-->

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 7 Part 1

- Januari 16, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari jtbc

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 7 Part 1


-- 3 bulan sebelumnya --

So Woo main ke rumah Ji Hoon tapi malah ditinggal belajar. So Woo bertanya, apa Ji Hoon akan terus membiarkannya bosan begini?

Ji Hoon sudah mengatakan sebelumnya kalau ia tidak punya waktu main jika musim ujian. So Woo mendesah, Ji Hoon tak perlu berusaha terlalu keras, toh dia bisa melakukan apapun yang diinginkannya.

"Entahlah... Aku ingin belajar sekarang tapi tidak bisa karena seseorang."


So Woo bangkit, ia rasa ia datang terlalu sering sampai serasa hafal selurus barang yang ada di kamar Ji Hoon.

Ji Hoon menawari,  So Woo bisa ke ruangan ayahnya, mungkin disana dia bisa menemukan buku yang menarik. So Woo senang, benarkah boleh.

"Tapi hanya baca dan kembalikan lagi setelahnya."

So Woo meluapkan rasa terimakasihnya dengan merangkul leher Ji Hoon akrab. Ji Hoon tersenyum.

So Woo masuk ruangan Pak Han, ia melihat-lihat dan menemukan buku yang disukainya, ia membukanya tapi tiba-tiba ada kunci jatuh dari buku itu.


Sementara itu, pak Han sudah sampai di basement, menelfon Ji Hoon mengabarkan kalau ia membawa sushi dari restoran favorit Ji Hoon.


So Woo membuka laci meja dengan kunci itu. Ada amplop disana, So Woo membukanya. So WOo melihat dokumen yang berjudul, "SMA Jeong-guk, Yayasan Jeong-guk". Ia membuka halaman berikutnya yang berisi daftar nama.

Pak Han sampai di rumah, ia melihat ruang kerjanya terbuka tapi ia memanggil Ji Hoon. Karena Ji Hoon tak menjawab, ia menuju ke ruanngannya dan Soo Woo keluar dari sana.


So Woo menyapa Pak Han. Pak Han membalasnya dengan ramah, ia bertanya, apa So Woo membaca diruanganya. So Woo tidak menjawabnya karena melihat Ji Hoon keluar dari kamarnya.


Ji Hoon menyapa ayahnya, bertanya apa So Woo boleh makan bersama kan? Tentu saja, Pak Han lalu memberikan sushinya pada Ji Hoon, menyuruh mereka makan dahulu nanti ia menyusul.


Pak Han masuk ruangannya, ia melihat laci yang dibuka So Woo tadi dan ke arah buku yang ada kuncinya.

Ji Hoon menyiapkan sushinya tapi ada yang kurang, ia meminta So Woo menunggu. So Woo mengeluarkan ponselnya, tadi ia memotret dokumen itu.


"Daftar Murid dengan perlakuan spesial."

Di dokumen itu tertera dengan jelas, data-data murid yang masuk klasifikasi.

-- Sidang Kedua Olah Perkara Terbuka --


Min Suk membuka sidang kali ini dan tak lupa berterimakasih pada para hadirin.

Saat akan duduk ke tempatnya, Seo Yeon melihat Joo Ri di barisan paling belakang. Min Suk menyuruh Seo Yeon segera duduk tapi Seo Yeon malah berlari keluar karena Joo Ri keluar. 


Di luar, Seo Yeon tidak menemukan Joo Ri. Saat ia akan kembali masuk, Joo Ri muncul dari persembunyiannya, ia berkata hanya datang untuk melihat.

Joo Ri mendekati Seo yeon, ia ingin melihat sekolah untuk yang terakhir jadi Seo Yeon tidak perlu bersikap berlebihan begitu.

"Aku... mempercayaimu. Bukankah itu yang kau inginkan sedari awal? Bukan soal menghukum Woo Hyuk, bukan untuk melindungi dirimu sendiri, kau hanya ingin seseorang untuk mempercayaimu. Mengirim surat kesaksian dan memposting video... Selama itu... Kau meminta mereka untuk mempercayaimu."


Seo Yeon minta maaf karena telat menyadarinya. Walaupun ini yang terakhir, ia berterimakasih karena Joo Ri sudah mau datang. Ia mengharapkan yang terbaik untuk Joo Ri dimanapun nanti Joo Ri berada. Dan lupakan semua yang terjadi disini.

"Jangan bicara omong kosong. Apa kau pikir kau bisa melupakan sesuatu seperi itu? Kenapa kaumengatakan hal itu pada orang yang melarikan diri? Apa agar kau merasa lebih baik? Apa agar rasa bersalahmu berkurang! Sampai akhir kau tetaplah egois, Aku... akan bersaksi."

Tujuan utama Joo Ri datang adalah untuk bersaksi. Ia akan membereskan semuanya sebelum pergi. Seo Yeon menatap haru Joo Ri,


Persidangan di tunda. Ia meminta agar Woo Hyuk tidak diperbolehkan masuk dalam ruang sidang selama Joo Ri bersaksi. Seung Min protes, mereka sudah susah payah menghadirkan Woo Hyuk tapi Seo yeon malah meminta mereka untuk mengeluarkan Woo Hyuk?

"Ini tak seperti memanggil anjing!"

Soo Hee menyela, mengingatkan kalau mereka tidak akan pernah tahu apa yang nanti akan Woo Hyuk lakukan, contohnya saja apa yang terjadi pada Dong Hyun.


"Maka dari itu kita meminta penjaga tambahan. Anak-anak olahraga." Bantah Joo Young.

Seo Yeon menjelaskan, hal itu juga akan berpengaruh pada psikologis Joo Ri, jika terdakwa berada satu ruangan dengannya, maka Joo Ri akan sulit untuk menjelaskan kesaksiannya.

Yoo Jin membenarkan, siapapun tidak akan pernah bisa membicarakan Woo Hyuk di depan Woo Hyuk. Ji Hoon tidak setuju, terdakwa juga bagian dari sidang, jadi mempunyai hak untuk mendengar kesaksian.

"Kita bertanggung jawab atas keselamatannya (Joo Ri)." Tegas Seo Yeon.


Woo Hyuk langsung emosi mendengar Joo Ri datang dan ingin ia menyingkir. Ji Hoon menenangkannya. Woo Hyuk membantah, Joo Ri harusnya bersaksi di depan mukanya, bukan menikamnya dari belakang!

"Apa kau akan berteriak seperti ini setiap waktu?"

"Aku marah, AKu tidak bisa mengendalikannya!"

Ji Hoon meluruskan, Woo Hyuk bukannya marah tapi terluka, Woo Hyuk hanya tidak tahu bagaimana mengekspresikannya.

"Jangan sok tahu! Bagaimana kau tahu apa yang kurasakan?"

Ji Hoon menjelaskan, Joo Ri adalah saksi kunci sidang ini. Dia harus bersaksi, mau Woo Hyuk ada atau tidak dalam persidangan.

"Terserah, kau mau bersabar mendengarkannya bersaksi di hadapanmu, atau kau menyingkir. Pikirkanlah!"

Ji Hoon meninggalkan Woo Hyuk. Woo Hyuk menggerutui Ji Hoon yang menyebalkan tapi ia memilih tetap menunggu disana.


Hakim meminta saksi meju ke depan. Semua berkasak-kusuk melihat Joo Ri berjalan menuju tempat saksi. 


Hye Rin tanya, apa Woo Hyuk tidak hadir. Min Suk menjelaskan kalau mereka memutuskan untuk mendengarkan keterangan saksi tanpa hadirnya terdakwa.

"Jaksa, Anda bisa mulai." Ujar Min Suk.


Seo Yeon mendekati Joo Ri. Joo Ri berkata kalau para hadirin menatapnya. Soo Hee tak percaya mendengarnya, Yoo Jin bertanya, apa itu artinya JOo Ri ingin semua orang pergi juga?

Seo Yeon menengkan, orang-orang hanya sedang berfokus untuk mendengar kesaksian Joo Ri saja karena Joo Ri saksi kunci. Joo Ri merasa dirinya seperti tontonan.

"Lalu apa yang kau mau? Haruskah kita membawakan sesuatu untuk menutupi mukamu?"


Ji Hoon tidak bisa mengijinkannya. Ia menju ke depan Joo Ri mengenalkan dirinya sebagai pengacara Woo Hyuk. Ia sudah membujuk Woo Hyuk agar tidak masuk sesuai permintaan Joo Ri untuk menghindari saksi celaka,

"Tapi menutupi mukamu saat menjawab pertanyaan adalah hal yeng berbeda."

"Apanya yang beda?"

"Itu bisa memberikan kesan kalau kau ingin menutupi sesuatu. Terlebih dariku."


Joo Ri menegaskan kalau ia tidak memiliki sesuatu yang ia ingin sembunyikan. Hye Rin kesal, membosankan karena mereka mengabulkan rengekan Joo Ri.

"Hei! kau pikir dirimu terkenal? Populer? Aku bahkan tidak tahu siapa kau."

Yang lain membenarkan, Joo Ri mengkhawatirkan hal tanpa alasan. Satu lagi menyela, ia menyuruh Joo Ri lakukan saja, ia akan menutup mata. Yang lebih menyakitkan adalah ada yang berkata kalau dirinya tidak tahu Joo Ri ada dan yang lain tertawa.


"Pembohong! Kalian jelas tahu siapa aku! Jangan bohong! Si kusta. Virus. Monster jerawat. Di internet dan di kelas selama 2 tahun, kalian mengijak-injakku dengan kata itu. Dan sekarang, karena kalian membutuhkanku makanya bilang tidak pernah melakukan hal itu. Kalian tidak tahu aku? kalian?"

Seo Yeon mennghentikan Joo Ri. Joo Ri mengakui sudah berbohong, mengatakan bahwa Cho Rong yang menlis surat itu. Semuanya kembali kasak kusuk.


"Tapi itu bukan kesalahanku!" Tegas Joo Ri.

Perhatian kembali tertuju padanya. Joo Ri tidak punya pilihan lain, sepenting-pentingya suatu hal jika ia yang mengatakannya, tak akan ada yang mau mendengar, tak akan ada yang mau percaya karena ia adalah Lee Joo Ri. Semuanya diam.  


"Kita semua ada disini jadi kita bisa meluruskannya. Jadi kita bisa mendengarkanmu dan mempercayaimu.Sidang ini,  Kita ingin memulai dari awal." Ujar Seo Yeon.

Seo Yeon berjanji akan melakukan pemeriksaan ini dengan baik. Ia akan bertanya satu per satu dengan detail dan menemukan kebenarannya, jadi tak akan ada yang meragukan Joo Ri lagi.

"Dapatkan kau melakukannya? Lee Joo Ri, bisakah kau melakukannya?"

"Ayo kita mulai."


Min Suk meminta Joo Ri bersumpah dahulu sebelum bersaksi. Joo Ri melakukannya, ia bersumpah akan mengatakan yang sesungguhnya tanpa menyembunyikan apapun.


Pak Han datamg ke ruangan Kepsek untuk menyaksikan sidang. Kepsek mennjelaskan Lee Joo Ri hadir sebagai saksi utama.

"Dia yang menulis surat pengakuan itu?"

Kepsek membenarkan. Selama kejadian Joo Ri tidak masuk dan sekarang pindah sekolah. Aku tidak bisa percaya bagaimana mereka meyakinkannya untuk hadir!"


Joo Ri mulai kesaksiannya. Malam natal sekitar pukul 23:30. Waktu itu turun salju dan ia merasa down jadi memutuskan untuk keluar cari angin.

"Apa sekolah tujuan utamamu?"

"Tidak. Aku hanya lewat saja. Aku ke kafe dan pulangnya lewat sekolah. Aku ke kafe 24 jam di depan sekolah."

"Dapatkan kau membuktikan kalau dirimu memang benar ada di kafe?"

Joo Ri menggunakan kartu kreditnya jadi ada catatan transaksi. Seo Yeon memasukkan catatan traksaski itu sebagai bukti, Hakim menerimanya dan memintanya menunjukkannya besok.

Seo Yeon melanjutkan pertanyaannya, kenapa Joo Ri meninggalkan kafe dan berakhir di atap sekolah. 


Joo Ri awalnya hanya melihat siluet orang yang berdiri ditepi. Seo Yeon mengingatkan, hari itu bersalju pasti jarak pandang terbatas.


Waktu itu salju sudah hampir berhenti, bisa dibuktikan oleh rekaman cuaca. Itu sebabnya, Joo Ri ke atap. Ia ketakutan. Tapi, tidak bisa pergi begitu saja. Ia ingin memastikannya.

"Setelah Anda naik ke atap, apa yang Anda lihat?"


"Choi Woo Hyuk dan Lee So Woo. Choi Woo Hyuk dan Lee So Woo berhadapan di tepian atap. Saya tidak bisa mendengar dengan jelas, tapi Woo Hyuk sempat berkata, "Aku akan menyakitimu." Saya mendengar dia tertawa. Lee So Woo kelihatan terdesak. Dia tidak bisa melawan. Ada anak lain di belakang Choi Woo Hyuk."

"Anak lain?"

"Ya, dua orang. Gelap sekali, jadi saya tidak bisa melihat wajah mereka, terlebih posisinya memunggungi saya. Saya berasumsi bahwa mereka adalah Lee Sung Min dan Kim Dong Hyun."


Soo Yeon bertanya apa Joo Ri ingat tepatnya dimana posisi semua orang saat itu. Joo Ri mengangguk, Seo Yeon menunjukkan foto atap, ia meminta Joo Ri untuk menandainya.

"Lee So Woo naik ke pinggiran atap karena ancaman Choi Woo Hyuk. Apa yang terjadi setelah itu?"

"Woo Hyuk mendorongnya. Choi Woo Hyuk mendorong Lee So Woo sampai jatuh dari atap."

"Kalau begitu, Choi Woo Hyuk membunuh Lee So Woo? Lalu, apa yang Anda lakukan?"

Joo Ri melarikan diri. Ia takut Woo Hyuk akan membunuhnya juga jika sampai terlihat. Ia bahkan tidak terpikir untuk menelepon polisi. Ia berjuang untuk lari pulang dan memikirkannya sepanjang malam.

"Mungkin yang kulihat salah..." "Mungkin, untuk sesaat aku jadi gila dan berhalusinasi." Ia tidak bisa memercayai hal itu. Sesuatu yang semestinya tidak pernah terjadi! Ia terjaga sepanjang malam dan baru menyadarinya di sekolah pada keesokan hari.

"Bahwa saya adalah saksi... atas pembunuhan Lee So Woo. Rasanya berat. Saya merasa... bahwa saya seharusnya bisa menyelamatkan dia."


Seo Yeon menunjukkan surat pernyataan Joo Ri yang baru. Berdasarkan pengakuan yang telah saksi serahkan sebelumnya, dia mengaku mendengar suara saat Lee So Woo berada di tepian atap. Dan Seo Yeon menampilkan video saat kejaksaan memeriksa tempat kejadian perkara.

"Ko Seo-yeon, bagaimana bisa kau melakukannya?" Teriak ibunya. Ayah disana menenangkan. 


"Bunyi yang didengar saksi pada malam insiden itu. Sebagian penutup tepian atap sudah hilang. Sehingga jika sesuatu yang berat berada di atasnya, akan terdengar suatu bunyi. Bunyi yang hanya akan terdengar saat seseorang menginjaknya."

Joo Young merasa ada yang aneh, ia ingin mengatakannya pada Ji Hoon tapi Ji Hoon ingin membiarkan Seo Yeon menyelesaikannya dulu.

Seo Yeon melanjutkan, itu adalah posisi tepat dimana Lee So Woo berdiri sesuai pengakuan saksi. Joo Ri memang menyaksikan peristiwa itu. Tapi, dia tidak dapat menghubungi polisi akibat rasa takut terhadap terdakwa. Sebagai gantinya, sambil melindungi diri sendiri, dia mengirim surat tuduhan itu.

"Saya berharap semua orang dapat memahami dan memercayai situasi serta pengakuannya. Demikian pemeriksaan saya."


Giliran Ji Hoon yang melakukan pemeriksaan silang. Ia ingin memastikan, apakah pengakuannya benar.

"Apa?" Joo Ri tak mengerti.

"Jika Anda tidak memahami pertanyaannya, saya bisa mengulangnya. Apakah Anda memberikan kesaksian atas yang Anda lihat sesungguhnya? Atau.. Anda memberikan kesaksian berdasarkan imajinasi dan harapan Anda?"

"Han Ji Hoon!" Sela Seo Yeon.

"Pembela!" Sela Min Suk.

Ji Hoon akan bertanya sekali lagi. Apakah pengakuan Joo Ri merupakan kebenarannya?

"Itulah kebenarannya." Jawab Joo Ri setelah beberapa detik.

Ji Hoon berterimakasih dan menyudahi pemeriksaan silangnya. 


Pemeriksaan saksi pertama selesai. Min Suk memperkenankan Joo Ri meninggalkan ruangan dan ia memberi waktu istirahat 30 menit.

Guru Kim dan Seo Yeon mengnampiri Joo Ri khawatir, tapi Joo Ri keluar tanpa mengatakan apapun.


Joo Ri menangis di toilet. Seo Yeon, Soo Hee, Yoo Jin dan Guru Kim menunggunya di luar. Yoo Jin merasa Joo Ri bisa pingsan kalau terus menangis seperti itu.


Seo Yeon akan masuk tapi Guru Kim mencegahnya. Joo Ri saat ini tidak membutuhkan siapa pun untuk menenangkannya. Dia seperti itu karena untuk pertama kali bisa mengatakan segalanya. Jadi beri dia waktu sendiri dulu.


Seung Hyun curhat pada Joon Young, saat ia melihat video pemeriksaan ditayangkan, ia jadi merasa berdiri di pihak yang salah. Ia ingin mengubah pihak. ia menemukan keraguan dalam diriku!

"Tapi... dia menyebut bahwa "seseorang" menginjaknya hingga timbul bunyi tersebut, bukankah artinya dia pernah mendengar bunyi itu sebelumnya hingga seyakin itu? Dia bisa tahu pasti kalau pernah mengalaminya sendiri."

menurut Seung Hyun tidak masuk akal, buat apa Joo Ri main-main di atap. Tidak mungkin kan dia ingin bunuh diri!

"Kita kan tidak pernah tahu." Bantah Joon Young

"Joon Young! Hentikan imajinasimu. Apaan coba, masa naik ke atap buat bunuh dri jadi tren, sih? Apa kita harus mencobanya juga? Kau, aku, semua orang?"


Seung Hyun melihat teman yang meminjam uangnya tapi anak itu malah lari, Seung Hyun pun mengejarnya. 


Joon Young menemui Ji Hoon di ruangan, ia cuma memanggil namanya tapi Jo Hoon langsung tahu apa maksudnya.

"Lee Joo Ri. Dia mungkin menginjak sendiri tepian atap itu hingga mendengar suara tersebut. Itu yang kau pikirkan, benar?"

"Lalu...kenapa kau tidak mengatakan apa-apa?"

Ji Hoon tidak ingin menyakiti Joo Ri. JIka memang benar seperti itu, nantinya akan terlalu menyakitkan bagi dia muncul lagi di depan orang lain.

Ji Hoon terdengar sangat percaya diri. Tidakkah Ji Hoon terlalu santai setelah mengetahui kebenaran atas kesaksian pihak lawan?

Ji Hoon tersenyum, sejak olah perkara digelar, tidak ada yang mudah. Baginya pun sama, rasanya sulit. Sulit sekali.

Ji Hoon kemudian minta tolong Joon Young untuk memanggil Woo Hyuk, katakan kalau pengakuan Lee Joo Ri sudah selesai.


Kepsek bersiap untuk ke ruang sidang sebagai saksi.Pak Han sedikit khawatir. Kepsek menenangkan, ia sudah berharapan dengan anak-anak selama puluhan tahun!

"Jangan menganggapnya sekedar percakapan antara guru dan murid. Berhati-hatilah.

"Baik. Saya mengerti."

"Saya harap berjalan lancar, Saya akan menonton dari sini."


Ji Hoon akan memastikan beberapa hal sebelum memulai pemeriksaan saksi. Pertama identitas Kepsek tentunta, Kim Soo Cheol Kepala Sekolah sementara SMA Jeong-guk.

"Apa jabatan Anda saat insiden itu terjadi?"

"Saya Wakil Kepala Sekolah."

"Seseorang yang bertanggung-jawab atas manajemen SMA Jeong-guk?"

"Ya."


Ji Hoon mengerti dan akan mulai pemeriksaannya tapi pak Kepsek minta waktu sebentar. Ia menegaskan, ia tidak berada di sana untuk memberikan pengakuan atau semacamnya. Para murid yang menyebut hal-hal tidak terkonfirmasi itu sebagai "pengakuan".

Olah perkara ini hanya menyebabkan kebingungan dan masalah di antara para murid! Ia berada di sana untuk mengoreksinya.

"Saksi!" Min Suk mencoba menghentikan.

Kepsek mengingatkan kalau ia itu adalah gurunya. Ji Hoon mengerti, ia yang meminta Kepsek menjadi saksi persidangan ini, jadi ia akan mendengarkan yang akan Kepsek katakan. Kepsek juga tidak perlu menganggapnya sebagai "pengakuan". Kepsek dapat menyampaikan opininya secara bebas.


"Pertama, Soal surat tuduhan yang disebutkan oleh Ko Seo  Yeon. Dia mengatakan bahwa Komite Anti Tindak Kekerasan Sekolah bersikap tidak adil. Dia mengatakan, itulah penyebab utama Lee So Woo meninggalkan sekolah. Apa artinya itu? Sekolah telah bersikap tidak adil? Komite Anti Tindak Kekerasan Sekolah sudah melakukan... penyelidikan sesuai aturan."


Seo Yeon berdiri, lalu kenapa Lee So Woo menjadi pelakunya? Sudah jelas bahwa Lee So Woo dihajar habis oleh Woo Hyuk.

Kepsek beralasan kalau sekolah tidak tahu hal itu karena tidak ada seorang pun yang bersaksi. Sekolah sudah berusaha mengumpulkan pengakuan sebanyak mungkin. Tapi! Tidak seorang pun maju. Setidaknya, ada 20 saksi atas perkelahian di lab. Sains saat itu. Tapi, tidak seorang pun memberi kesaksian! Lalu, apa lagi yang sekolah bisa lakukan?

"Apa sekolah harus menyatakan Choi Woo Hyuk sebagai pelaku hanya karena masa lalunya?"


"Sekolah harus bersikap netral untuk mengungkap kebenaran." Jawab Sung Min.

Kepsek kembali menjelaskan, Woo Hyuk mengaku telah dipukuli tapi, So Woo tidak mengatakan apa pun. Hanya itu yang sekolah tahu. Komite memutuskan berdasar hal tersebut. Itulah aturannya.

Seo Yeon minta penjelasan soal fakta bahwa rapat Komite digelar begitu cepat. itu karena tanggalnya sudah ditentukan oleh pimpinan. Kepsek hanyalah anggota komite yang menghadiri rapat hari itu. Hal itu juga sesuai peraturan sekolah.


"Bagaimana dengan fakta bahwa orang tua Choi Woo Hyuk merupakan anggota komite juga?" Tanya Ji Hoon.

"Apa?"


Ji Hoon menunjukkan daftar keanggotaan Komite Anti Tindak Kekerasan Sekolah. Tuan Choi Moo Seong, Ayah dari Choi Woo Hyuk, menghadiri rapat itu sebagai anggota. Beliau salah satu pengelola sekolah ini.

"Itu bukan masalah." Jawab Kepsek.


Ji Hoon menunjukkan berkas lagi, peraturan Komite. Pada pasal 8, klausul 1-1, "Jika orang tua dari pelaku maupun korban merupakan anggota Komite, ia tidak diperkenankan terlibat sama sekali dalam kasus tersebut." Kenyataannya jelas bertentangan dengan aturan! Dapatkah Komite semacam itu menghasilkan keputusan yang adil?

"Tujuan dari rapat Komite bukanlah untuk menghukum seseorang, tapi untuk mendengar pengakuan kedua belah pihak dan memutuskan hasilnya. Lee So Woo dengan sadar menolak datang ke rapat itu, artinya, ia membuang sendiri kesempataannya membela dri." Bantah Kepsek.

"Anda benar-benar berpikir Lee So Woo memiliki kesempatan tersebut? Fakta bahwa Ayah Choi Woo Hyuk menghadiri rapat itu bertentangan dengan peratuan, dan para murid yang menahan diri memberi pengakuan akibat rasa takut terhadap Pelajar Choi Woo Hyuk, menunjukkan jelas bahwa Lee So Woo sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk membela dirinya sendiri."

"Pelajar Ji Hoon! Apa dasarmu membuat penilaian semacam itu?

"Para murid SMU Jeong-guk sendiri."


Seung Hyun menunjukkan komentar para murid di SNS.

"Datang sendiri sana ke rapat Komite."
"Sudah jelas kok bagaimana kelangsungannya."
"Lee So Woo bakalan dikeluarkan."
"Aku menyaksikan perkelahiannya, tapi tidak bisa memberi kesaksian."
"Aku juga, aku takut pada Choi Woo Hyuk."
"Lagi pula, kesaksian kita tidak akan mengubah apa pun."
"Benar! Tahun lalu, murid yang berkelahi dengannya juga dikeluarkan."
"Kasihan Lee So Woo karena tidak memiliki orang tua yang kaya."

Ji Hoon mengatakan kalau para murid bukannya tidak tahu apa-apa, juga tidak berarti mereka tidak memiliki pendapat pribadi. Mereka tahu hal itu salah,  tapi tahun sebelumnya, hal yang sama sudah terjadi. Berulang, lagi dan lagi! Itu sebabnya, mereka menyerah untuk membenarkan kesalahan tersebut.

"Baiklah. Kita anggap terjadi kesalahan dengan Komitenya. Tapi, apa gunanya menggelar olah perkara ini? Ini bukan tempat untuk mengaudit pengelolaan sekolah!"


"Berguna. Pada akhirnya, terungkap beberapa hal yang salah dengan Komite, yang menyebabkan Lee So Woo menjadi pelaku."


Ji Hoon menghadap juri, ia melanjutkan, "Juga, mengenai depresi Lee So Woo yang kian memburuk, hal itu mungkin disebabkan insiden ini."

Kepsek tak percaya mendengarnya, Ji Hoon berterimaksih karena Kepsek sudah bersedia hadir. Ia menyudahi pemeriksaannya. 


Min Suk memberi Seo Yeon kesempata untuk melakukan pemeriksaan silang tapi kepsek sudah kesal dan pergi dari sana.

Hakim memberi waktu istirahat 10 menit. Seo Yeon menatap Ji Hoon.



>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search