-->

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 1 Part 2

- Desember 28, 2016
>
Sumber Gambar dan Konten dari jtbc

Sinopsis Solomon's Perjury episode 1 Part 2

Seo Yeon menghirup udara malam di luar. Kedua adik kembarnya menyapanya, sedang apa?

"Kau tidak lihat? Unni juga takut tahun baru! Dia akan jadi 9 seperti kita!" Ujar Yae Ji.

Seo Yeon menjelaskan kalau 9 tahun berbeda dari 19 atau 29 atau 39. Yae Ji membantah, Rasanya juga sama tuanya. Tak ada yang paham perasaannya!

"Baiklah, kau menang." Seo Yeon mengalah.

Adiknya yang satu lagi bertanya (yang topi kuning), ada apa dengan Seo Yeon karena ibu bilang agar jangan mengganggu Seo Yeon hari ini.

"Saat ini kau sedang menggangguku." Ujar Seo Yeon.

Adiknya kesal, bahkan adik tak boleh bicara pada kakaknya! Yae Ji mengingatkan, Katanya tak masalah mengganggu anjing gila, tapi tidak halnya dengan senior di SMA!

"Tapi dia belum senior." Bantah si topi kuning.
Seo Yeon di meja belajarnya, ia membaca kembali keterangan saksi yang duluditulisnya, ada kalimat bertuliskan "Lee So Woo dan Choi Woo Hyuk berkelahi, dan Woo Hyuk memukul So Woo"

Seo Yeon teringat saat So Woo mengemasi barang-barangnya dan pergi meninggalkan sekolah. Ia berkaca-kaca.
Seo Yeon membaca komentar di group SMA, kebanyakan teman-teman mendoakan agar So WOo beristirahat dalam damai.

Lalu pertanyaan muncul, kenapa So Woo bunuh diri di sekolah? ada yang menjawab kalau So Woo aneh, makanya ia sama sekali tidak terkejut SO Woo bunuh diri.

Satu komentar yang menarik perhatian, "Kenapa semua berpikir kalau bunuh diri? Kalian tak ingat perkelahiannya? Choi Woo Hyuk hampir membunuhnya! Mungkin kali ini dia benar-benar melakukannya."

Teman-teman yang lain merasa itu tidak mungkin karena polisi juga sudah menetapkan kalau itu bunuh diri, yang satu lagi menulis "Kenapa percaya pada polisi? Woo Hyuk sangat mampu."

Keudian komentar berakhir saat ada yang menyuruh mereka berhenti, doakan saja So Woo.
Ji Hoon juga membaca komentar itu yang ternyata belum berakhir, ada yang tertawa, doa apanya, ia yakin So Woo akan masuk neraka karena bunuh diri.

Malam-malam Joo Ri minta bertemu dengan Cho Rong di dekat rumah Cho Rong. Karena ini kali pertama Joo i datang, Cho Rong sengaja membelikan roti kesukaan Joo Ri.

Joo Ri tidak menganggapi Cho Rong masalah roti, ia berkata kalau Lee So Woo tidak bunuh diri.
SPO sekolah menelfon Detektif Oh memberitahukan mengenai komentar di group SMA. Dan detektif Oh membaca komentar itu

"Kalian tak ingat perkelahiannya? Choi Woo Hyuk hampir membunuhnya! Mungkin kali ini dia benar-benar melakukannya."
Tiba-tiba rekan detektif Oh muncul mendadak dan membuatnya terkejut. Si rekan bertanya, apa yang sedang dibaca Detektif Oh.

"Ini halaman yang dibuat oleh murid-murid SMA Jeong-guk."

Lalu Detektif Oh menyuruh rekannya untuk menelfon sekolah guna mencaritahu soal Choi Woo Hyuk. Si rekan menjelaskan, Choi Woo Hyuk itu terkenal, Seorang anak nakal dan biang onar. Orangtuanya yang kaya tapi tidak memikirkan orang lain.

"Lebih mudah menemukan Choi Woo Hyuk di kantor polisi dari pada di sekolah! Dia baru saja ditahan karena mengebut dengan sepeda motornya yang mahal!"
Detektif Oh kemudian menginterogasi Woo Hyuk soal apa yang Woo Hyuk lakukan tanggal 25 desember. Woo Hyuk balik bertanya, kenapa Ia harus mengatakannya.

"Aku hanya ingin memastikan."

"Memastikan apa?"

Detektif Oh mengulangi, yang Woo Hyuk lakukan malam itu. Woo Hyuk dengan santai menatap Detektif Oh, memanggilnya "Ahjumma", lalu menebak, pasti ini karena komentar di halaman itu kan?

"Aku sudah membacanya, dan menertawakannya. Apa-apaan ini? Terlalu naif sebagai detektif kriminal."

Detektif Oh menantang, Woo Hyuk tidak mau memberitahu atau tidak bisa. Woo Hyuk tidak gentar, bagaimana kalau ia tidak mau? Apa detektif Oh mau menyiksanya?

Ayah Woo Hyuk menelfon. Woo Hyuk mengatakan kalau kasus motornya sudah selesai tapi ada detektif yang menginterogasinya dan menuduhnya membunuh Lee So Woo.

Lalu Woo Hyuk membertikan ponselnya pada Detektif Oh karena ingin bicara dengan detektif Oh.

"Siapa namamu dan dari departemen mana?" Bentak Ketua Choi.
Ketua Choi datang ke kantor polisi dan marah-marah pada Detektif Oh karena interogasi itu.

"Sama sekali tidak sulit bagiku membuat orang sepertimu dipecat! Kau mau aku membuat keributan? Mau kutunjukkan apa yang akan terjadi kalau cari masalah dengan keluargaku?"

Pak Han menenangkan Ketua Choi, Ketua Choi menyudahi marah-marahnya tapi bukan berarti ini selesai. Kemudian Ketua Choi mengajak putranya pergi. Woo Hyuk menyeringai senang menatap Detektif Oh.
Pak Han memperkenalkan diri pada Detektif Oh sebagai Han Kyung Moon, Kepala Departemen Hukum Yayasan Jeong-guk. Detektif Oh juga mengatakan namanya, Detektif Oh Joo Hyun dari Divisi Kriminal.

Detektif Oh minta tolong pak Han untuk mengatakan sesuatu pada Ketua Choi.

"Harusnya tak perlu marah-marah. Aku hanya ingin memastikan sebelum menutup penyelidikan."

Pak Han paham maksud detektif Oh tapi jika hal seperti ini terjadi lagi pada Choi Woo Hyuk... mereka secara resmi akan melaporkannya.
Pak Han sudah keluar ruangan tapi Detektif Oh mengejarnya setelah membaca kartu nama Pemberian Pak Han kalau Pak Han itu Dari Yayasan Jeong-guk. Detektif Oh tidak paham akan satu hal,

"Apa sudah biasa Kepala Departemen Hukum Yayasan datang ke kantor polisi untuk murid yang ditanyai? Bahkan memberi peringatan jangan pernah menyentuhnya lagi?"

"Detektif Oh. Kau sudah paham bahwa interogasi hari ini adalah ilegal? Apa kau membacakan hak-haknya? Apa kau menghubungi walinya sebelum membawa anaknya?

"Soal itu..."

"Kalau belum, maka itu penahanan ilegal. Petugas polisi melanggar hukum. Kau menyalahi kebebasan dan HAM seseorang. Choi Woo Hyuk mengalami stres karena penahanan ilegal. Kau dengan mudah bisa dituntut karena hal ini. Tolong tutup kasusnya besok, sesuai rencana. Selamat bekerja."
Pak Kepsek memberitahu guru-guru kalau polisi sudah menutup kasus So Woo dan menyimpulkannya sebagai kasus bunuh diri, beliau meminta bantuan guru-guru untuk menormalkan kembali lingkungan sekolah. Dan juga berikan yang terbaik dalam mempersiapkan upacara pemakaman beberapa hari lagi.

Yoo Jin mengatakan kalau ortunya akan memberikan 1 juta won jika nilainya naik 1 peringkat jadi ia meminta Seo Yeon untuk membantunya belajar. Kemudian obrolan mereka terhenti dengan kedatangan Woo Hyuk CS.

Yoo Jin merasa kalau Woo Hyuk terasa lebih menakutkan, apa karena membaca komentar di halaman ya! Soo hee tanya, Kenapa? Ada yang bilang sesuatu?

"Hanya komentar acak. Ada yang bilang kalau Choi Woo Hyuk mungkin membunuh Lee So Woo!"

Soo Hee terkejut mendengarnya, dan merasa itu tak masuk akal.
Ibu guru mendengar bisik-bisik mereka, menegur mereaka karena bicara tidak-tidak dan menjelaskan kalau polisi sudah menutup kasus So Woo sebagai kasus bunuh diri. Jadi tidak ada yang perlu dibahas lagi, mengerti?!

"Ya." Jawab Yoo Jin dan Soo He bebarengan.

Seo Yeon tidak menjawab membuat bu guru bertanya kenapa. Seo Yeon balik bertanya, apa benar-benar So Woo bunuh diri.

"Semua bilang kau sangat pintar, tapi kau masih anak-anak! Kau tertipu oleh tuduhan seperti itu? Harusnya belajar kalau punya waktu untuk membaca hal seperti itu! Kau kira sampai kapan kau bisa terus berada di rangking teratas?"
Setelah ibu guru pergi, Yoo Jin mengeluarkan kupon makan gratis di restoran korea yang baru buka untuk mengembalikan mood teman-temannya.

"Tempatnya sangat terkenal! Kapan kau pergi?" Tanya Soo Hee dengan mata berbinar-binar.

"Entahlah, tergantung bagaimana sikapmu."

"Wow, kau minta perlakuan istimewa karena makanan? Akan kulakukan apapun yang kau mau!"

Yoo Jin mengajak hari ini saja sepulang sekolah. Baik Soo Hee dan Seo Yeon menyetujuinya.
Joon Young mampir ke apotik untuk menebus obat ibunya. Apoteker mengatakan kemungkinan kalau penyakit ibunya semakin parah karena dokter meresepkan antibiotik lebih banyak.

"Lain kali, bujuk dia supaya ke RS. Lagipula kau yang paling tahu kondisi ibumu."

"Ya, baik. Terima kasih."
Joon Young masuk rumah dengan sangat hati-hati, ia berusaha untuk tidak menimbulkan suara apapun. Ia masuk akan masuk ke kamarnya setelah meletakkan obat ibunya di meja depan.

Tiba-tiba ibunya memanggilnya. Joon Young minta maaf, ia akan berusaha untuk lebih tenang lagi. Ibunya membantah, Joon Young tidak membangunkannya, jangan sembarangan berasumsi begitu. Ingin memulai pertengkaran?
"Sama sekali tidak." jawab Joon Young

"Sikapmu seperti itu! Selalu menjengkelkan orang!"

Joon Young kembali minta maaf, ibunya malah membentaknya untuk diam karena terlalu berisik. Ibunya mengambil obat di meja sambil menyuruh Joon Young untuk siap-siap karena ayah mengajak mereka makan di luar.
Ibunya nampak menyukai satu hidangan yang mereka pesan, Joon Young menyarankan untuk memesan seporsi lagi. Ibunya bergumam kalau Joon Young tidak mampu membayarnya, jadi pikir dahulu sebelum bicara.

"Maaf."

Ayh bertanya, bagaimana perkembangan soal sekolah. Ibu heran, apa yang terjadi di sekolah. Joon Young menerangkan kalau salah satu teman sekelasnya meninggal bunuh diri.

Ibu beralih pada ayah, apa ayah juga tahu hal ini. Ayah mengiyakan. Ibu jadi kesal, kenapa Joon Young memberitahu ayah tapi tidak padanya.

"Ibu bilang jangan merepotkan dengan urusan sekolah. Jadi aku hanya memberikan nomor telepon ayah pada sekolah."

"Bukan kau yang mati, kenapa mereka menelepon?"
Joon Young mengaku kalau ia yang pertama menemukannya. Ibunya tetap kesal, apa Joon Young membesar-besarkannya dan membuat sekolah menelfon ayah tapi tidak bilang apapun padanya saat di rumah?

Bukan begitu maksud Joon Young hanya saja ibu tertidur setelah minum obat.

"Oh, jadi salahku? Salah siapa aku jadi seperti ini? Bae Joon Young! Karena dirimu aku sakit! Ini salahmu! Takkan kulahirkan jika aku tahu anak sepertimu yang lahir!"

Ayah menghentikan ibu untuk bicara ngawur. Ibu menganggap ayah juga sekarang menyalahkannya. Mereka berdoa bersama supaya ia mati, kan? Pasti itu sebabnya ia sakit parah!

"Ibu!"

"Jangan panggil aku ibu!"

"Aku harus bagaimana?"

"Aku sangat membencimu. Aku... Aku harusnya mati saja! Aku harusnya menderita dan mati!"

Setelah mengatakannya, Ibu sesak nafas, Ayah membujuk untuk pergi ke rumah sakit. Ibu bersikeras tidak mau. Lalu Joon Young minta maaf, ia yang salah. Setelahnya, Ayah membopong Ibu keluar.
Joon Young menangis tapi ia segera mengusap airmatanya, lalu memotret makanan dimeja dan mengunggahnya di sosmed-nya.

"Acara keluarga di luar. Aku ingin melakukannya lagi. #RestoranKorea #MakanDiLuar #HariBahagia"

Setelah mengunggahnya, Joon Young menyugesti dirinya kalau ia akan merasa lebih baik.

Tanpa Joon Young sadari ternyata di ruangan sebelah ada Yoo Jin Soo Hee dan Seo Yeon, otomatis mereka mendengar keributan keluarga Joon Young.
Joon Young keluar, tepat saat pelayan membuka bilik untuk menghidangkan makanan untuk mereka bertiiga jadinya Joon Young melihat mereka bertiga.

Dengan canggung, mereka melambai pada Joon Young. Seo Yeon berkata kalau mereka baru datang jadi tidak...

"Sekarang kau paham? Kenapa aku bilang begitu." Ujar Joon Young lalu pergi.

Soo Hee bernafas lega, ternyata gosip itu benar, Ibu Joon Young benar-benar luar biasa!

"Kasihan sekali! Aku takkan sanggup hidup seperti itu." Ujar Yoo Jin.
Saat pemakaman di sekolah. Ada yang membaca puisi untuk mengantar kepergian Lee So Hee.

"Saat ini, dia mungkin menjadi bintang di langit... Kami ingin merefleksikan hidup Lee So Woo. Aku yakin dia melihat kita dari surga, sama sekali terbebas dari kekhawatiran. Kau pergi tanpa mengucapkan perpisahan. Kami semua sedih atas kepergianmu yang mendadak. Kau selalu menikmati kesendirianmu yang tenang di bawah sinar matahari. Sulit dipercaya kami takkan bisa melihatmu lagi. Kesedihan kami tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun kami akan selalu mengingatmu, dan takkan pernah akan melupakanmu. Lee So Woo. So Woo~ya! Kami merindukanmu."

Joon Young pergi ditengah-tengah pembacaan puisi, Seo yeon mengiriminya pesan tapi tidak dibaca.
Hadirnya Ji Hoon menyenangkan beberapa gadis dan mereka diam-diam memotret Ji Hoon termasuk Yoo Jin juga.

"Wow, dia manis sekali! Dia laki-laki paling manis di sekolah!" Ujar Yoo Jin.

Sebelum mulai, Ji Hoon menatap foto So Woo yang dibawa keluarganya dan itu membuatnya teringat kenangannya bersama So Woo.
Ia teringat saat mengajari So Woo main drum. So Woo juga sering kerumahnya. Merea itu teman dekat, makanya So Woo memanggil Pak Han "Ahjussi". Ji Hoon dan So Woo juga pernah bersepeda bersama.

Mengingat itu membuat Ji Hoon tidak fokus sampai menjatuhkan penggesek cello-nya.Ia segera memungutnya dan permainan dimulai. Banyak yang meneteskan airmata saat itu.
Seo Yeon cemas, karena Joon Young tak membaca pesannya, ia pun keluar untuk menelfon Joon Young tapi tak dijawab.

Seo Yeon kembali mengirimpesan untuk Joon Young. Ia akan kembali tapi teringat perkataan Joon Young,

"Manusia, setelah mati mereka pergi kemana? Lee So Woo... Dia kelihatan damai. Dia kelihatan tenang."

Joon Young menatap sebuah gedung yang tinggi.

Seo Yeon mencari Joon Young di kelas tapi tak menemukannya. Lalu intagramnya berbunyi, Joon Young mengaploud gambar gedung yang ditulisi "Selamat tinggal..."

Seo Yeon semakin panik, ia memberondong Joon Young dengan banyak pesan sambil berlari menuju gedung itu.

"Joon Young! Kita harus bicara."

"Itu bukan ide bagus, jangan lakukan!"

"Tunggu aku, 5 menit saja! Tidak, 1 menit saja!"
Joon Young sudah sampai di atap, ia naik ke pinggir dan melatakkan ponsel disamping kakinya berpijak. Joon Young menangis mengingat wajah damai So Woo di tanah.

Seo Yeon sampai di gedung itu juga, pesannya masih belum dibaca oleh Joon Young, ia akan naik lift tapi kemudian memilih naik tangga karena sudah tak sabar menunggu.
Seo Yeon sampai di atap dan menemukan Joon Young disana. Ia menangis, menyebut Joon Young bodoh, kenapa juga berpikir untuk bunuh diri?

"Kau sudah lihat Lee So Woo! Apa itu tak membuatmu takut? Kenapa manusia berakhir begitu saja? Sangat menakutkan, dan menyedihkan! Aku harus bagaimana, kalau terjadi sesuatu padamu juga?"

Seo Yeon tahu. Ia tahu ini berat. Ia tahu Joon Young mungkin berpikir akan terus seberat ini. Ia yakin Joon Young berpikir, apa gunanya terus hidup. Tak ada yang perlu dilihat lagi. Akan lebih nyaman, mati seperti Lee So Woo. Ia yakin Joon Young berpikir seperti itu.

"Tapi kau salah besar! Kau tak tahu apa-apa! Mana mungkin tahu cara mengerjakan semua soal tes hanya dari beberapa soal pertama. Kita tak tahu bagaimana nantinya. Kita tak tahu nilai apa yang akan kita dapat dalam hidup. Kita belum mengetahuinya. Tapi kenapa... Kita masih 18 tahun. Kenapa kau memilih untuk mati?"
Joon Young menangis tersedu mendengarnya. Seo Yeon mendekat dan memegang lengan Joon Young. Tak ingin hidup... Bukan berarti harus mengakhirinya. Cukup... Percaya semua akan menjadi lebih baik. Bahwa semua baik saja. Semua akan baik saja. Percayalah.

Setelah itu, Seo Yeon mengikuti Joon Young pulang tapi berlagak tidak padahan Joon Young tahu betul maksud Seo Yeon.

"Bae Joon Young! Kita akan segera menjadi senior. Jangan berpikir buruk lagi. Dan satu hal lagi. Mulai sekarang, berangkat sekolah bersama. Datang ke rumahku 20 menit sebelum bel sekolah. Aku tahu bagaimanapun kau harus lewat rumahku. Makan di dekatku saat makan siang. Setidaknya berpamitan saat pulang sekolah. an di akhir pekan... Kirim pesan pagi dan sore."

"Kau akan mengawasiku? Supaya aku tidak melakukan hal bodoh? Tidak perlu begitu. Aku tak apa-apa."

"Maksudku, mari berteman. Berteman denganku. Kalau tak mau, ya sudah. Aku pergi."
Ji Hoon pulang saat ayahnya selesai masak daging korea kualitas tinggi. Sambil makan, Pak Han bertanya, apa Ji Hoon sudah mempertimbangkan kembali ke Amerika? Tinggal ngimong saja nanti Pak Han siapkan semuanya.

Ji Hoon menggeleng, tidak perlu. Pak Han lalu membolehkan Ji Hoon berkunjung saja jika tidak mau tinggal, ada teman Pak Han membuka resor di Hawai.

"Tidak usah."

"Kalau tidak suka di sana, juga bisa ke Eropa. Hong Kong? Dekat."

"Aku tak ingin pergi. Aku tak mau pergi."

Pak Han mengerti. Ji Hoon baru akan memotong dagingnya namun tak jadi, ia lelah dan minta ijin untuk kembali ke kamar.

"Ada apa? Nanti ayah belikan obat."

"Tidak usah. Terima kasih makanannya."

Ji Hoon sudah meninggalkan meja makan dan Pak Han memanggilnya untuk mengucapkan selamat tahun baru.
Dikeluarga Seo Yeon juga menunggu detik-detik pergantian tahun dan mereka saling memberi selemat saat tahun sudah berganti.

"Selamat Tahun Baru. Semoga keberuntungan besar menghampiri ayah dan ibu!"

"Untuk putri ibu juga, semoga lebih bahagia dan sehat tahun ini!"

Seo Yeon protes seharusnya ibu mendoakannya supaya menjadi yang terbaik dalam ujian masuk perguruan tinggi. Ayah menjelaskan kalau kesehatan lebih penting, Tubuh yang sehat dan pikiran yang sehat. Mengerti?

"Ya, akan selalu kuingat."

Kedua adik Seo Yeon di pangkuan ibunya bangun karena terlalu terang. Lalu ayah dan ibunya menggendong adik-adiknya ke kamar.
Seo Yeon tinggal, ia akan mematikan lampu dulu sebelum tidur, lalu ia menyalakan kembali TV-nya tanpa susara, ia berdoa.

"Semoga ujian masuk perguruan tinggiku mendapat nilai sempurna! Kumohon! Dan... Lee So Woo. Semoga dia bahagia di sana."
Pak kepala keamanan SMA membereskan barang-barangnya, sebelum pergi, ia menendang pintu ruangan kepala sekolah tapi malah mendapati surat yang terselip disana jatuh.

"Kepada Kepala Sekolah" Tulisan di amplop suratnya.

Pak kepala keamanan memungutnya dan memasukkannya bersama barang-barangnya.
Di rumah Seo Yeon pagi-pagi sudah ada yang memencet bel. Tapi saat di lihat melalui intercom tidak ada siapa-siapa di luar. Ibu kemudian memberi peringatan pada yang di luar.

"Di sini rumah detektif kepolisian! Kau akan dapat masalah dengan polisi!"

Ibu kembali tidur dan menyuruh Seo Yeon juga tapi bel kembali berbunyi, Seo Yeon pun memutuskan untuk keluar melihat.
Di luar benar-benar tidak ada siapa-siapa tapi saat akan kembali masuk, ia menemukan surat yang ditujukan untuknya. Seo Yeon membuka surat itu,

"Lee So Woo SMA Jeong-guk tidak bunuh diri."

Kilas balik...
Malam 25 Desember,  Choi Woo Hyuk, Lee Sung Min, Kim Dong Hyun dan Lee So Woo ada di atap sekolah dan ada murid yang melihat mereka, murid itu yang menulis surat pada Seo Yeon. 

"25 Desember 2016... Choi Woo Hyuk, Lee Sung-min, Kim Dong-hyun... Membunuh Lee So Woo di atap sekolah. Choi Woo Hyuk mendorong Lee So Woo hingga jatuh. Aku jelas melihatnya dengan mataku sendiri. Aku saksi kejadian tersebut. Lee So Woo... Dibunuh oleh Choi Woo Hyuk!"

Murid itu adalah Lee Joo Ri.



>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search