae memanggil-manggil Hyun dan baru beberapa detik kemudian Hyun menyahut. Eun Jae mengkhawatirkan mereka. Hyun mebgangguk, tanda ia baik-baik saja, tapi saat ia akan bergerak untuk mengecek keadaan San ia tidak bisa, kakinya terhimpit, jadi ia tidak bisa membawa San keluar.


Hyun menepuk-nepuk pipi San sambil memanggil San. San menggeliat, membuka matanya. Hyun menenangkan, ia akan mengeluarkan San dari sana jadi jangan takut.

Tapi tiba-tiba San sulit bernafas, Hyun terkejut, Eun Ja juga. Hyun memeriksa denyut nadi San tapi tidak merasakannya, denyutnya terlalu lemah, tebakanHyun karena San terkejut.

"Apa dia menderita edema paru (disebabkan oleh kerusakan paru-paru dan menyebabkan abses (nanah) dikulit)?" Tanya Eun Jae.

Hyun memeriksanya dan ternyata tidak. Hyun lalu mengeluarkan stetoskopnya, ia menduga itu adalah tamponade perikardial (tipe akut efusi perikardial dimana cairan terakumulasi dipericardium (kantung dimana jantung tertutup)).

"Kita harus mengeluarkannya dari sana. Kita harus lakukan intubasi dan pericardiocentesis (aspirasi cairan di pericardium). Jika tidak, kita bisa kehilangan dia." Kata Eun Jae.


Eun Jae lalu mengambil sesuatu yang keras dan memukulkannya pada kaca depan bis. Kaca pun lubang sedikit jadi tas darurat bisa masuk. Semua orang menyakdikan dengan was-was.

Eun Jae menyemangati Hyun, Hyun pasti bisa melakukannya, jangan takut! Hyun mengangguk.


Eun Jae akan masuk tapi Jae Geol menghalanginya. Won Gong juga setuju dengan Jae geol karena bahan bakar mulai menetes.

"Tidak ada yang boleh masuk sampai paramedis datang dan memastikan tidak ada api." Putus Jae Geol.

"Kau mau aku membiarkan pasien seperti itu?!"

Eun Jae memaksa, ia akan memecahkan kaca depan lagi, tapi kali ini Choon Ho mengambil pemukul itu dan menggantikannya.


Won Gong kembali menghubungiHelicopter dan kapal, menyuruh mereka lebih cepat lagi.

 yun sudah menyiapkan alat intubasi.

"Aku bisa melakukannya. Aku bisa melakukannya." Paksanya dalam hati, tapi ia kembali teringat kematian pasien itu, ia kembali diam.


Eun Jae akhirnya bisa masuk, memanggilnya. Tapi Hyun menggeleng, ia tidak bisa melakukannya, sepertinya ia tidak bisa.

"Lihat aku."

"Aku tidak bisa melakukannya--"

"Lihat aku! Tarik nafas pelan-pelan. Tarik dalam-dalam. Tenang. Kau sekarang orang yang berbeda dari kemarin. Saat ini, untuk menebus kesalahanmu, kau berlatih setiap hari. Kau dokter Penyakit Dalam yang sudah berlatih keras. Di luar itu, Ada pasien yang ingin kau selamatkan. Kau menyayanginya seperti Ayahmu sendiri. Tn. Seol Jae Chan menunggumu. Hari ini.. kesempatan bagi Tn. Seol untuk bertahan hidup. Ini piknik terakhirnya. Di piknik terakhirnya, kita tidak bisa membiarkan dia kehilangan muridnya. Kau bisa melakukannya. Jangan berpikir dengan kepala. Biarkan.. tanganmu yang melakukan apa yang mereka ingat."


Eun Jae lalu menggenggam tangan Hyun. Hyuun tergerak dan akhirnya ia bisa melakukannya. Eun Jae memeriksa dan Hyun berhasil. Hyun pun bisa tersenyum lega.


Kemudian Hyun dan Eun Jae bekerja sama untuk mengeluarkan cairan dari paru-paru pasien. Hyun yang melakukannya dan Eun Jae asistennya.

"Denyut nadinya normal kembali. Kerja bagus, Dokter Kwak. Kaulah orang.. yang menyelamatkan pasien ini."


Tim medis datang untuk membawa mereka ke rumah sakit besar. Guru Seol sangat bangga pada Hyun, Hyun dokter sejati sekarang.

"Ayahmu tidak akan berhenti cerita kalau dia tahu. Aku tidak akan tahan."

"Anda mau.. menemui Ayahku?"

Guru Seol terkejut mendengarnya.


Esoknya, Hyun membawa Guru Seol ke rumah sakit ayahnya. Hyun menjelaskan, ayahnya mungkin tidak mengenali Guru Seol karena kondisinya memburuk beberapa hari terakhir. Guru Seol mengangguk paham.


Guru Seol mendekati Ayah Hyun, Kwak Sung. Ia menyapanya seperti biasa, seperti ketika Ayah Hyun masih sehat. Dan ternyata ayah Hyun merespon.

"Sung-ah. Kau mengenaliku. Ini aku, Jae Chan. Aigoo, kau mengenaliku. Astaga. Sudah lama sekali. Terima kasih masih mengingatku."

Tapi sayang, Ayah Hyun tidak mengenali Hyun. Guru Seol sedih mendengarnya dan menatap Hyun tapi Hyun memaksakan senyum.


"Astaga, penyakit yang mengerikan. Dia mengenali teman yang tidak ia temui selama 20 tahun. Bagaimana dia bisa lupa sama anak yang merawatnya setiap hari? Kau sedih?"

Hyun bilang baik-baik saja.


Guru Seol menjelaskan, begitu ia berhenti bekerja di sekolah, ia akan pindah kesana.

"Anda tidak ingin tinggal di rumah? Anda bahkan mencari juru kunci."

"Aku merubah pikiranku."

"Karena aku? Anda khawatir padaku? Jika aku tahu Anda akan tertekan, aku seharusnya tidak membawa Anda kemari."

"Bukan begitu. Aku ingin dekat dengan temanku. Aku tidak akan bosan sampai mati. Ini menyenangkan. Bukankah begitu?"


Direktur Kim pulang lebih awal dan memberikan jas Jae Geol yang ditinggal di rumah sakit pada Ibu Jae Geol.

"Mengapa dia meninggalkan jasnya di Rumah Sakit?"

"Dia pura-pura menjadi dokter padahal sebenarnya tidak."

"Apa maksudmu? Pura-pura?"

"Beri aku air. Beri aku air cepat."

Ibu terkejut dibentak begitu. Ia bergumam, sebenarnya apa yang terjadi?


Sementara itu, Jae Geol ada di mobil bersama Joon Young. Joon Young mengecilkan musik dan diputar keras-keras oleh Jae Geol.

"Kenapa?" Protes Jae Geol.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa suasana hatimu tidak baik? Kau sangat energik di tempat kerja. Bukankah bagus bekerja menarik tulang yang terkilir? Setidaknya tiga orang merekammu dengan ponsel mereka."

Kilas Balik...


Jae Geol tadi ikut ke rumah sakit Geoje Jeil bersama para pasien. Ada satu pasien yang sepertinya parah dan Direktur Kim sendiri yang menanganinya.

"Ini.. Dia melakukan pekerjaannya dengan sangat bagus. Kau tidak mungkin melakukannya dengan lengan seperti itu. Apa anak magang?" Tanya Direktur Kim.

"Tidak, dokter Pengobatan Korea dari kapal kami." Jawab Eun Jae.

Jae Geol sudah senang mendengar Direktur Kim memujinya begitu. Lalu direktur Kim melihat jas dokter yang digunakan mengikat kaki pasien, ada nametag-nya, milik Jae Geol.

"Jae Geol yang memberikan pertolongan pertama?" Tanya Dokter Jang.

"Iya." jawab Eun Jae.

"Dan juga lenganmu?"

"Tentu."

"Yaahhh... Kurasa itu diturunkan dari keluarganya. Lihat saja keahliannya. Lihat bagaimana dia menggunakan jasnya untuk menutup luka ini. Dia berpikir cepat--"


Tapi Direktur Kim tidak sependapat dengan Dokter Jang, "Ini bukan berpikir cepat. Dia hanya beruntung."

"Apa Anda harus mengatakan itu?"

Hal itu membuat Jae Geol kecewa dan Eun Jae melihatnya. Jae Geol lalu pergi dari sana.


Jae Geol membawa Joon Young ke Busan untuk menghabiskan uang orang tuanya. Mereka datang ke klub malam.


Mereka juga bersama gadis-gadis. Gadis itu berbisik, Jae Geol dan Joon Young sepertinya VVIP karena memiliki pelayan sendiri. Mereka lalu bertanya apa Jae Geol sering kesana?

"Akhir-akhir ini jarang." Jawab Joon Young.

"Kenapa?"

"Kami sibuk."

"Sibuk apa?"

"Mengobati pasien?"

Gadis terkejut dan bertanya dokter apa mereka. Jae Geol menyuruh mereka menebak, mereka menebak dokter operasi plastik dan itu membuat Joon Young ketawa.

"Kalian tidak akan pernah membayangkannya." Kata Joon Young.

Dan itu menyulut kemarahan Jae Geol, "Kenapa? Mengapa mereka tidak akan pernah membayangkannya? Apa Pengobatan Korea itu mainan bagimu? Apa itu tidak termasuk ilmu kedokteran?"

"Bukan itu maksudku." Jae Geol tidak peduli, ia langsung keluar.


Joon Young menyusul Jae Geol. Jae Geol mengaku sangat malu saat ini pada gadis-gadis itu. Joon Young mengatakan mereka ingin Jae Geol kesana lagi.

"Mereka pikir bisa mendapatkan tonik gratis."

Jae Geol akhirnya tersenyum.


Joon Young lalu bertanya, siapa orang yang bilang pengobatan Korea tidak termasuk ilmu kedokteran? Jae Geol menjawab orang tuanya.

"Semua Ayah seperti itu. Kau pernah melihat Ayah yang bangga pada anaknya?"

"Kau sangat lucu."

"Ayo masuk."

"Mengapa? Kau ingin punggungmu sakit?"

"Kenapa aku harus khawatir? Kau akan memberiku akupuntur."

"Kau..."

"Ayo masuk."


Dan begitulah, suasana hati Jae Geol kembali membaik dan mereka pun kembali ke dalam.


Saat jogging, Hyun menghampiri Eun Jae. Eun Jae berhenti untuk melepas earphone-nya. Hyun mengulangi pertanyaannya, apa lengan Eun Jae baik-baik saja? Eun Jae menggerakkan lengannya, seperti yang Hyun lihat, sudah bisa diputar-putar.

"Apa yang kau dengar? Musik?"

"Bisa dibilang begitu."

"Apa kau punya genre atau penyanyi favorit?"

"Aku tidak punya."


Hyun lalu bertanya apa yang akan dilakukan Eun Jae besok, tidak kerja di UGD, 'kan? Eun Jae balik bertanya kenapa?

"Ayo ke Pulau Maemul. Ada restoran yang terkenal."

"Aku tidak suka restoran terkenal."

"Kepiting asin mereka luar biasa. Kau suka kepiting asin."

"Siapa bilang aku suka kepiting asin?"

"Kau. Kau waktu itu memakannya dengan lahap. Kau bahkan mengisap jari."

"Kau akan ikut?"

"Tidak. Aku tidak suka restoran jauh."

"Pulau Maemul itu dekat. Berjarak 30 menit jika naik perahu."

"15 menit. Jika aku tidak sampai dalam 15 menit, aku tidak akan pergi walaupun restorannya terkenal."

"Tinggal berikan aku 15 menit lagi."


Hyun menjelaskan, ia ingin mengucapkan terima kasih. Eun Jae membuatnya jadi dokter lagi.

"Baiklah. Katakan apa yang kau ingin. Aku akan memberimu apapun." Lanjut Hyun.

"Sungguh?"

"Apa ada sesuatu yang kau inginkan?"

"Iya."

"Apa?"


Eun Jae ingin menemui Ayah Hyun. Disana Eun Jae menunjukkan gambarnya. Ayah Hyun langsung mengenali apa itu, itu adalah operasinya. Eun Jae membenarkan, ia mencatat operasi yang telah Ayah Hyun lakukan.

"Mengapa? Mengapa kau membuat catatan pekerjaanku? Kau akan pergi ke tempat yang sedang mengalami konflik regional?"

"Tidak, aku belum memikirkan itu."

"Lalu? Tempat aku bekerja.. kadang-kadang sangat berbahaya seperti tempat perang. Aku kadang harus melakukan sesuatu yang bukan keahlianku. Sama seperti Anda."

"Di Korea abad 21 ini?"

"Ya, di Korea abad ke-21. Itu sebabnya.. Aku ingin belajar melalui pengalaman Anda. Jurnal saja tidak cukup mengatasi berbagai kasus. Apa Anda menyimpan catatan pribadi?"

"Kau bawa laptop?"

"Iya."



Eun Jae dibantu Hyun mengeluarkan laptopnya lalu memberikannya pada Ayah Hyun. Ayah Hyun membuka situs penyimpanan data online, disana berisi semua data operasi miliknya.

Eun Jae akan membukanya tapi dilindungi password. Ia menanyakannya pada Ayah Hyun.

"860920." Jawab Ayah Hyun.


Hyun terkejut, apa tadi kata sandinya? Ayah Hyun mengulangi, 860920.

"Apa itu punya arti khusus? Kata sandi itu."

"Itu hari ulang tahunmu. Kau tidak ingat ulang tahunmu sendiri?"

"Apa ayah.. mengenaliku?"

"Ayah macam apa yang tidak mengenal anaknya sendiri?"

"Kau benar. Kau benar, Ayah."

"Hyun-ah. Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku kembali ke Korea? Tempat apa ini?"


Eun Jae membaca data Ayah Hyun itu, tapi kemudian ia berjalan ke jendela. Ia menatap Hyun dan ayahnya yang sedang bersama.


Ayah mengerti, pasti sangat sulit bagi Hyun hidup sendiri. Hyun membantah, tidak, ia punya ibu dan--

"Aku tahu orang macam apa Ibumu. Apa aku.. pernah bilang.. minta maaf?"

"Ayah."

"Maafkan aku. Sejujurnya, Aku tidak tahan dengan Ibumu. Dia selalu bilang aku dokter yang kompeten. Dia bilang aku harus jadi dokter yang hebat. Dia mendorongku dengan keras. Seperti yang kau tahu, dia sebenarnya ingin aku mendapat banyak uang. Terkadang, Ibumu tampak seperti penyihir."


Sejujurnya, Ayah hanya melarikan diri. Menjadi dokter yang hebat bukanlah keinginannya atau mengabdikan diri untuk merawat pasien. Ia sudah salah menikahinya, tapi ia tidak berani melepaskannya. Itulah mengapa.. ia melakukan banyak kesalahan pada Hyun.

"Kau masih muda, tapi harus mengurus Ibumu.. dan Adikmu.. bahkan waktu kau punya Ayah yang sangat sehat. Pasti sulit bagimu menjalani ini karenaku."

"Tidak. Tidak sama sekali, Ayah."

"Hyun-ah. Omong-omong, da dokumen yang harus aku tanda tangani.. ketika aku sadar. Bawa padaku."

"Tapi..."

"Tolong biarkan aku melakukannya. Kau juga tidak akan mau mengambil keputusan itu. Hyun-ah."


Hyun tidak bisa menjawabnya, lalu ayahnya memeluknya.


Eun Jae masih ada disana saat Hyun kembali. Hyun bertanya apa Eun Jae menunggunya. Eun Jae membantah, tidak, ia hanya butuh tumpangan pulang.


Hyun lalu duduk di samping Eun Jae.

"Dimana Ayahmu?"

"Dia sudah kembali. Dia kembali ke tempat di mana tidak mengenaliku, diri sendiri, dan orang lain."

"Ini bahkan belum sampai sehari."

"Bahkan tidak sampai lima menit."


Hyun Bertanya, haruskah mereka pulang? Eun Jae balik bertanya, apa Hyun masih ingin pergi ke Pulau Maemul? Hyun terkejut, Eun Jae masu kesana?

"Aku akan membelimu kepiting asin." Kata Eun JAe.

"Mengapa? Apa karena Ayahku memberi catatan operasinya?"

"Tidak, sekarang ada yang ulang tahun."

"Ulang tahun?"

"860920."

"Ah.. Hari ini?"

"Ayo."


Hyun menahan Eun Jae, jika Eun Jae ingin merayakan ulang tahunnya, ia ingin pergi ke tempat lain.


Hyun mengajak Eun Jae ke pulau yang sangat indah. Rapi banget disana, ada pertunjukkan musik juga.

"Aku tidak tahu ada tempat seperti ini."

"Bekerja di Rumah Sakit Kapal tidak seburuk itu, 'kan? Kau tidak bisa menemukan tempat seperti ini di Seoul."

"Sepertinya kau sering kesini."

"Tidak, sudah 20 tahun aku tidak kesini."

Hyun mengajak Eun Jae berfoto tapi Eun Jae menolaknya. Eun Jae terus jalan kedepan tapi tiba-tiba Hyun menariknya untuk menunjukkan jalan yang benar. Namun Eun Jae malah seperti merasakan sesuatu gitu, ia terkejut dengan sentuhan tiba-tiba dari Hyun.


Hyun mengambil paksa gambar Eun Jae dan itu membuat Eun Jae tidak suka, tapi sudah terlanjur.

"Ini gambar bagus dan pemandangan yang bagus." Kata Hyun.

Hyun memberi catatn di foto tadi, "20 September 2017. Satu detik yang mempesona saat ini."


Kemudian mereka makan di salah satu restoran. Hyun mengajak Eun Jae minum wine.

"Aku tidak minum di siang hari karena mudah mabuk." Kata Eun Jae.

"Satu gelas saja. Terima kasih sudah mengucapkan selamat ulang tahun padaku."

"Jangan banyak makan. Jika sangat mahal, aku akan membagi dua harganya."

Eun Jae pun bersedia minum. Hyun lalu mulai menanyakan berbagai tebak-tebakan pada Eun Jae dan tanpa terasa, Hyun terus menuang Wine ke dalam gelasnya. Ia terus menanyakan tebak-tebakan sampai ia terpingkal sendiri dan Eun Jae hanya melihat.


Bahkan setelah keluar restoran pun Hyun masih menanyakan tebak-tebakan. Eun Jae akhirnya bertanya, Hyun itu tertawa karena memang lucu? Atau ada sesuatu yang terjadi padanya?

Hyun langsung terdiam.

"Apa yang terjadi? Ada sesuatu yang terjadi ketika di Rumah Sakit, 'kan?" Tanya Eun Jae.

Tapi Hyun hanya tersenyum dan lanjut jalan.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search