-->

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 10 Part 1

- Januari 27, 2017
>

Sumber Gambar dan Konten dari jtbc

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 10 Part 1


Joo Ri melarang Woo Hyuk memohon kasihan seperti itu Woo Hyuk pantas mati! Tidak berhak dimaafka!

"Maaf.. Aku benar-benar minta maaf. Maafkan aku." Ucap Woo Hyuk.

Joo Ri jatuh pingsan setelah meneriaki Woo Hyuk. Semua orang panik. Guru Kim menyuruh salah satu anak laki-laki untuk membawanya ke UKS.


Joo Ri sudah sadarkan diri. Seo Yeon datang membawakan alat pelembab ruangan. Saat itu Joo Ri tidak memandangnya. Tapi saat Seo Yeon melangkah pergi ia bicara.



"Aku melihatnya. Malam itu... Sungguh, aku melihat seseorang di atap saat sedang jalan-jalan. Sebab itu, aku naik ke sana dan melihat seseorang melarikan diri. Inilah kebenarannya."

Seo Yeon tidak menanggapinya, ia menyuruh Joo Ri beristirahat saja.


Anak-anak membicarakan persidangan kali ini. Ada yang merasa kasihn pada Joo Ri. Dan selebihnya membahas mengenai keputusan akhir sidang. Mereka yakin So Woo benar-benar bunuh diri. Reporter Park mendengarkan semua pembicaraan mereka.


Juri rapat bersama. Di puntu dipasangi tulisan dilarang masuk.


Pak Han mendapat telfon dari sekolah, mungkin mengenai hasil sidang.


Di ruang klub suasananya sangat hening. Tidak ada seorang pun yang bicara. Setelah Ji Hoon keluar, Seung Hyun baru mulai bicara.


Seung Hyun tak menyangka kalau Ji Hoon sedingin itu. Ji Hoon tanya padanya bagaimana sikap Woo Hyuk pada murid lain di sekolah. Jadi, ia mengumpulkan data lalu memberitahunya, rupanya digunakan untuk menyudutkan Woo Hyuk begitu. Padahal, kupikir itu untuk persiapan saksi selanjutnya. Ia tidak menyangka dia akan melakukannya.


"Tapi... murid perempuan yang terkunci di kamar mandi
dan baru ditemukan keesokan harinya itu... apakah Lee Joo Ri?" Tanya Soo Hee.

Yoo Jin membenarkan, itulah yang ia dengar. Jika Yoo Jin jadi Joo Ri juga pasti ingin Woo Hyuk mati. Sejujurnya Seung Hyun juga begitu. Tapi tetap saja menurut Soo Hee itu keterlaluan, ia tidak menduga Joo Ri sampai mengarang cerita Woo Hyuk membunuh orang begitu.

Tapi Soo Hee mendesah, ia juga mungkin akan begitu. Hanya saja ia tidak mengalami sendiri dikunci seperti Joo Ri.


Ji Hoon menemui Woo Hyuk. Woo Hyuk bertanya, harus bagaimana ia supaya merasa lebih baik, apa ia memukul Ji Hoon saja. Ji Hoon mempersilahkannya.

"Inikah sebabnya kau berkata, "Percayalah padaku..."
"Aku di pihakmu..." "Aku pengacaramu", hanya untuk menyeretku sampai titik ini? Di dalam hati, kau ingin aku hancur dan merasa bersalah?"

Ji Hoon mengatakan ia telah berhasil membersihkan nama Woo Hyuk sebagai pelaku pembunuhan So Woo sebagai pegacaranya. Tapi, ia tidak bertugas untuk menutupi segala keburukan Woo Hyuk.

Woo Hyuk tidak meminta Ji Hoon menutupinya. Tapi Ji Hoon bilang akan memihaknya sampai akhir. Ji Hoon menegaskan kalau ia masih dipihak Woo Hyuk. Woo Hyuk menanyakan alasan Ji Hoon melakukan itu padanya.

"Choi Woo Hyuk. Memaki orang... meneriaki, memukul, melukai, siapa pun yang diinginkan tidak membuatmu teringat pada sikap seseorang? Kau tidak ingat sikap siapa itu?"

"Aku tahu. Sama seperti ayahku. Tapi, aku harus bagaimana lagi? Seperti itulah diriku."


"Woo Hyuk ~ aa.. "Aku tidak pernah meminta terlahir di keluarga ini, maupun memiliki orang tua seperti itu..." Aku yakin kau sedih dan frustasi, juga merasa tidak berdaya. Aku yakin, kau pasti merasa jadi orang paling tidak beruntung di dunia. Tapi meskipun rasanya seperti tak ada satupun hal yang bisa kau putuskan sendiri, sebenarnya ada satu. Kehidupanmu ke depan, mulai sekarang tergantung pada pilihanmu. Setidaknya, kau masih memiliki harapan itu."

Ji Hoon memberitahu, Woo Hyuk masih memiliki kesempatan. Ia mendoakan yang terbaik untuk Woo Hyuk. Ia, orang yang juga pernah sama terlukanya seperti Woo Hyuk. Juga, sebagai temannya.

Seo Yeon kembali menyendiri di tangga. Jeong Pa mengiriminya pesan.

"Tegakkan kepalamu. Semuanya belum berakhir. Kita masih harus mencari tahu alasan di balik kematian So Woo."


Seo Yeon lalu mencari-cari seseorang, siapapun yang sedang mengawasinya. Dan setelah berkeliling, ia melihat Ji Hoon berjalan di luar.


Seo Yeon akan berangkat sekolah, ibunya memberikan sesuatu untuk diminum. Setelah Seo Yeon meminumnya ibu bertanya apa yang akan terjadi setelah juri memutuskan?

"Hakim akan menerima keputusan Juri, lalu menuliskan kesimpulan dan membacakannya di persidangan. Setelah itu... Selesai."

Ibu merasa kalau itu tidak seimbang dengan kerja keras Seo Yeon selama ini. Tapi ibu berpesan jangan sampai Seo Yeon menyesalinya. Seo Yeon mengerti.


Joon Young menunggu Seo Yeon di depan rumanya. Ia bahkan memakai pelembab bibir lho saat melihat Seo Yeon keluar dari pintu rumah. Pintu gerbang terdengar dibuka tapi Seo Yeon tak kunjung muncul.


Joon Young pun mendekat, ternyata Seo Yeon sedang membaca pesan.


Ji Hoon yang mengirim pesan itu menggunakan akun Jeong Pa. Pesan itu berisi screen capture pesan Joo Ri pada malam So Woo meninggal. Joo Ri lapor pada Jeong Pa kalau ia melihat ada seorang murid laki-laki lari dari sekolah. Dia lari melewati tangga.


Seo Yeon di sekolah menunjukkan pesan itu pada Soo Hee dan Yoo Jin. Seo Yeon mengatakan kalau Joo Ri juga memberitahunya kemarin di UKS tapi saat itu ia sedang tidak berpikir jernih. Dan ia juga sedang lelah harus memutuskan memercayai dia atau tidak. Itu sebabnya, ia pergi begitu saja. Tapi, pesan itu jadi menyadarkannya.

"Joo Ri saat itu tidak mengerti yang sebenarnya terjadi. Dia juga tidak bermaksud menargetkan Choi Woo Hyuk. Dia memberitahukan sosok yang dia lihat."

Yoo Jin menyimpulkan, kalau begitu, murid yang menelfon So Soo juga datang kesekolah dan...

Seo Yeon menjawab kalau mereka belum tahu pasti, tapi kemungkinan begitu. Itu sebabnya, a ingin memastikannya sebelum olah perkara benar-benar berakhir.


Soo Hee mengatakan mereka masih punya sisa waktu 2 jam. Hakim dan Juri belum rapat bersama. Ia mengajak mereka mencari tahu dahulu!


Mereka bertiga mengikuti rute yang dilalui cowok itu. Dan pada akhirnya mereka sampai di jalan buntu dan jauh dari gerbang. Seo Yeon heran kenapa malah lari kesana?


"Bagaimana kalau dia lari mengelilingi sekolah kemudian mengambil arah berlawanan?" Tebak Yoo Jin.

"Bisa saja dia lompat dari tembok!" Tebak Soo Hee.

Seo Yeon merasa itu tidak mungkin, orang itu tidak mungkin dia memilih rute yang lebih jauh  dan sulit untuk melarikan diri. Semestinya langsung meninggalkan sekolah!

"Mungkin karena dia tidak tahu jalannya? Aku juga sering tersesat kalau datang ke tempat baru." Jawab Yoo Jin.

"Dia bukan dari sekolah kita?" Tebak Seo Yeon.


Lalu Soo Hee melihat ada mobil disana yang kamera kotak hitamnya menyala.


Ji Hoon kembali bertemu dengan Detektif Oh. Detektif Oh bercanda, ia serasa menjadi bibi Ji Hoon jika sering bertemu seperti ini. Ji Hoon diam saja, Detektif Oh menjelaskan kalau ia tidak ingin Ji Hoon ketakutan karena ia polisi. Ji Hoon tidak apa-apa dan meminta Detektif Oh melanjutkan saja.

"Kau akrab dengan Lee So Woo?"

Ji Hoon terkejut. Detektif Oh menengakannya, tidak perlu kaget, bukan hal yang buruk, kok. Ji Hoon akhirnya agak santai. Detektif Oh menanyakan alasan Ji Hoon merahasiakannya, ia juga menanyakan kalau Ji Hoon itu Jeong Pa, kan?

Ji Hoon masih diam. Detektif Oh berkata, Ji Hoon tidak perlu meneguhkan haknya untuk diam, ia jadi merasa seperti menginterogasinya saja. Ji Hoon minta maaf, ia tidak tahu Detektif Oh bisa mengetahuinya dengan cepat.

"Kalau begitu... kau sudah menduga aku akan mengetahui hal itu?"

"Ya."

"Dan kau tetap menyembunyikannya dengan sengaja?"

"Ya."

"Kenapa?"

Karena Ji Hoon merasa hal itu mungkin jadi penghalang dalam menemukan kebenaran perihal So Woo. Ah.. Detektif Oh paham tapi kenapa Ji Hoon malah memilih jadi pembela terdakwa? Memang membela Choi Woo Hyuk akan membantu?

Ji Hoon menjawab kalau hanya itu jalan satu-satunya untuk bisa terlibat dalam olah perkara ini. Dan Choi Woo Hyuk memang tidak bersalah. Detektif Oh bertanya,  berarti ada orang lain?


Ji Hoon diam saja. Detektif Oh mendesah, lalu menasehati menasehati. Ia tidak tahu apa rencana Ji Hoon, tapi Ji Hoon tidak hanya menyembunyikan dirinya dari semua orang. Ji Hoon juga membohongi teman-teman di klub olah perkara. Mempertimbangkan alasan Ji Hoon terlibat, apa Ji Hoon tidak merasa bersalah pada mereka? Ji Hoon tidak berpikir mereka akan merasa dikhianati jika mengetahuinya nanti?

"Aku tahu. Jelas. Tapi, bisakah Anda menunggu sedikit lebih lama? Aku akan mengungkap semuanya. Segalanya. Saat itu, Anda akan memahami situasiku. Dan teman-temanku, mungkin akan membenciku. Tapi, tidak masalah. Kumohon, aku minta pada Anda. Tolong tunggulah."

Detektif Oh hanya bisa mendesah.


Tim jaksa berhasil mendapatkan rekaman CCTV itu. Soo Hee mengingatkan Seo Yeon, jika mereka tidak menemukan apapun dalam rekaman itu maka olah perkaranya selesai. Seo Yeon mengangguk.

Mereka memutar rekamannya dan benar saja ada seorang pria yang terekam kamera.

"Lee Joo Ri... Dia benar-benar melihatnya!" Ujar Soo Hee.

"Tapi... siapa bocah ini?" Tanya Yoo Jin.


Mereka kemudian masuk ke ruangan rapat hakim dan Juri. Min Suk menegur mereka, apa-apaan mereka itu. Yoo Jin mengepalkan tangan, mereka begitu karena Min Suk tidak menjawab telfonnya. Min Suk membuka ponselnya, ada 30 panggilan tak terjawab.

Min Suk lalu bertanya, ada apa. Seo Yeon menyampaikan, Kejaksaan meminta Juri menunda rapat ini. Mari gelar persidangan sekali lagi.


Seo Yeon mengumpulkan tim pengacara juga. Seung Hyun  tidak mengira Seo Yeon sepicik ini. Mereka sudah mengonfirmasi alibi Woo Hyuk dan akan segera diputuskan tidak bersalah!

"Choi Seung hyun! Tolong tahan kata-katamu. Mereka pasti punya alasan kuat." Tegur Min Suk.

Joon Young bertanya lembut, ada apa. Seo Yeon menunjukkan bukti baru. bocah pria yang terekam dalam CCTV itu. Hye Ri ragu, itu kan cuma orang lewat saja, apa tidak berlebihan menyebutnya berkaitan dengan kasus. Yang lain juga setuju.

Seo Yeon menunjukkan catatan panggilan So Woo, Panggilan telepon dari telepon umum sebanyak 5 kali. Seo Yeon juga mengatakan ada saksi, kakek pemilik toko kelontong yang melihat seorang murid laki-laki menelepon sambil menangis.

"Tidak merasa itu berhubungan? Seseorang berusaha terus mengontak Lee So Woo. Kukatakan terakhir kalinya. Kita temukan kebenaran di balik kematian Lee So Woo. Kita belum mengetahuinya, kan? Kita tidak tahu siapa orang ini, apa hubungannya dengan Lee So Woo kenapa menelepon dan juga datang ke sekolah kita?"

"Jika tujuanmu mencari tahu siapa orang ini, apakah tidak masalah persidangan tanpa kehadiran terdakwa?" Tanya salah satu juri.

"Kita akan mencobanya, hal lain di luar menentukan salah atau benarnya terdakwa."


Lalu Seo Yeon menyuruh Ji Hoon kukuh dengan pandangannya bahwa So Woo bunuh diri dan mendebat klaim serta bukti darinya. dengan begitu mereka bisa tetap melanjutkannya tanpa terdakwa.

Ji Hoon setuju yang lainnya juga.


Mereka memasang pengumuman sidang ke-4 dan pembacaankeputusan ditunda. Anak-anak mengeluh karena mereka datang untuk mendengar putusan. Ibu kesiswaan mendekat ke kerumunan, setelah tahu apa itu ia merobek pengumuman itu.


Ibu kesiswaan membawa kertas itu pada Kepsek. Kepsek geram mendengarnya, bukankah Woo Hyuk sudah jelas tak bersalah? Lalu kenapa melanjutkan persidangan?


Ia kemudian menelfon Pak Han. Pak Han mengerti dan akan ke sekolah segera. Pak Han mengajak pengacara Kim dan satu lagi anggota komite.


Kepsek diminta untuk menerapkan peraturan baru. Ia protes, dirinya bahkan bukan Kepala Sekolah resmi. Tapi diminta menjatuhkan sanksi serius. Bagaimana ia akan mengatasi kritikan di kemudian hari?

Pengacara Kim menjelaskan, itu sesuai dengan peraturan sekolah. Olah perkara sudah melampaui batas toleransi. Tapi kepsek yang memberi persetujuan atas olah perkara. Jadi kepsek juga yang harus bertanggung-jawab.

"Aku tidak pernah menyetujuinya! Aku sudah berusaha keras menghalanginya!" Bantah Kepsek dan ia menyakan pendapat ketua, apa juga setuju.

Anggota komite yang disana menjawab kalau Ketua sangat kecewa setelah mengetahui jumlah donatur berkurang drastis.

Pak Han baru bicara, mereka sudah mencari tahu dan menemukan bahwa kepsek melanggar aturan Komite Anti Tindak Kekerasan Sekolah. Kepsek mengelak, itu kan Pak Han yang menyuruh.


"Bukan hanya itu, Anda mengijinkan olah perkara digelar dan memperkeruh masalah sekolah. Tindakan Anda, telah benar-benar mencederai reputasi sekolah. Kami sudah memutuskan bahwa Anda gagal dalam pengelolaan sekolah." Tegas Pak Han.


Pintu di ketuk. Ex-Kpsek masuk. Ia menyapa Kepsek,

"Sudah lama ya, Wakil Kepala."

Pak Han mengucapkan terimakasih atas kerja keras Kepsek. Artinya Kepsek diturunkan kembali menjadi Wakil Kepala Sekolah dan Ex-Kepsek kembali diaktifkan menjadi Kepala Sekolah. Ini adalah cara agar Ex-Kepsek tidak jadi bersaksi di persidangan kemarin.


Tim Jaksa sedang berusaha untuk mengamati siapa siwa laki-laki itu tapi karena rekamannya terlalu gelap mereka tidak bisa melihat wajahnya.

Tiba-tiba ponsel Seo Yeon berbunyi, dari Cho Rong.


Mereka bertiga segera ke rumah sakit menjenguk Cho Rong. Mereka sangat mengkhawatirkan Cho Rong dan untungnya Cho Rong masih bisa mengingat makanan yang ia suka jadi mereka bisa tenang.

Cho Rong minta maaf karena menelfon tiba-tiba, pasti mereka terkejut sekali. Seo Yeon lah yang minta maaf karena ia tidak terlalu sering menjenguk. Cho Rong tidak apa-apa, toh ia juga tidak tahu.

Seo Yeon lalu mengeluarkan roti yang mereka bawa, ia ingat kalau Cho Rong menyukai roti itu. Cho Rong tidak bisa menerimanya karena ia masih harus menjaga asupan makanannya. Seo Yeon minta maaf, ia semestinya memikirkan hal itu.

"Kenapa kau terus saja minta maaf? Justru, aku sangat berterima kasih padamu. Pada kalian semua."


Cho Rong menonton persidangannya. Ia bersyukur mereka memihak Joo Ri selama ia tidak ada. Jika bukan karena mereka, mungkin sudah terjadi hal buruk pada Joo Ri.

"Cho-rong! Kau tidak membenci dia? Ini semua salah dia!" Ujar Yoo Jin.

Cho Rong menjelaskan kalau yang terjadi padanya hanya kecelakaan. Joo Ri tidak melakukan apa pun. Ia tahu, orang-orang berpikir Joo Ri itu Iblis dan ia sangat bodoh, itu sebabnya Joo Ri menyeretnya kesana-kemari. Ia membaca semua komentar di akun Jeong Pa. Tapi Joo Ri... Dia teman yang baik.

"Dia bahkan mau pergi menonton film yang tidak dia suka saat aku memintanya. Kita jalan-jalan bersama, lalu dia membelikan sebuah gelang untukku. Kami memiliki lebih banyak kenangan indah bersama, daripada yang menyakitkan. Tapi... semua orang malah ingin aku jadi korbannya. Agar mereka bisa menyalahkan Joo Ri. Joo Ri tidaklah seperti yang kalian kira. Aku... sungguh ingin mengatakannya pada kalian."


Joon Yong sedang sibuk mengetik. Tiba-tiba ia mendengar ibunya merintih di luar. Joo Young ke luar untuk memeriksa.


Ibunya ternyata bermimpi. Joon Young membangunkannya dan menawari untuk mengambilkan minum. Ibunya diam saja.

"Eomma... Mimpi yang sama?"


Ibunya malah menyuruhnya minggir. Ibunya masuk kamarnya dan mengeluarkan semua baju-bajunya lalu memasukkannya kedalam koper. Joon Young berusaha memanggil ibunya.

"Aku tidak tahan lagi! Berapa lama lagi aku harus bangun dan melihat wajahmu? Kenapa aku harus mengalaminya? Kenapa?"

Joon Young mengalah, ia akan pergi, ia bisa pergi. Joon Young mengambil beberapa baju, biar sisanya tetap di sana. Ibunya marah, apa yang coba Joon Young lakukan! Joon Young semestinya memohon maaf!

"Kau hanya berakting, kan? Kau pikir kau siapa? Apa hakmu?"

Joon Young menjawab, ia tidak melakukan kesalahan apa pun. Ibunya tambah marah, tidak bersalah bagaimana? Dasar bodoh!  tidak berguna!

Joon Young berdiri, ia balik membentak ibunya, "Alasan Ibu marah padaku... bukan itu."

"Memang apalagi? Lalu apa alasannya?!"

"Hyeong."

"Kau... Kau berani menyebut dia dengan mulutmu? Beraninya kau menyebut Joon Seok? Kau pikir kenapa dia sampai seperti itu?"


Joon Young menangis, ia mengelaknya, bukan karena dirinya Joon Seok meninggal. Ibunya bersikeras kalau itu salah Joon Youn. Ayah datang dan mencoba menenagkan ibu.

Ibu terus meronta. Ibu terus menyalahkan Joon Young. Jika saja Joon Young mendengarkannya waktu itu dan tidak jadi pergi pasti Joon Seok masih hidup hingga saat ini. Tapi Joon Young malah membuat Joon Seok mengikutinya sampai meninggal seperti itu! Jun Seok meninggal tapi Jun Young masih hidup!

"Ibu tahu yang kupikirkan setiap kali ibu berkata begitu? Itu lebih baik... Lebih baik dia mati. Karena dia hanya melihat sosok ibu yang baik. Dia tidak perlu melihat ibu marah, maupun keadaan keluarga yang kacau. Dia tidak perlu mengalaminya. Dia tidak perlu membenci Ibu, seperti aku!"

"Joon Young!" Bantak Ayah.


"Bae Joon Young! Bagaimana bisa kau berkata begitu? Kau bilang kau senang dia mati? Bagaimana bisa kau bilang begitu? Beraninya kau! Kau bukan manusia! Bisa-bisanya kau bicara begitu! Beraninya kau bicara begitu!"

Ibu memukul-mukul Joon Young. Ayah menahannya dan Joon Young memilih pergi dari luar.

Ayah mengejar Joon Young. Ayah meminta Joon Young mengarti, tidak bisanya Joon Young seperti ini. Mereka sudah sepakat menunggu kondisi ibu pulih. Mereka sama-sama bersyukur ibu tidak bunuh diri.

"Tapi aku yang ingin mati! Aku hampir melakukannya! Aku sempat berdiri di atap cukup lama. Namun aku turun karena ketakutan. Aku hampir meloncat jika saja lebih siap.. Jika... jika dia (Seo Yeon) tidak ada di sana. Aku ingin memercayai... Aku ingin percaya segalanya akan membaik jika aku bersabar. Tapi berat rasanya, Ayah."


Ayah tidak bisa berkata apa-apa, ia membiarkan Joon Young pergi.


>

3 komentar

avatar

d tunggu part2 slnjut nya mbak,,,thanks ya mbak

avatar

Samangat nulisnya, ditunggu part selanjutnya.

avatar

Semangat nulisnya min 😍


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search